Berita Surabaya

Dukung Hidupkan Kembali THR, WK DPRD Surabaya AH Thony: THR Jantung Kebudayaan Kota Pahlawan

Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony mendukung penuh dibukanya kembali Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya.

Penulis: Nuraini Faiq | Editor: irwan sy
nuraini faiq/surya.co.id
Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya AH Thony ditemani pelaku seni Surabaya Cak Meimura dan Cak Nanang saat melihat kondisi Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya di Jl Kusuma Bangsa, Jumat (3/2/2023). 

Berita Surabaya

SURYA.co.id, SURABAYA - Wakil Ketua DPRD Surabaya AH Thony mendukung penuh dibukanya kembali Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya.

Tempat untuk tampilnya seni pertunjukan tradisional di Surabaya ini harus dihidupkan kembali.

Tidak sekadar hiburan rakyat, tapi lebih dari itu untuk mempertahankan seni tradisi asli Suroboyo.

"Kami dukung penuh saat Pemkot (Pemerintah Kota) Surabaya memutuskan untuk membuka kembali THR. Saatnya kita dan semua pihak saling menguatkan menghidupkan kembali seni pertunjukan asli Suroboyo," kata AH Thony, Minggu (5/2/2023).

Pimpinan DPRD Surabaya ini meninjau kondisi terkini gedung THR di Jl Kusuma Bangsa Surabaya, Jumat (3/2/2023) lalu.

Dia mengecek kondisi THR yang mirip hutan liar.

Ada empat gedung pertunjukan di atas lahan 5,2 hektare itu ditumbuhi pohon liar.

Aneka tanaman liar merambat menjulang bersama pohon tak beraturan.

Gedung-gedung pertunjukan yakni gedung ludruk, ketoprak, wayang orang, dan Srimulat tertutup pohon liar itu.

Dinding dan atapnya dirambati tanaman liar bak rumah hantu.

THR ini berada satu areal terintegrasi dengan Taman Remaja Surabaya (TRS) yang merupakan aneka wahana mainan dan Hi-Tech Mall.

Saat ini, baik THR maupun TRS tutup, sejak 2018 tutup total.

Pemkot berencana membuka kembali THR.

Namun upaya Pemkot untuk mewujudkan pusat tontonan rakyat maupun ruang berkreasi seni dan budaya itu masih menunggu investor.

Sebab APBD 2023 Rp 11,2 triliun belum memungkinkan untuk pembukaan fasilitas publik tersebut.

Bangunan THR memang dipenuhi rumput liar.

Ada beberapa titik rusak. Namun kerusakan ini tidak melunturkan kokohnya bangunan pusat seni pertunjukan seni tradisi ini.

Ludruk yang menjadi kesenian asli Suroboyo lahir dan berkembang dari THR.

Saat ada informasi atas rencana dibukanya kembali THR, sebagian besar masyarakat Surabaya antusias.

Di era modernisasi saat ini, masih banyak masyarakat yang merindukan dan mencintai kesenian tradisional asli Suroboyo.

"Jantung kesenian dan budaya Suroboyo ada di THR. Sebab setiap waktu, seluruh pelaku seni bersama masyarakat mengembangkan seni pertunjukan di gedung yang representatif di THR. Begitu ada niat menghidupkan kembali, harus kita support penuh," tandas AH Thony.

Politisi Gerindra ini berharap kepada Pemkot Surabaya agar THR menjadi destinasi wisata yang menjanjikan.

Kesenian tradisional yang hidup di era sekarang harus dilakukan modernisasi.

Bukan mengubah menjadi seni modern, tapi didukung dengan sistem yang modern.

Inilah modernisasi kesenian tradisional.

Saat Pemkot berkunjung ke luar negeri, harus dilihat bagaimana pengembangan pertunjukan di sana.

Harus dibangun destinasi wisata yang modern tapi dengan nuansa dan ruh tradisional.

Era kepemimpinan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi tak jauh berbeda dengan Wali Kota sebelumnya, Tri Rismaharini, dalam upaya menciptakan partisipasi masyarakat yang tinggi, seperti menghasilkan produk dari daur ulang sampah, pesertanya pun luar biasa. 
Artinya, saat dilakukan upaya bersama-sama menghidupkan permainan tradisional, masyarakat akan mensupport. THR bisa menjadi tempat pengembangannya. Kemudian dikembangkan dengan teknologi. Juga dengan menghidupkan UMKM dengan mendukung perkakas mainan tradisional.

Respons Seniman

Rencana menghidupkan dan melanjutkan kejayaan THR mendapatkan respons dari seniman Surabaya. Cak Meimura, dedengkot ludruk Suroboyo, menyebut Surabaya saat ini sangat butuh gedung pertunjukan seni dan budaya. 
Pusat kota Jatim ini tak lepas dari seni ludruk, wayang orang, ketoprak hingga grup lawak Srimulat. "Ada kesenian artinya ada senimannya. Untuk itu harus ada ekosistemnya. Dan sampai saat ini tempat itu ada di Surabaya yakni THR," ucap Cak Meimura.
Seniman senang begitu mendapat kabar bahwa Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi ingin membuka dan menghidupkan kembali THR. Bagi Meimura, THR bukan sekadar tontonan tapi tuntunan. Ada transformasi nilai.
Sementara itu pegiat sejarah dan budaya, Nanang Purwono mengatakan, THR merupakan tempat strategis sebagai wahana pembelajaran sejarah dan budaya kota. "THR ini jadi etalase untuk mengenal sejarah dan budaya Surabaya," kata Cak Nanang.
Di THR harus dibangun pula tempat sejarah. Artinya, ada kilas informasi yang harus ditambah di THR. Misalnya, adanya space (tempat) untuk miniatur ketoprak, ludruk, hingga etalase kesejarahaan yang ada dengan miniatur atau replikasi. Sehingga makin tampak nilai budaya Suroboyo.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved