Ritual Maut di Pantai Payangan Jember
NASIB Nurhasan Ketua Ritual Maut Pantai Payangan Jember, Istri Muda dan Anak Tiri Tewas, Bisa Dibui
Begini lah nasib Nurhasan, sosok ketua di balik ritual maut di Pantai Payangan Jember, Jawa Timur yang menewaskan 11 orang.
Penulis: Tony Hermawan | Editor: Musahadah
SURYA.CO.ID, JEMBER - Begini lah nasib Nurhasan, sosok ketua di balik ritual maut di Pantai Payangan Jember, Jawa Timur yang menewaskan 11 orang.
Ternyata, dua dari 11 korban tewas itu adalah istri muda dan anak tiri Nurhasan, yakni Ida (22) dan P (13).
Ida diketahui istri kedua Hasan yang selama ini tinggal di Dusun Gayam Desa Kaliwining Kecamatan Rambipuji, dekat Terminal Tawangalun.
Sementara Hasan menempati rumah di Dusun Botosari, Desa Dukuh Mencek, Kecamatan Sukorambi bersama istri pertama dan ibunya.
Dugaan kuat, Ida dan P sudah masuk dalam anggota Tunggal Jati Nusantara. Sebab, mereka beberapa kali ikut acara ritual yang diadakan oleh Hasan. Termasuk
N, anak Hasan dan Ida yang masih berusia dua tahun.
Beruntung, N selamat dari tragedi gulungan ombak pantai selatan. Karena saat itu, posisi N cukup jauh dari bibir pantai. Dia digendong salah seorang pengikut Hasan yang selamat.
Baca juga: Terungkap Alasan Bripda Febriyan Duwi Ikut Ritual Ngalab Berkah di Jember, Pesan Terakhir Disorot
Usai kejadian itu, Hasan langsung diperiksa oleh Satreskrim Polres Jember. Hasan sekarang berstatus saksi.
Tidak menutup kemungkinan, status Hasan bisa berubah menjadi tersangka. Sebab, apabila merujuk Pasal 359 KUHP, jika kegiatan seseorang membuat nyawa orang lain celaka bisa dijerat pidana.
Sampai sekarang, polisi sudah memeriksa 13 orang saksi. Kebanyakan, mereka dari kalangan pengikut Hasan.
Akan tetapi, polisi menemui kendala ketika hendak memeriksa Hasan. Hasan tiba-tiba mengaku sesak nafas. Sampai-sampai Hasan harus dilarikan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soebandi.
Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan, akan tetap melanjutkan pemeriksaan ketika kondisi Hasan pulih.
"Gelar perkara akan dilakukan setelah selesai memeriksa semua saksi," ungkap Hery.
Menurut Hery, dalam kasus ini peran polisi hanya bisa menulusuri apakah dalam peristiwa 11 orang tewas apakah ada unsur pidana atau tidak.
Sedangkan, untuk menyimpulkan kegiatan Kelompok Tunggal Jati menyimpang dari norma-norma agama atau kepercayaan pihaknya membutuhkan pengusutan lebih dalam.
Pengusutan itu setidaknya harus melibatkan tokoh-tokoh agama maupun sesepuh dari kepercayaan tertentu.
"Untuk doa-doa yang merujuk pada aliran tertentu, tentu membutuhkan pendalaman. Kemudian kami akan coba gali dari ahli untuk menelusuri kategori aliran ini," pungkasnya.
Sosok Nurhasan
Nurhasan selama ini dikenal sebagai paranormal.
Dia membuka praktik di rumahnya, di Dusun Botosari, Desa Dukuh Memcek.
Rumah berdinding putih menghadap selatan itu juga kerap dipakai tempat berkumpul pengikut Kelompok Tunggal Jati Nusantara.
Hampir setiap hari rumah Hasan dikunjungi tamu. Entah dari mana saja asal mereka. Apalagi kalau malam Jumat, jumlah tamu yang datang bisa sampai 20an orang.
Tetangga kanan-kirinya sudah biasa melihat rumah Hasan sering dikunjungi banyak tamu.
Cerita yang beredar, dia dianggap punya kekuatan spiritual sehingga mampu menerawang nasib orang di masa depan, termasuk mengajak orang meraih ketenangan jiwa.
"Dia kalau kemana-mana pakai selendang hijau," kata Budi Harto, Sekretaris Desa Dukuh Mencek.
Paranormal sangat begitu melekat di diri Hasan. Tamu-tamu yang datang bukan hanya dari kalangan bawah.
Cukup banyak tamunya datang membawa mobil. Saking eksisnya, kemampuan ini sudah dijadikan dirinya sebagai pekerjaan. Sampai-sampai, dia bisa menghidupi dua istri dan dua anak.
"Kalau Pak Hasan dulunya ini kerja di Malaysia. Terus 2010 itu pulang. Kayaknya setelah itu, dia dikenal sebagai paranormal," ujarnya.
"Pak Hasan sama istrinya ketemu ketika kerja di Malaysia," sambung Budi Harto.
Sementara itu, Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan, hasil penyelidikan sementara Kelompok Tunggal Jati ini merupakan tempat pengobatan alternatif.
Akan tetapi, terkadang tujuan orang yang datang ke Hasan juga bermacam-macam. Ada yang ingin konsultasi masalah ekonomi, rumah tangga, atau pun kesehatan.
"Nah ini kesehatan secara fisik maupun batin. Bermacam-macamlah alasan orang yang datang dan bergabung," beber Hery.
Kebanyakan, pengikut Hasan dulunya adalah seorang pasien. Banyak pasien mengaku sembuh setelah datang ke Hasan. Keberhasilan itu sering diceritakan pasien-pasien ke orang lain. Sehingga cukup banyak yang tertarik menjadi pengikutnya.
Baca juga: MASA LALU KELAM Korban Ritual Maut Pantai Payangan Jember Terungkap, Ibu: Dia Dapat Ketenangan Hati
"Kemudian mereka yang sembuh itu memberikan testimoni kepada satu atau dua orang, sehingga kemudian ikut" sambung Hery.
Pada prosesnya, tak hanya orang yang sakit yang datang ke Nurhasan.
Mereka yang punya masalah ekonomi hingga masalah keluarga pun mendatanginya.
Masalah ekonomi itu antara lain ada yang ingin kaya.
Tak cuma mengobati, Nurhasan ternyata juga memberikan ilmu kepada pasiennya yang kemudian dia angkat sebagai pengikutnya.
Bagi pengikut yang dinyatakan lulus, maka dia sudah bisa mengobati pasien lain.
Seperti Sofiana Nazia (22) murid Nurhasan yang sudah empat tahun masuk di padepokan itu.
Sofiana menjadi korban tewas dalam ritual maut tersebut.
Dewi Soleha (48), ibu Sofiana mengatakan, awal sang anak masuk kelompok ini karena ingin mencari ketenangan hati.
"Katanya mau mencari ketenangan hati, mau berubah," ujar Dewi Soleha, Senin (14/2/2022).
Dewi menuturkan, anaknya sempat menjadi remaja yang nakal. Dia mengkonsumsi minuman keras, seperti arak.
"Terus orangnya juga keras, tidak nurut sama saya. Dari situ, dia ingin berubah, terus diajak temannya untuk ikut kelompok itu supaya bisa berubah," kata Dewi.
Ketika ikut kelompok itu, kata Dewi, anaknya memang berangsur berubah.
"Memang tidak langsung berubah, setahun pertama belum. Namun setelahnya berubah, nurut sama saya. Terus dia bilang mendapat ketenangan hati," lanjutnya.
Karenanya, Dewi tidak melarang Sofi ikut kelompok tersebut. Bahkan setelah empat tahun berjalan, Sofi dinyatakan lulus dan sudah bisa mengobati pasien lainnya.

Penjelasan Ketua MUI Jember
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember KH Abdul Haris mengaku tidak pernah mengetahui nama atau kiprah Kelompok Tunggal Jati Nusantara, Jember.
Dia mengetahui perihal kelompok tersebut setelah terjadi insiden ritual maut di Pantai Payangan, menyebabkan 11 orang meninggal dunia.
"Saya tidak pernah tahu kelompok ini, tahunya ya setelah ada kejadian ini," ujar Haris yang diwawancarai usai mengikuti rapat dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Pendapa Wahyawibawagraha, Jember, Senin (14/2/2022).
Karenanya, kata Haris, dirinya tidak bisa memberikan data banyak atau lengkap perihal kelompok tersebut. Termasuk ketika ditanya tentang sosok ketua kelompok yang bernama Nurhasan, Haris juga tidak mengetahui siapa dia.
Pihaknya akan mengetahui setelah pengumpulan data dan informasi perihal kelompok itu dilakukan.
Dari pengamatan dua hari berjalan, Haris menilai tidak ada yang aneh dari bacaan yang dibaca oleh anggota kelompok tersebut.
"Kalau dari sisi bacaan tidak ada yang aneh, namun kemudian menjadi aneh karena ritual dilaksanakan di pantai, apalagi ketika ombak dalam keadaan besar, dan konon katanya sudah dilarang. Itu yang jadi masalah," kata Haris.
Padahal sudah jelas dalam ajaran keyakinan Islam, imbuhnya, tempat yang istimewa untuk mendekat kepada Allah SWT ketika memiliki masalah, atau ingin menyelesaikan masalah adalah di masjid atau tempat ibadah.
Sementara itu, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang berpidato di hadapan keluarga korban meninggal dunia akibat terseret ombak pantai selatan saat mengikuti ritual, menyarankan, jika sedang dirundung masalah, dan ingin mendekat kepada Allah SWT, sebaiknya berdizkir.
"Cari tempat tenang, bukan tempat berbahaya, berdzikirlah," kata Khofifah.
Seperti diberitakan, ritual kelompok Tunggal Jati Nusantara berujung maut, Minggu (13/2/2022). 11 orang meninggal dunia karena terseret ombak.
Berikut daftarnya:
1. Sulastri (42) warga asal Desa Gebang Kecamatan/ Kabupaten Jember.
2. Pinkan (13) warga asal Desa Tawangalun Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember.
3. Arisco (21) warga asal Desa Gumukmas Kabupaten Jember.
4. Ida (33) warga asal Desa Tawangalun Kabupaten Jember.
5. Bripda Febrian Duwi (25) warga asal Desa Sumber Salam Kecamatan Tenggaran Kabupaten Bodowoso
6. Yuli (42) warga asal Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember
7. Basuni (55) warga asal Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember.
8. Sofi (22) warga asal Kecamatan Gebang Kabupaten Jember.
9. Sri Wahyuni (30) warga asal Kecamatan Gebang Kabupaten Jember.
10. Syaiful bahri (35) warga asal Kecamatan Ajung Kabupaten Jember.
11. Kholifah warga Desa Gugut, Rambipuji.
Dari 11 korban tewas itu, hanya Kholifah yang selesai dilakukan pemeriksaan antem mortem.
Hasil analisis, korban mengalami luka di bagian pelipis mata dan cidera di bagian kaki. Dugaan kuat korban terbentur tebing setelah tergulung ombak ganas pantai selatan. (sri wahyunik)