Tarif Penyeberangan ASDP Naik
Kenaikan Tarif Penyeberangan, Ini Permintaan Pengusaha Truk dan Sopir Rute Ketapang-Lembar
Tarif penyeberangan rute Ketapang-Gilimanuk dan Ketapang Lembar akan naik rata-rata 5 persen mulai 3 Agustus mendatang.
Penulis: Aflahul Abidin | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, BANYUWANGI - ASDP Indonesia Ferry Ketapang-Gilimanuk menyosialisasikan kebijakan kenaikan tarif penyeberangan, Sabtu (29/7/2023).
Tarif penyeberangan rute Ketapang-Gilimanuk dan Ketapang Lembar akan naik rata-rata 5 persen mulai 3 Agustus mendatang.
Pihak-pihak terkait hadir mengikuti sosialisasi tersebut. Di antaranya penyedia jasa, operator, pengusaha truk, dan para sopir.
Pengusaha truk dan para sopir memiliki permintaan khusus kepada penyedia jasa penyeberangan yang berkaitan dengan kenaikan tarif itu.
Baca juga: BREAKING NEWS Tarif Penyeberangan ASDP Naik, Biaya Menyeberang Jawa-Bali Jadi Segini
Perwakilan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Banyuwangi Slamet Barokah menganggap, penerapan kenaikan tarif penyeberangan terlalu mendadak.
Sehingga, pihaknya tak cukup waktu untuk menginformasikan kebijakan baru itu ke para anggota.
"Karena kenaikan tarif ini sangat berdampak pada kami sebagai pengusaha angkutan," kata Slamet.
Ia berharap, akan ada tambahan waktu pelaksanaan kenaikan tarif.
"Kami tahu ini keputusan dari pusat. Tapi kalau boleh, saya memohon supaya ada tambahan waktu lebih sebelum diterapkan," kata dia.
Baca juga: Tarif Penyeberangan Jawa-Bali Naik Mulai 3 Agustus 2023, Begini Respon Pengguna Jasa
Sementara para sopir truk meminta ada peningkatan layanan seiring dengan kenaikan tarif.
Perwakilan Asosiasi Sopir Logistik Indonesia Banyuwangi Farid Hidayat mengatakan, ada beberapa jenis pelayanan yang kurang bagi para sopir truk selama berlayar, khususnya untuk rute Ketapang-Lembar.
"Ketika kenaikan ini sudah jadi keputusan, kami menerima. Tapi kami mohon pelayanannya diperbaiki," kata Farid.
Permintaan perbaikan layanan itu secara spesifik Farid sampaikan kepada operator kapal. Berdasarkan pengalaman para sopir, menurut Farid, ada beberapa kekurangan yang selama ini dirasakan.
Kekurangan itu, misalnya, jadwal makan yang waktunya terlalu cepat untuk beberapa kapal. Contoh lainnya, tidak difungsikannya ruang khusus sopir di kapal tertentu.
"Perlu banyak pembenahan dan perbaikan," kata dia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.