Surya Militer

SOSOK Sukiman, Kakek-kakek yang Dihormati Prajurit Kopassus, Dulu Petinggi Pasukan Baret Merah

Inilah sosok Sukiman, kakek-kakek yang dihormati para prajurit Kopassus. Ternyata dulu petinggi pasukan baret merah.

Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
instagram @penkopassus
Sosok Sukiman, Kakek-kakek yang Dihormati Prajurit Kopassus, Dulu Petinggi Pasukan Baret Merah. 

Operasi pembebasan dilakukan pada 31 Maret 1981 atau hari keempat di Bandara Don Mueang, Bangkok, Thailand. 

Disebutkan, operasi penyelamatan itu hanya berlangsung dalam waktu tiga menit saja.

Arsip Harian Kompas, 1 April 1981 memberitakan, operasi itu sudah disiapkan dengan matang di Jakarta sejak peristiwa pembajakan itu terjadi. Operasi berjalan saat Pemerintah Thailand mengizinkan pasukan komando Indonesia beraksi. 

Melalui pengamatan wartawan Kompas, Dudi Sudibyo di lokasi pada saat itu, tanda operasi pembebasan belum terlihat pada Senin (30/3/1981) malam.

Suasana di sekitar pesawat masih cenderung sepi. Senin malam, pukul 21.00 waktu setempat, ada sebuah mobil katering mendekat setelah mendapat kode lampu dari pesawat.

Adapun kode itu merupakan sinyal dari pembajak agar permintaan mereka menyangkut makanan, minuman, bahan bakar dan kebutuhan lainnya bisa dipenuhi.

Kemudian, tampak keluar tiga orang pria yang tidak memakai baju membawa kantong-kantong plastik yang mungkin berisi makanan dan minuman.

Setelah itu, tidak ada apa-apa lagi, semuanya kembali menjadi sunyi senyap.

Kemudian pada Selasa, sekitar pukul 02.30 waktu setempat, ada gerakan di semak-semak sekitar 400 meter dari pesawat.

Secara tiba-tiba, muncullah sosok yang ternyata adalah iring-iringan Pasukan Khusus Anti Teroris Indonesia.

Mereka adalah Komando Pasukan Sandi Yudha (Koppasandha) pimpinan Letkol Infanteri Sintong Panjaitan, kini bernama Komando Pasukan Khusus (Kopassus).

Pasukan berjalan berdua-dua dalam satu iringan dua baris tanpa ketergesaan serta tanpa keraguan.

Pasukan itu bergerak mengendap dan teratur dalam formasi dua baris mendekati pesawat dan membawa tiga tangga.

Dua tangga dilekatkan di masing-masing sayap, satu tangga di bagian belakang pesawat.

Tak membutuhkan waktu lama, mereka bergerak masuk ke pesawat melalui pintu darurat dekat sayap dan bagian belakang di bawah badan pesawat.

"Tiba-tiba terdengarlah tembakan-tembakan, mungkin dalam waktu dua detik," kata warga negara Belanda di dalam pesawat, Henk Siesen dikutip dari Harian Kompas.

"Komando itu berteriak: 'Semua penumpang tiarap'. Dan berjatuhanlah sosok-sosok tubuh campur baru berusaha untuk tiarap ke lantai," ucap Henk.

Penumpang yang tiarap berusaha dikeluarkan satu per satu lewat pintu depan.

Upaya penyelamatan sandra dari tangan pembajak tidak mudah.

Ada seorang pembajak yang ikut tiarap bersama para penumpang.

Dia membawa granat dan kemudian melemparkannya setelah pinnya ditarik.

Untungnya, gramat itu tidak meledak dan berhasil diamankan oleh pasukan komando.

Pembajak yang melempar granat itu pun ditembak mati saat berusaha melarikan diri lewat pintu depan. Fahrizal, salah seorang pembajak yang duduk di dekat pramugari, sempat melepas tembakan ke arah pasukan komando, namun untung saja tak tepat sasaran.

Ia akhirnya bunuh diri dengan menembak keningnya sendiri. Sementara itu, dua pembajak lainnya sempat berupaya kabur dari pesawat, namun mereka ditembak mati.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved