Rencana menghidupkan dan melanjutkan kejayaan THR mendapatkan respons dari seniman Surabaya. Cak Meimura, dedengkot ludruk Suroboyo, menyebut Surabaya saat ini sangat butuh gedung pertunjukan seni dan budaya.
Pusat kota Jatim ini tak lepas dari seni ludruk, wayang orang, ketoprak hingga grup lawak Srimulat. "Ada kesenian artinya ada senimannya. Untuk itu harus ada ekosistemnya. Dan sampai saat ini tempat itu ada di Surabaya yakni THR," ucap Cak Meimura.
Seniman senang begitu mendapat kabar bahwa Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ingin membuka dan menghidupkan kembali THR. Bagi Meimura, THR bukan sekadar tontonan tapi tuntunan. Ada transformasi nilai.
Sementara itu pegiat sejarah dan budaya, Nanang Purwono mengatakan, THR merupakan tempat strategis sebagai wahana pembelajaran sejarah dan budaya kota. "THR ini jadi etalase untuk mengenal sejarah dan budaya Surabaya," kata Cak Nanang.
Di THR harus dibangun pula tempat sejarah. Artinya, ada kilas informasi yang harus ditambah di THR. Misalnya, adanya space (tempat) untuk miniatur ketoprak, ludruk, hingga etalase kesejarahaan yang ada dengan miniatur atau replikasi. Sehingga makin tampak nilai budaya Suroboyo.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.