SOSOK Mas Puguh, Mantan TKI Asal Blitar yang Sukses Dirikan 4 Cabang Bisnis Jajanan Anak SD

Inilah sosok Mas Puguh, Mantan TKI Asal Blitar, Jawa Timur, yang Kini Sukses Dirikan 4 Cabang Bisnis Jajanan Anak SD.

youtube
Mas Puguh, Mantan TKI Asal Blitar yang Sukses Dirikan 4 Cabang Bisnis Jajanan Anak SD. Simak sosok dan kisahnya. 

SURYA.co.id - Sosok Mas Puguh, mantan TKI asal Blitar baru-baru ini disorot karena kisah inspiratifnya.

Melansir dari tayangan youtube Pecah Telur, Mas Puguh kini memiliki empat cabang bisnis.

Bisnis yang dijalankannya juga terbilang unik, yakni jajanan anak SD.

Modal bisnis Mas Puguh ini juga didapat dari pesangon setelah bekerja sebagai TKI di Korea Selatan.

Mas Puguh berasal dari Desa Salamrejo, Kecamatan Binangun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

Awalnya ia menjadi TKI karena ingin mengadu nasib.

Di Korea ia bekerja di pabrik tekstil yang bertugas bongkar pasang mesin.

"Kalau gaji di sana sekitar under Rp30 (juta) sih mas.

Soalnya relatif tergantung lemburan di sana itu mas, biaya hidup kemungkinan Rp 5 juta sudah cukup," ungkapnya.

"Ya soalnya, senin sampai sabtu itu untuk biaya makan ditanggung di kantin.

Kantin perusahaan itu jadi kayak free gitu Mas, paling nanti untuk pembelian yang lain-lain waktu pengen saja sama waktu jalan-jalan," lanjutnya.

Mas Puguh juga menceritakan, godaan di Korea Selatan justru datang dari barang elektronik yang cepat silih berganti dan juga dari hiburan malam.

Setelah menjadi TKI selama 3 tahun 2 bulan, akhirnya Mas Puguh memutuskan pulang ke Indonesia setelah kontrak selesai.

Dan ia mendapat uang pesangon dengan jumlah yang fantastis.

"Kurang lebih Rp1 M (Miliar) lah, sekalian uang pesangon kayak gitu. Jadi semua kurang lebih segitu," terangnya.

"Saya alokasikan ke rumah, modal usaha sama  tanah beberapa " lanjutnya.

Saat itulah Mas Puguh membuka bisnis kecil-kecilan yakni 'Jajanku'.

Jajanku menjual berbagai jajanan anak SD.

"Cuma jajanan waktu masih SD dulu sih mas ada basreng, tahu kres, siomay mini sama beberapa varian Pop Ice," lanjutnya.

Kini, usaha Jajanku telah memiliki 4 cabang dengan omzet yang lumayan.

"Sementara masih 4, gak tentu tapi under Rp500 (ribu) itu insya Allah dapatlah, iya Rp300 (ribu) gitu.

Kira-kira kalau dirata -rata kemungkinan yan Rp 1 juta, Rp 1 juta 2 ratus ribu gitu. Cuma nanti kan masih dikurangi biaya bahan terus biaya karyawan tempat itu," pungkasnya.

Mantan TKW Asal Kota Kediri Sukses Jadi Pengusaha Kain Tenun Ikat

Ulet, tekun dan pantang menyerah itulah energi positif yang dimiliki Siti Ruqoyah, mantan TKW yang sukses merintis usaha kain tenun ikat Kelurahan Bandarkidul, Kota Kediri.

Meski sempat bangkrut saat krisis moneter (krismon) tahun 1998, saat ini Siti Ruqoyah mampu bangkit dan mengembangkan usaha yang menyerap ratusan tenaga kerja warga sekitar rumahnya.

Pasca bangkrut karena dihantam krismon, Siti Ruqoyah kemudian mencari modal usaha dengan menjadi tenaga kerja wanita (TKW) ke Arab Saudi.

Uang yang ditabung dari hasil jerih payahnya menjadi tenaga kerja di luar negeri dikumpulkan untuk memulai modal usaha kain tenun lagi.

