Brigadir J Ditembak di Rumah Jenderal

BLUNDER Putri Candrawathi yang Ngaku Tutup Telinga saat Brigadir J Ditembak, Martin: Dia Sudah Tahu

Kesaksian Putri Candrawathi di sidang pembunuhan Brigadir J pada Senin (12/12/2022) menjadi blunder bagi dia sendiri. 

Editor: Musahadah
kolase tribunnews/kompas TV
Ekspresi Putri Candrawathi dianggap sangat aneh oleh pakar mikro ekspresi saat bersaksi di sidang pembunuhan Brigadir J. 

Dikutip dari tayangan Perempuan BIcara di TVOne, pada Kamis (16/12/2022) malam, Poppy mengatakan, Putri Candrawathi saat menjelaskan bahwa dia diperkosa dan dibanting, beberapa kali ekspresinya menunduk. 

Ini umum dilakukan oleh korban perkosaan lain. 

Namun, biasanya orang yang diperkosa, selain dia menunduk, dia juga melihat ke atas, dan menunduk lagi. 

"Statemen ini bisa jadi pengalaman emosional, bisa jadi asumsi adalah malu," kata Poppy. 

Artinya, lanjut Poppy, antara yang diucapkan Putri dengan statemen dalam pikirannya ada kontraindikasi. 

"Masih kemungkinan. Bisa jadi,pengalaman emosional mengingat kejadian tersebeut karena punya konektivitas," katanya. 

Anehnya, lanjut Poppy saat menyampaikan pemerkosaan itu, Putri Candrawathi tidak menangis. 

Justru, Putri baru menangis ketika mengucapkan kalimat kalaupun. kepolisian tidak mensuport, justru memberi penghargaan ke Brigadir J. 

":Harusnya pada saat merecall memory perkosaan, dilecehkan itu seseorang biasanya nangis mungkin sampai gemeteran. Namanya pengalaman diperkosa, dilecehkan, Mau di kejadian 10 tahun kek, kalau recall gemeteran lho," katanya. 

Namun, Putri menangis justru bukan karena kejadian itu. 

"Kesedihanya ini karena polri justru memberikan penghargaan (kepada Yosua)," terang Poppy.

Lihat video selengkapnya

Tes Poligraf Terindikasi Bohong

Ahli Poligraf Aji Febriyanto Ar-rosyid mengungkap Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi terindikasi berbohong sesuai tes poligraf yang dilakukan.
Ahli Poligraf Aji Febriyanto Ar-rosyid mengungkap Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi terindikasi berbohong sesuai tes poligraf yang dilakukan. (kolase kompas TV)

Di bagian lain, hasil tes poligraf (lie detector) terhadap Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Bharada E, Bripka Ricky Rizal dan Kuat Maruf akhirnya terungkap di sidang pembunuhan Brigadir J yang digelar di PN Jakarta Selatan, Rabu (14/12/2022)

Dari hasil tes poligraf ini terungkap Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi terbukti berbohong.

Sementara Kuat Maruf di tes pertama tidak terbukti berbohong, sedangkan di tes kedua terbukti tidak jujur. 

Sedangkan Bharada E dan Bripka Ricky Rizal tidak terbukti berbohong alias jujur.  

Kaur Bidang Komputer Forensik yang juga Ahli Poligraf Aji Febriyanto Ar-rosyid mengungkapkan, haisl tes terhadap Sambo menunjukkan angka minus (-9), Putri Candrawathi -25, Kuat Maruf plus (+9) dan -13, Ricky Rizal +11 dan +19 dan Bharada E +13. 

Baca juga: KECEPLOSAN Pengacara Putri Candrawathi Sebut Ferdy Sambo Turun Mobil Bawa Senjata, Bharada E Kaget

Menurut Aji, hasil plus menunjukkan tidak terindikasi berbohong, sementara hasil minus terindikasi berbohong atau tidak jujur. 

"Bapak Ferdy Sambo terindikasi berbohong, Ibu Putri terindikasi berbohong," kata Aji di hadapan majelis hakim yang diketuai Wahyu Iman Santoso. 

Sementara untuk Kuat Maruf, ada dua pertanyaan yang diajukan dengan isu berbeda.

Di pertanyaan pertama, Kuat Maruf ditanyakan apakah dia memergoki persetubuhan antara Putri Candrawathi dan Brigadir J. 

Saat itu Kuat menyebut tidak memergoki, dan jawaban itu terindikasi jujur. 

Sementara di pemeriksaan kedua yang dilaksanakan pada 9 September 2022, Kuat ditanya, apakah dia melihat Ferdy Sambo menembak Brigadir J. 

Kuat menjawab  tidak melihat, dan jawaban itu terindikasi berbohong. 

Sementara untuk Bripka Ricky Rizal mendapat pertanyaan pertama tentang, apakah ada seseorang yang menyuruhnya mengambil senjata Brigadir J, dia menjawab tidak dan itu terindikasi jujur. 

Pertanyaan kedua sama dengan Kuat, apakah dia melihat Ferdy Sambo menembak, dia menjawab tidak melihat, dan itu terindikasi tidak berbohong. 

Sedangkan Bharada E ditanya apakah dia memberikan keterangan palsu? dia menjawab tidak dan jawabab itu terindikasi jujur. Artinya dia memang mengaku menembak Brigadir J. 

Aji mengungkapkan tingkat akurasi tes poligraf ini di atas 93 persen, 7 persen sisanya tergantung dari keahlian si pemeriksa. 

"Semakin pandai seorang pemeriksa, nilai keakuratan semakin tinggi," katanya.

Tes poligraf ini diketahui dari detak jantung, kelenjar keringat, pernafasan dada dan pernafasan perut.

Untuk itu, pada tubuh terperiksa akan diberi sensor pernafasan dada, sensor pernafasan perut, elektrodermal dan kardiovaskuler.

"Bisa gak orang jujur terindikasi bohong? mungkin gak?," tanya hakim. 

Aji memastikan selama ini belum pernah. 

Lalu, bagaimana jika kondisi terperiksa ketakutan yang membuatnya grogi? 

"Kalau untuk grogi, biasanya di setiap spot akan muncul grafik grogi ini," katanya. 

Aji juga menerangkan, selain terindikasi berbohong, terindikasi jujur, tes poligraf ini juga menyebut no opinion atau tidak dapat disimpulkan. 

"Bisa gak poligraf dimanipulasi? yang terperiksa memanipulasi?," tanya hakim. 

Aji memastikan pengalamannya selama ini belum ada yang pernah memanipulasi.

Sementara dari jurnal ilmiah yang dia pelajari, data sejak tahun 1960 an hingga kini, hanya ada 4 hingga 5 orang yang mampu lolos tes poligraf.

"Dari jutaan pemeriksaan, karena di Amerika sudah intens melakukan tes poligraf," tukasnya.

>>>Ikuti Berita Lainnya kasus Ferdy Sambo di News Google SURYA.co.id

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Martin Simanjuntak: Omong Kosong Putri Candrawathi Tak Tahu soal Penembakan Brigadir J

Sumber: Tribun Jambi
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved