Berita Pasuruan
Cerita Perajin Alat Drumband Asal Purwodadi Pasuruan, Omzet Terjun Bebas saat Pandemi
Sejak pandemi COVID-19, usahanya bak diterjang badai besar. Ia nyaris gulung tikar.
Penulis: Galih Lintartika | Editor: Titis Jati Permata
SURYA.CO.ID, PASURUAN - Asmudi akhirnya bernafas lega setelah pemerintah mulai melonggarkan aktivitas di sekolah dengan dimulainya pembelajaran tatap muka terbatas (PTM).
"Ya mudah-mudahan, PTM ini menjadi titik balik usaha yang saya geluti selama puluhan tahun ini. Semoga PTM menjadi penanda kebangkitan usaha yang sudah mati suri ini," kata Asmudi, Selasa (24/8/2021).
Asmudi adalah salah satu perajin alat drumband atau marching band asal Purwodadi, Pasuruan.
Sejak pandemi COVID-19, usahanya bak diterjang badai besar. Ia nyaris gulung tikar.
"Sejak pandemi saya sudah tidak lagi produksi. Tidak ada pesanan karena tidak ada aktivitas di sekolah. Pasar alat drumband ini kan sekolah-sekolah, jadi sekolah libur otomatis berdampak pada usaha saya," lanjut dia.
Menurut dia, 30 karyawannya terpaksa dirumahkan untuk sementara.
Sebenarnya, ia mengaku tidak tega tidak memperkerjakan karyawannya.
Namun,itu terpaksa dilakukan karena ia tidak memiliki cadangan dana untuk membayar gaji karyawannya.
"Tidak ada orderan. Benar benar sepi. Jadi, sejak pandemi satu tahun jemarin omzet penjualan menurun sampai 95 persen lebih. Tidak ada pemasukan sama sekali," keluh Asmudi.
Dia menyampaikan, saat kondisi normal, per bulan perkiraan ada orderan tiga sampai empat set atau sekitar Rp 30 juta-Rp 40 juta.
Baca juga: Penerimaan Pajak KPP Pratama Ponorogo Hingga Agustus Capai 70 Persen
Namun, karena kondisi pandemi, omzet penjualan menurun drastis.
Ia menceritakan, banyak peralatan drum band yang sudah terlanjur diproduksi tidak bisa dijual dan sekarang ada di gudang.
Ia hanya berharap kondisi bisa normal seperti dulu lagi, sehingga penjualan alat drumband terangkat kembali.
Sekadar informasi, selain di jual di dalam negeri, Asmudi juga menjual hasil kerajinannya ini ke luar negeri.
Seperti, Malaysia, Singapura, dan beberapa negara Asean.
Biasanya, pasar luar negeri didominasi oleh suporter sepak bola.