Menantu Dibunuh Mertua di Pasuruan

GELAGAT Aneh Menantu yang Hamil 7 Bulan Sebelum Dibunuh Mertua di Pasuruan, Kerap Ucap Maaf ke Ibu

Sebelum tewas sekira pukul 13.00 WIB, Fitria Almuniroh Hafidloh Diana yang hamil 7 bulan sempat  video call WhatsApp (WA) dengan sang ibu

|
Penulis: Luhur Pambudi | Editor: Musahadah
kolase surya/luhur pambudi/galih lintartika
Ibu korban, Nurul Afini (49) saat ditemui di kediamannya, Perum Sinar Amerta Medayu Selatan, Medokan Ayu, Rungkut, Surabaya, pada Rabu (1/11/2023). Anak Nurul yang hamil 7 bulan tewas dibunuh mertuanya di Pasuruan. 

SURYA.CO.ID, PASURUAN - Terungkap gelagat aneh Fitria Almuniroh Hafidloh Diana (23) sebelum tewas, diduga dibunuh mertuanya Sueb (31) di rumahnya, Dusun Blimbing, Desa Parerejo, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten Pasuruan pada Selasa (31/10/2023) sore.

Beberapa jam sebelum tewas sekira pukul 13.00 WIB, Fitria Almuniroh Hafidloh Diana yang hamil 7 bulan sempat  video call WhatsApp (WA) dengan sang ibu, Nurul Afini.

Selama video call dua jam, tak ada obrolan yang benar-benar serius. Semuanya terdengar wajar.

Perbincangannya ringan-ringan saja, seputar menanyakan kabar keseharian, disertai senda gurau hangat seperti biasanya. Semua dirasa Nurul Afini tanpa keanehan.

Keanehan itu baru disadari Nurul Afini setelah dia mendengar kabar sang putri tak sadarkan diri hingga dibawa ke Puskesmas Purwodadi sekitar pukul 17.30 WIB.

Baca juga: Update Kasus Mertua di Pasuruan Bunuh Menantu yang Hamil, Ibu Korban Ungkap Percakapan Terakhir

Ledakan emosi Nurul Afini makin membuncah setibanya di puskesmas tersebut sekitar pukul 21.00 WIB.

Dia mendapati anaknya sudah tak bernyawa dengan berbagai kejanggalan.

Kejanggalan yang diketahuinya seperti luka robek pada leher sisi kanan, dan kondisi memar pada bagian bawah perut anaknya yang membuncit karena hamil 7 bulan.

"Aku tatak (berusaha kuat) di puskesmas. Di sana aku lihat anakku kok pegang perutnya. Posisi pegang perut, sininya (leher sisi kanan) menganga. Cuma wajahnya senyum. Ya Allah nak, intinya saya mau keadilan," ujar Nurul Afini.

Nurul Afini mengaku sempat tak menerima kematian sang anak yang demikian nahas.

Namun, dia berupaya tetap tegar dengan memaknai semua ini sebagai suratan takdir dari Sang Ilahi, ia perlahan-lahan mulai merelakan kematian sang anak meskipun berat dan menyesakkan dada.

Kematian sang anak ini akhirnya menyadarkan Nurul Afini tentang gelagat aneh sang putri selama ini.

Perempuan berkemeja batik warna merah itu, akhirnya menyadari momen-momen sang anak yang kerap kali memohon maaf kepada dirinya meskipun tidak jelas kesalahannya.

Hal itu dilakukan terus menerus selama berkomunikasi melalui WA dengannya.

Ia menceritakan isi percakapan terakhir bersama sang anak pada hari itu.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved