Brigadir J Ditembak di Rumah Jenderal

DESAK Ungkap Gerakan Bawah Tanah Ferdy Sambo, Keluarga Brigadir J: Semua Aparat Harus Turun Langsung

Keluarga Brigadir J mereaksi pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD tentang adanya gerakan bawah tanah untuk mengatur vonis Ferdy Sambo,

Editor: Musahadah
kolase youtube metro tv/tribunnews
Pengacara keluarga Brigadir J, Yonathan Baskoro mendesak aparat menelusuri gerakan bawah tanah yang akan mengatur vonis Ferdy Sambo. 

"Kalau terpenuhi tuh hukuman mati, maksimum. Tapi kan tidak, seumur hidup.

Ini indikasi. ada something wrong," ujar Soleman. 

Indikasi kedua terlihat dari tuntutan Bharada E.

Soleman menyoroti uraian jaksa yang membandingkan BHarada E dengan Bripka RIcky RIzal dalam hal menolak perintah Ferdy Sambo

Menurut Soleman, RIcky RIzal yang seorang sersan polisi lalu lintas dimana pangkatnya 6 tingkat di atas Bharada E bisa berpikir dan terbiasa otoritas diri sendiri. 

Sementara Bharada E yang pangkatnya paling rendah itu layaknya alaa sepatu, pangkat yang paling di bawah sekali.

"Dia di Brimob pangkat paling bawah sekali itu tidak boleh berpikir. Mereka hanya melaksanakan perintah," sebut Soleman. 

Dengan kondisi ini, Bharada E tidak bisa dibandingkan dengan Ferdy Sambo.

Soleman juga melihat hal-hal sebelum terjadi penembakan itu, dimana ada pertemuan antara Bharada E dengan Ferdy Sambo, ada penyerahan kotak peluru dan ada perintah untuk menembak. 

"Kalau sudah ada 3 pendahuluan, maka ketika tiba saatnya, apapun ucapan keluar dari Sambo, mau sikat, hajar, tendang, hantam. Di otaknya Bharada itu hanya satu, tembak mati. Kenapa? karena sudah dikasih peluru, sudah dibilang tembak, sudah ditanya senjatanya. Itulah didikan bagi seorang tamtama di polisi semimiliter. Eliezer ini tidak boleh berpikir, hanya melaksanakan tugas," urainya. 

Apakah itu berarti gerakan bawah tanah ini jelas sekali? Soleman mengakui. 

"Yes, ada. Ada. Indikasinya ada, sehingga jaksa mencari-cari," kata Soleman.   

Saat disinggung siapa kelompok di balik gerakan bawah tanah itu, Soleman tidak mau mengungkapkan.

"Ya, kan saya bilang kalau intelijen, kita melihat dari indikasi. Kita lihat kejujuran jaksa saja," katanya. 

"Kita tanya kembali mengapa itu dikesampingkan, Pak Mahfud sudah bilang, ada betul, memang ada indikasi. Pertanyaannya tinggal berhasil atau tidak? tapi indikasi ada. Kalau lihat seperti ini, mari kita tanya, kenapa seperti ini," katanya. 

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved