Berita Blitar
Pemkab Blitar Terus Dihujani Desakan untuk Perbaiki Jalan, Jalur ke Pabrik Gula Berubah bak Kuburan
Masak perbaikan jalan itu kan kewajiban mereka (pemerintah). Dan kami berhak atas jalan yang bagus, namun tidak diperhatikan
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, BLITAR - Gelombang aksi warga atas kerusakan jalan desanya menyebar bak virus Corona, menular dari satu desa ke desa lain. Setelah aksi penutupan jalan dengan batu-batu di warga Dusun Jajagan, Desa Jugo, Kecamatan Kesamben, Rabu (17/11/2021) lalu, aksi protes atas kerusakan jalan juga meluas ke Desa Ngembul dan Desa Rejoso, di Kecamatan Binangun, Kamis (18/11/2021).
Bahkan di Desa Rejoso, warga nekad memasang batu nisan lengkap dengan penutup makam alias kijing di jalan yang rusak. Di dekatnya ditanam juga sebatang pohon pisang, sehingga suasana di jalan desa tersebut sudah bak kuburan.
Jarak antara Desa Jugo dan dua desa di Kecamatan Binangun hanya sekitar 2 KM dan dipisahkan Sungai Brantas. Tetapi warga Desa Ngembul dan Desa Rejoso melancarkan aksi tidak hanya memprotes sikap cuek pemkab, tetapi juga ditujukan kepada Pabrik Gula PT Rejoso Manis Indo (PG PT RMI).
Mungkin pesannya adalah PT RMI yang beroperasi tiga tahun terakhir, juga harus ikut bertanggung jawab atas hancurnya aspal jalan desa mereka. Sebab jalan desa sepanjang 8 KM rusak parah, salah satunya akibat truk-truk tronton bermuatan tebu kerap melintas untuk menuju PG milik swasta itu.
Dan di Desa Rejoso, warga yang melintas bisa jadi bergidik ngeri karena ada batu nisan di tengah jalan. Jalan di dekat batu nisan itu seketika menebar nuansa seram namun menyita perhatian para pengguna jalan.
Dan pada batu nisan itu ada tulisan menggelitik, "Turut berduka cita atas rusaknya jalan Rejoso". "Ya, begitulah, dengan apa lagi kami ini mengingatkan ke pemda. Sebab dialog juga sudah dilakukan berkali-kali, bahkan juga aksi. Makanya kami sudah tifak ada cara yang lebih bagus kecuali seperti ini (menaruh batu nisan di jalan yang rusak)," papar seorang warga.
Alasan menempatkan batu nisan dan kijing itu, warga ingin ada perhatian semua pihak. Dan kalau pemda tidak punya hati nurani untuk memperbaiki jalan desa yang sudah rusak parah, tuturnya, maka disimbolkan seperti orang mati di bawah batu nisan itu.
"Silakan diterjemahkan sendiri. Masak perbaikan jalan itu kan kewajiban mereka (pemerintah). Dan kami berhak atas jalan yang bagus, namun tidak diperhatikan. Kan pejabat atau pengusaha yang zalim karena melukai hati rakyatnya," ungkapnya.
Seperti aksi di desa-desa lainnya, tidak ada yang tahu kapan pemasangan batu nisan itu dilakukan. Sebab warga baru tahu ketika pagi melintas sudah ada pohon pisang di tengah jalan, dan batu nisan.
Dan perangkat desa ternyata tidak kuasa melarang perbuatan warganya, yang memprotes pemda atas kerusakan jalan selama empat tahun di sana. "Kami tidak bisa mencegahnya karena itu aspirasi warga kami," ujar Wawan Aprilianto, Kades Rejoso.
Dan menularnhya gelombang aksi atas tuntutan perbaikan jalan di desa-desa, sepertinya akan kian marak dan sulit dibendung. Sebab, memang kondisinya sangat memprihatinkan karena sudah 8 KM jalan desa di sepanjang jalur yang menuju ke pabrik gula itu rusak parah.
Meski sudah dilakukan tambal sulam beberapa bulan lalu, dengan ditutup cor pada bagian yang berlubang namun sepertinya tak ada artinya. Sebab setiap hari jalan itu dilewati ratusan truk tronton, baik yang mengangkut tebu maupun hasil tambang batu kaolin.
"Mestinya desa di sepanjang jalur tambang bisa memiliki jalannya bagus karena ada potensi alam. Ada tambang batu kaolin dan juga pabrik gula. Bukannya malah kian menyumbang kerusakan atas jalan desa kami," ujar warga. ****