"Uang hasil kerja di luar negeri setelah untuk memperbaiki rumah, saya gunakan untuk mengumpulkan alat-alat tenun lagi. Kami mulai dari nol lagi," ungkap Siti Ruqoyah kepada Surya, Selasa (27/7/2021).

Modal awal merintis kembali usaha tenun senilai Rp 25 juta digunakan untuk mengumpulkan alat tenun yang sempat terbengkalai.

"Saya merintis usaha mulai dari nol lagi," ungkapnya.

Kebetulan saat memulai usaha berkenalan dengan Wali Kota Kediri Achmad Maschut yang banyak membantu memulai usahanya.

"Istri wali kota yang berasal dari Bali sempat bertanya kenapa produknya hanya kain sarung. Coba bikin kain untuk baju, nanti akan dibantu Pemkot Kediri," ujar Siti Ruqoyah.

Selanjutnya Siti selain membuat kain sarung goyor juga membuat kain tenun ikat untuk baju sebanyak 7.000 potong sesuai pesanan Walikota.

"Mulai dari pesanan itulah kami punya modal UMKM Kota Kediri dan punya peluang tidak hanya sarung, tapi juga kain untuk baju sehingga pemasarannya lebih luas," jelasnya.

Sejak itulah banyak masyarakat yang mulai pesan kain tenun buatan perajin dari Kelurahan Bandarkidul.

Namun perajin tidak meninggalkan membuat sarung goyor yang merupakan produk khas Kota Kediri.

"Sekarang produksi kami sekitar 25 persen sarung, sebagian besar lainnya kain. Sehingga pemasaran lebih banyak kain, karena memang banyak yang minat," jelasnya.

Sejak itulah kain tenun ikat Kelurahan Bandarkidul semakin dikenal dan semakin banyak menyerap ratusan tenaga kerja warga sekitar.

Aktivitas proses produksinya banyak menyerap tenaga kerja.

Saat ini ada sekitar 15 perajin di Kelurahan Bandarkidul, yang mampu menyerap tenaga kerja sekitar 300 orang.

Jumlah itu belum termasuk tenaga kerja dari daerah sekitarnya.
"Alhamdulillah sekarang tambah ramai karena ada dukungan dari Pemkot Kediri," tambahnya.

Kebijakan yang sangat membantu perajin berupa kebijakan Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar yang mengharuskan pakaian seragam kerja PNS dan BUMN wajib pakai kain tenun ikat.

Selain itu juga ada promosi yang gencar di tingkat lokal, level nasional bahkan internasional.

"Ada juga kegiatan rutin fashion week Dhoho Street Fashion yang menginjak tahun ke 6," tambahnya.

Kegiatan fashion yang menampilkan bahan kain tenun ikat ini juga mendatangkan desainer terkemuka di Indonesia.

Bahan kain tenun ikat juga dipasarkan di Jakarta sehingga banyak yang tertarik dan pesan kepada perajin di Kelurahan Bandarkidul.

Malahan sejumlah kantor dinas di Pemkot Kediri juga memberikan dukungan kepada perajin.

Di antaranya, Kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Koperasi dan UMKM, Dinas Perhubungan dan dinas lainnya.

"Karena banyaknya dukungan dari dinas-dinas tersebut kain tenun ikat menjadi booming dan sekarang banyak daerah lain yang telah melirik kerajinan kain tenun ikat," ungkapnya.

Beberapa daerah yang pernah mengundangnya untuk menjadi tutor kain tenun seperti Kabupaten Jombang, Probolinggo dan Ponorogo.

Sejumlah daerah tersebut berniat mengembangkan UMKM kain tenun ikat.

Masuknya desainer terkemuka dari Jakarta juga sangat membantu pengetahuan perajin.

Selain itu kualitas kain tenun ikat juga semakin bagus sehingga banyak yang minat termasuk para publik figur dan artis Ibukota.

"Kami juga mampu mengembangkan motif yang semakin beragam sesuai dengan request (pesanan) para desainer," jelasnya.

>>>Ikuti Berita Lainnya di News Google SURYA.co.id 

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved