Berita Viral

SOSOK Dokter Muda yang Rawat Belasan Ribu Pasien di Pulau Terpencil, Sempat Terima Ancaman Kematian

Inilah sosok dokter muda yang memiliki 13 ribu pasien dan ditempatkan di sebuah pulau terpencil.

Penulis: Akira Tandika Paramitaningtyas | Editor: Musahadah
Kolase Surya.co.id
Sosok dokter muda yang rela merawat belasan ribu pasien di pulau terpencil. 

Itu adalah Pulau Amanpulo, yang dinamai dari resor mewah yang ada di dalamnya, dan kerap dijadikan tempat berlibur Tim Cruise dan Beyonce.

Pada hari yang cerah, resor tersebut bisa dilihat dari Diit, yang hanya sejauh 20km.

Dr Alena tiba di pulau itu sebelum Covid-19, dan kerap mendapatkan ancaman kematian saat ia bersikeras agar warga pulau diisolasi.

Tetapi Covid-19, hanya sedikit dari tantangan yang dihadapinya dari pulau yang kerap terlupakan di Filipina itu.

Ia kerap berjuang melawan penyakit baru maupun lama, dan beberapa tantangan yang diterima dari negaranya sendiri.

Ia mengatakan datang ke Kepulauan Agutaya untuk membuat perubahan nyata, meski hal itu hingga kini masih sulit dilakukannya.

Sosok dokter muda yang rela merawat belasan ribu pasien di pulau terpencil.
Sosok dokter muda yang rela merawat belasan ribu pasien di pulau terpencil. (Kolase Surya.co.id)

Baca juga: SYOK Pasutri Tahu si Bungsu Bukan Anak Kandung Ayahnya, Ternyata Dokter Salah Sel Sperma saat IVF

Dr Alena, yang merupakan lulusan universitas medis terkenal di Manila, datang ke Kepulauan Agutaya pada Februari 2020.

“Saat saya memulai di sini, saya berusia 26 tahun dan banyak orang yang salah menyangka saya sebagai pelajar. Orang tak ada yang percaya saya dokter,” katanya.

Hanya hitungan sebulan, ia mendapat tantangan ketika virus Corona membuat Filipina harus lockdown.

Pulau itu juga harus dikunci.

“Tahun pertama tak terlalu buruk. Tak ada kasus lokal,” ujarnya.

“Namun pada tahun kedua (2021), itu adalah ketika pemerintah mengizinkan orang-orang untuk kembali ke kampung halamannya. Tiba-tiba ada banyak orang yang kembali sejauh dari Manila,” tambahnya.

Dr Alena pun kemudian bertanggung jawab untuk melakukan karantina di kepulauan tersebut.

“Kerika orang-orang mengetahui mereka harus dikarantina, mereka pun berekasi dengan kekerasan. Saya menerima ancaman kematian. Mereka ingin menembak saya,” ujarnya.

Ia pun mengatakan ada saat di mana ia hanya bisa menangis dengan keadaan saat itu.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved