Berita Blitar

Pohon Pisang Kembali Tutup Jalan Rusak di Blitar, Cermin Emosi Warga Atas Ulah Truk Aspal dan Molen

Kemarahan warga tidak bisa ditahan para perangkat desa karena tidak segera diwujudkannya janji-janji dari pihak pabrik

Penulis: Imam Taufiq | Editor: Deddy Humana
surya/imam
Pohon pisang terlihat 'tumbuh' mendadak di tengah jalan rusak di sepanjang Desa Butun, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Rabu (21/12/20220. 

SURYA.CO.ID, BLITAR - Kalau ada pernyataan sarkastis, maka pohon pisang bisa disebut tanaman terkuat di dunia lantaran bisa tumbuh di jalan beraspal. Itu karena pohon pisang mudah dipotong lalu dipindahkan di tengah jalan yang rusak sebagai cermin luapan emosi warga, seperti yang terlihat di jalan Desa Butun, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar, Rabu (21/12/2022).

Di salah satu ruas jalan desa yang kondisinya rusak itu, terlihat sebatang pohon pisang tumbuh di atas aspal. Tentu saja bukan tumbuh, melainkan sengaja ditegakkan warga dengan penahan batu sebagai penanda bahwa jalan di sana rusak.

Aksi warga itu sudah terjadi dua hari terakhir atau sejak Selasa (20/12/2022), lagi-lagi sebagai bentuk protes atas hancurnya jalan desa mereka akibat setiap hari dilewati belasan truk molen dan truk pengangkut aspal.

Karena truk-truk yang lalu lalang punya tonnase di atas kemampuan jalan, maka jalan desa pun tertekan lalu rusak. Sedangkan pabrik beton cor dan supplier aspal yang mengoperasikan truk-truk di desa itu, tidak segera memperbaiki jalan yang rusak.

"Warga emosi karena hanya dijanjikan terus. Itu kan pabrik beton cor dan pengelolaan aspal, masak jalan yang tiap hari dilewati truk-truknya sendiri sampai rusak dan berlubang di mana-mana," tegas seorang warga.

Kemarahan warga tidak bisa ditahan para perangkat desa karena memaklumi atas tidak segera diwujudkannya janji-janji dari pihak pabrik. Informasinya, pihak pabrik pernah menjanjikan untuk memperbaiki kerusakan jalan desa itu namun setelah ditunggu berbulan-bulan hingga akhir 2022 ini, tidak juga direalisasi.

Menurut seorang warga, pabrik di desa itu sudah bermasalah dengan warga sejak berdiri beberapa tahun lalu. Mulai terkait pencemaran udara akibat asap dari pembakaran aspal, sampai pencemaran limbah yang merusak tanaman tembakau di desa itu.

"Sekarang diulangi lagi, bermasalah dengan warga. Jadi kami halangi saja jalur truknya. Bagaimana jalan desa tidak rusak, setiap hari dilewati truk-truk sebanyak itu dengan tonnase di atas kelas jalan desa," ungkapnya.

Kepala Desa (Kades) Butun, Imam Darmawan mengatakan, sebenarnya pihak pabrik di desanya sudah menyatakan kesiapannya memperbaiki jalan desa yang rusak. Hanya saja, papar Imam, banyak warga tak sabar dan keburu beraksi.

"Sudah kami koordinasikan dan pihak pabrik siap bertanggung jawab untuk memperbaikinya. Namun mungkin belum sempat, warga keburu melakukan aksi itu," ungkapnya.

Tetapi aksi warga itu menjadi reaksi yang dianggap lumrah oleh Sugianto, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Blitar. Menurut Sugiarto, warga menuntut haknya atas kondisi jalan desanya yang tidak layak.

"Kalau memang truk-truk dari pabrik merusak jalan desa, ya harus bertanggung jawab. Masak, pabrik pemilik aspal sampai diprotes warga dengan tuduhan merusak jalan. Itu tidak pantas," ujar anggota dewan dari Partai Gerindra ini.

Ulah truk-truk besar pengangkut aspal yang justru menghancurkan lapisan aspal di jalan desa itu, juga dianggap tidak pantas oleh M Trianto, koordinator LSM Komite Rakyat Pemberantasan Korupsi (KRPK).

"Bukan hanya tidak pantas, namun tidak enak didengar. Masak ada pabrik beton dan aspal tetapi diprotes karena menjadi penyebab jalan rusak dan tak diperbaiki. Kasihan rakyat terus jadi korban," tegas Trianto. ****

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved