Berita Surabaya
Mantan Ketua Umum PB IDI dr Prijo Sidipratomo: Soal Pelabelan BPA Kemasan Pangan Bukan Ranah Dokter
PB IDI menyatakan persoalan pelabelan Bisphenol A (BPA) kemasan plastik berbahan polikarbonat bukan merupakan ranah dunia kedokteran.
Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: irwan sy
“Ada 200 ribu dokter IDI. Rilis ini baru pagi ini. Kalau bertanya pada dokter yang sudah dapat info soal ini, mereka pasti tahu. Kalau yang ditanya itu mungkin nggak tahu dan nanti akan dikasih tahu,” jelas Elizabeth.
Ketua Umum PB IDI, Dr Adib Khumaidi SpOT, juga tidak memberikan jawaban saat dikonfirmasi soal penyebaran rilis PB IDI yang tanpa tanda tangannya itu saat dihubungi melalui WhatsApp Messenger.
Sebelumnya diberitakan, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menegaskan bahwa air kemasan plastik berbahan polikarbonat itu hingga kini masih aman untuk digunakan, baik oleh anak-anak dan ibu hamil.
Menurutnya, isu-isu seputar bahaya penggunaan air kemasan ini yang dihembuskan pihak-pihak tertentu adalah hoaks.
“Itu (isu bahaya air kemasan berbahan polikarbonat) hoaks,” tandasnya.
Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof DR dr Aru Wisaksono Sudoyo SpPD-KHOM FINASIM FACP juga mengatakan belum ada bukti air kemasan berbahan polikarbonat menyebabkan penyakit kanker.
Menurutnya, 90-95 persen kanker itu dari lingkungan atau environment.
“Kebanyakan karena paparan-paparan gaya hidup seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok, dan lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian air kemasan itu menyebabkan kanker,” bebernya.
Hal senada disampaikan Dr M Alamsyah Aziz SpOG (K) MKes KIC, dokter spesialis kandungan yang juga Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Aziz mengatakan sampai saat ini dirinya tidak pernah menemukan adanya gangguan terhadap janin karena ibunya meminum air kemasan berbahan polikarbonat.
Karenanya, dia meminta para ibu hamil agar tidak khawatir menggunakan kemasan AMDK ini, karena aman sekali dan tidak berbahaya terhadap ibu maupun pada janinnya.
Sementara, Dosen Biokimia dari Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor (IPB), Syaefudin, PhD, mengungkapkan bahwa Bisphenol A (BPA) yang tidak sengaja dikonsumsi para konsumen dari kemasan pangan akan dikeluarkan lagi dari dalam tubuh.
Karena, menurutnya, BPA yang secara tidak sengaja masuk ke dalam tubuh itu akan diubah di dalam hati menjadi senyawa lain sehingga dapat lebih mudah dikeluarkan lewat urin.
“Jadi sebenarnya, kalau BPA itu tidak sengaja dikonsumsi oleh kita tubuh kita. Misalkan dari air minum dalam kemasan yang mengandung BPA. Tapi, ketika dikonsumsi, yang paling berperan itu adalah hati. Ada proses glukorodinase di hati, di mana ada enzim yang mengubah BPA itu menjadi senyawa lain yang mudah dikeluarkan tubuh lewat urin,” pungkas Syaefudin.