Berita Jember

Meski Sudah Jadi Anggota DPRD Jember, Ardi Pujo Prabowo Mengaku Bangga Tetap Jualan Jamu Tradisional

Di balik sosoknya yang kritis saat duduk di kursi parlemen, anggota Komisi D DPRD Jember Ardi Pujo Prabowo masih tetap berjualan jamu tradisional

Penulis: Imam Nahwawi | Editor: Cak Sur
SURYA.CO.ID/Imam Nahwawi
Anggota DPRD Jember, Ardi Pujo Prabowo saat berjualan jamu tradisional di Pasar Desa Lojojer, Kecamatan Wuluhan, Jember, Senin (9/1/2023). 

SURYA.CO.ID, JEMBER - Ardi Pujo Prabowo, nama pria ini memang kerap muncul di berbagai media pemberitaan, mengingat anggota DPRD Jember ini selalu lantang dalam berargumen ketika mengkritisi kerja lembaga eksekutif pemerintah kabupaten (Pemkab).

Namun di balik sosoknya yang kritis saat duduk di kursi parlemen, ternyata legislator dari Fraksi Gerindra dua periode ini masih tampil sederhana ketika berada di rumah pribadinya, di Desa Lojejer, Kecamatan Wuluhan, Jember.

Anggota Komisi D DPRD Jember ini, hanya menggunakan kaos oblong, bercelana pendek sambil duduk di kursi yang ada di 'Toko Jamu Sehat', di Pasar Desa Lojejer.

Selain itu, anggota DPRD dari Daerah Pemilihan (Dapil) 4 tersebut juga melayani konsumen di toko jamu tersebut, layaknya penjual jamu pada umumnya.

"Aktifitas saya kalau di rumah jualan jamu, jadi saya memiliki kios jamu atau depo jamu yang saya dirikan pada tahun 2004. Dan sampai sekarang masih berjalan. Sehingga ini menjadi kebanggan bagi saya," ujar Ardi Pujo Prabowo saat diwawancarai SURYA.CO.ID di toko jamunya , Senin (9/1/2023)

"Bahkan waktu saya menjabat sebagai Ketua DPRD Jember dulu, saya pun masih tetap jualan jamu,"imbuhnya

Pria yang akrab disapa Ardi ini, mengaku aktifitas tersebut selalu dilakukannya sepulang dari kantor DPRD Jember, seusai menjalankan amanah masyarakat.

Menurutnya, hal tersebut dilakukan, karena terinspirasi istilah Jas Merah (Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah). Selain itu juga petuah dari kedua orang tuanya.

"Beliau mengatakan, ojo lali karo penggaweanmu (jalan lupa dengan pekerjaanmu, red). Maksudnya jangan lupa dengan asal usul mu," tutur Ardi.

Kebetulan jamu yang dijual adalah minuman herbal tradisional. Sehingga, kata Ardi, dengan aktifitas tersebut justru memudahkannya untuk bisa menyerap aspirasi masyarakat langsung.

"Kebetulan jamu kami tradisional, sehingga kami bisa berinteraksi terus dengan masyarakat, bisa juga sharing dengan mereka dan juga menampung masukan-masukan mereka," tambahnya.

"Jadi meskipun saya sudah menjadi anggota DPRD, tidak akan meninggalkan aktifitas saya, sepulang dari kantor untuk berjualan jamu," imbuhnya.

Dalam sehari, lanjut Ardi, ada sekitar 50 hingga 70 orang pembeli jamu di tokonya. Sebab memang di warga Desa Lojejer rata-rata seorang petani dan nelayan.

"Jadi untuk menjaga fisiknya, mereka lebih memilih membeli jamu tradisional," paparnya.

Pengetahuan bisnis obat herbalis ini, Ardi mengaku memperolehnya ketika masih bekerja jadi distributor produk jamu tradisional tahun 2001 hingga untuk wilayah Kabupaten Pasuruan hingga Banyuwangi.

"Saat itu, kebetulan ada saudara saya di Probolinggo yang jualan jamu seduh. Di samping itu, dia juga agen distributor jamu dan saya banyak belajar di sana. Akhirnya tahun 2004 saya coba buka toko jamu," katanya.

Namun karena merasa lelah jadi distributor di lapangan, akhirnya pada tahun 2006, Ardi mengundurkan diri dari perusahaan jamu asal Kabupaten Kediri.

"Dan fokus mengembangkan bisnis jamu sendiri, alhamdulillah masih bisa bertahan hingga saat ini toko jamunya," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved