Wawancara Eksklusif

CEO Regional VIII/Jawa 3 Bank Mandiri I Gede Raka Arimbawa Ungkap Strategi Tetap Tumbuh saat Pandemi

Pandemi Covid-19 yang berlangsung mulai Maret 2020 menjadi catatan tersendiri bagi I Gede Raka Arimbawa, CEO Regional VIII/Jawa 3 Bank Mandiri.

Penulis: Sri Handi Lestari | Editor: Parmin
Foto:video surya
News Director Tribun Network Febby Mahendra Putra (berkopyah) memberikan kenang-kenangan kepada CEO Regional Bank Mandiri Jatim I Gede Raka Arimbawa di kantor Bank Mandiri Jatim, Surabaya, Kamis (30/9/2021). 

Untuk ekspansi lagi, tentunya melihat situasi dan trennya ke mana dulu. Kami akan ikuti sambil menentukan langkah ekspansi apa agar bisnis bisa berkembang.

Pengalaman yang tidak terlupakan selama pandemi?

Pertama, bagaimana kami harus berjuang bersama saat pandemi. Terutama dalam memberikan informasi yang clear dan tegas. Juga komunikasi yang sangat intens dan terstruktur.

Kami membuat kelompok 1-4, di mana satu kelompok empat orang, satu orang memimpin untuk menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan kewaspadaan yang untuk diterapkan di pegawai dan keluarga. Dan hal ini cukup berhasil mengendalikan penularan Covid-19 di antara karyawan kami.

Selama pandemi ada karyawan yang terpapar hingga wafat?

Ada tiga yang wafat saat gelombang pertama Covid-19 terjadi. Belum ada vaksin.
Setelah itu kami ada pengalaman, dan kemudian menyusun strategi untuk penanganan yang terpapar.
Membentuk klinik bekerja sama dengan Kimia Farma, kemudian treatment untuk pegawai yang terpapar, mulai dari yang parah, sedang, dan OTG.

Apakah manajemen memberikan fasilitas isolasi mandiri?

Untuk gelombang pertama belum ada. Isolasi masih diatur bekerja sama dengan rumah sakit (RS) rekanan untuk yang butuh perawatan, kemudian yang sedang dan OTG, kami bekerja sama dengan pemda setempat untuk masuk ke RS Indrapura, RS Haji dan RS lapangan lainnya.

Selain itu yang belum terpapar, manajemen juga mensupport dengan memberikan vitamin bagi yang berada di area zona merah.

Juga pembagian karyawan masuk dengan WFH (work from home) dan WFO (work from office) secara disiplin dan ketat. Hasilnya cukup menjaga angka penularan rendah di kalangan kami.

Kemudian mulai 1 Maret 2021, vaksinasi mulai dilakukan dan selesai seluruhnya hingga vaksin kedua di dua minggu sebelum gelombang kedua Covid-19 datang mulai awal Juli 2021.

Kalaupun ada yang terpapar, karena sudah vaksin, tidak sampai parah. Kurang dari tujuh hari sudah sembuh.
Kuncinya ternyata adalah vaksinasi dan cukup menjaga untuk tidak mengalami keparahan.

Apakah sempat menghadapi kondisi kesulitan mendapatkan obat dan perawatan di RS bagi karyawan yang terpapar saat second wave Covid-19?

Tidak, karena memang saat second wave, karena sudah banyak yang sudah vaksin, sehingga tidak ada yang parah. Tapi sempat harus membantu dua anggota keluarga dari pegawai region lain yang ada di sini untuk mendapatkan perawatan di RS.

Itu juga pengalaman yang tidak terlupakan, karema harus antre 24 jam, dan kondisi itu menunjukkan segala koneksi susah tidak bisa menyelesaikan karena RS penuh semua.

Dengan nasabah juga ada, yang mereka tidak mau bertemu, dan kalau bertemu harus PCR dulu. Awal kami ikuti sambil menyampaikam bahwa kami juga sengat ketat dalam menerapkan protokol kesehatan.

Alhamdulillah sampai sekarang saya juga nggak pernah positif dan akhirnya kami sama-sama saling menjaga.

Apakah waktu istirahat berkurang karena pandemi ini?

Kalau pertama saat sibuk mengurus restrukturisasi pasti berkurang. Tapi setelah selesai proses restrukturisasi, jam tidur mulai diatur untuk menjaga imunitas juga agar tidak drop dan mudah terpapar.

Waktu libur juga kami manfaatkan sebaik-baiknya dan kalau harus menjaga relationship dengan nasabah yang memang kadang bisa ditemuinya di Sabtu dan Minggu, juga tetap saya lakukan.

Bisa diceritakan biodata Pak Gede dari lahir hingga berhasil mencapai posisi saat ini?

Saya lahir di sebuah desa dengan pertanian dan perkebunan di Pupuan, Tabanan, Bali, tahun 1973. Pendidikan SD, SMP, dan SMA di Tabanan dan baru kuliah di Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor (ITB) angkatan tahun 1992.

Setelah lulus sempat bekerja di PTPN (PT Perkebunan Nusantara), kemudian di Balai Penelitian Tanaman Hias dan baru tahun 1997 masuk bank di Bank Bumi Daya.

Penempatan di Ujung Pandang, yang sekarang Makassar. Sampai tahun 1999, saat Bank Bumi Daya merger dan jadi Bank Mandiri, saya dinas di staf kantor Bank Mandiri Kanwil Makassar.

Tahun 2001 pindah ke cabang Mandiri Sorowako, Sulawesi Selatan. Daerah terpencil tapi kami melayani PT Inco atau yang sekarang PT Vale, sebagai perusahaan tambang nikel, yang sekarang daerah itu sudah berkembang ramai.

Tahun 2004, pindah ke Kendari, Sulawesi Tenggara, sampai tahun 2005 kembali ke Makassar, dan berlanjut sebagai pertama kalinya jadi branch manager di Bitung, Sulawesi Utara tahun 2007.

Tahun 2009 ke Jakarta, di Mandiri Cabang Kelapa Gading, berlanjut ke Cabang Fatmawati, dan tahun 2011 kembali lagi ke Pare-Pare, Sulawesi Barat.

Tahun 2015 ke cabang Mandiri Tangerang, termasuk membawahi wilayah Bandara Internasional Soekarno Hatta sampai 2017. Pindah ke Deputi Regional XII Jayapura, sampai satu tahun kemudian, menggantikan Regional CEO Jayapura, tahun 2018, sampai tahun 2020, pindah di Surabaya.

Untuk keluarga, tinggal di Jakarta, dengan dua anak, yang duduk di bangku SMA dan SMP. Selama pandemi dan sekolah daring, memilih tinggal di Surabaya, dan saat mendekati sekolah tatap muka, sudah kembali ke Jakarta.

Pengalaman paling menarik selama berkarier di perbankan?

Pertama, karena bertugas saat ada pandemi Covid-19 tentunya.
Kedua, saat di Makassar, berhubungan dengan petani-petani plasma atau masyarakat yang punya lahan, kemudian mengembangkan lahannya jadi lahan sawit dan kami Bank Mandiri sebagai pendamping untuk modalnya.

Mereka bisa menjadi petani yang digaji, kemudian hasil lahannya sudah pasti diterima oleh industri.

Hal itu menjadi sangat menyenangkan, karena mereka bisa meningkatkan ekonomi dan taraf hidupnya. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved