Ancaman DBD Meningkat di Masa Pancaroba, Dinkes Kediri Imbau Warga Giatkan Pencegahan

"Upaya ini penting untuk menggerakkan masyarakat bersama-sama dalam pemberantasan sarang nyamuk," imbuhnya.

Penulis: Isya Anshori | Editor: Deddy Humana
surya/isya anshori (isyaanshori)
WASPADA DBD - Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kediri, dr Bambang Triyono menegaskan ada trend penurunan DBD namun selama pancaroba, nyamuk pembawa virus dengue berkembang lebih cepat. 


SURYA.CO.ID, KEDIRI - Pemkab Kediri melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) terus meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di tengah kondisi cuaca yang tidak menentu. 

Anomali cuaca yang ditandai dengan panas terik tiba-tiba disusul hujan deras dinilai menjadi faktor pemicu berkembangnya nyamuk Aedes aegypti sekaligus menurunnya daya tahan tubuh masyarakat.

Berdasarkan data Dinkes Kediri, sepanjang tahun 2024 tercatat ada 542 kasus DBD dengan 5 meninggal. Sedangkan hingga Agustus 2025 ini, jumlah kasus tercatat 209 dengan satu meninggal. 

Angka tersebut menunjukkan penurunan dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 399 kasus dengan lima meninggal.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kediri, dr Bambang Triyono menegaskan bahwa meski ada trend penurunan, kewaspadaan tidak boleh kendor. Apalagi di masa pancaroba, nyamuk pembawa virus dengue berkembang lebih cepat.

"Kami terus melakukan pemantauan di seluruh wilayah Kabupaten Kediri dan berkoordinasi dengan kecamatan serta desa. Sosialisasi kepada masyarakat juga digencarkan, termasuk gerakan 3M untuk pencegahan DBD," kata Bambang saat dikonfirmasi, Kamis (21/8/2025).

Menurutnya, berbagai langkah sudah dilakukan, mulai dari fogging dan penyemprotan insektisida di daerah rawan, hingga edukasi masyarakat lewat kelompok kerja operasional di tingkat kabupaten, kecamatan, hingga desa.

"Upaya ini penting untuk menggerakkan masyarakat bersama-sama dalam pemberantasan sarang nyamuk," imbuhnya.

Sementara Kabid Kesmas, dr Ika Tjandra Kusuma menambahkan bahwa kasus DBD berpotensi meningkat karena kondisi tubuh masyarakat lebih rentan sakit saat cuaca berubah-ubah.

"Di musim pancaroba, kasus ISPA, batuk pilek, hingga DBD memang cenderung naik. Suhu dan kelembaban yang tidak stabil membuat imun tubuh turun, sementara nyamuk dan bakteri justru berkembang lebih cepat," jelas Ika.

Ika menegaskan, masyarakat perlu waspada terhadap gejala awal DBD seperti demam tinggi mendadak, muncul bintik merah di kulit, nyeri sendi, atau sakit kepala hebat. 

"Kalau ada gejala itu, jangan menunggu, segera periksa ke fasilitas kesehatan agar bisa ditangani lebih cepat," tegasnya.

Dinkes juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan. Genangan air harus dikuras agar tidak menjadi tempat berkembang biak nyamuk, sementara keluarga dengan anak-anak dan lansia diminta lebih waspada karena mereka masuk kategori rentan.

"Pencegahan harus dimulai dari rumah. Kalau masyarakat rutin menjaga kebersihan lingkungan, angka kasus bisa ditekan lebih signifikan," imbuh Ika.

Ada pun tips yang bisa dilakukan oleh warga Kediri untuk mencegah penyakit, termasuk DBD adalah masyarakat diimbau menerapkan pola hidup sehat. 

Halaman
12
Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved