Berita Blitar
Panorama Pantai, Tebing Sampai Paralayang; Jadi Alasan Pemudik Nekat Melalui Jalur Tikus ke Blitar
para pemudik yang nekat itu akan membuat kawasan pedesaan makin dikenal sekaligus branding gratis destinasi wisata tanpa beriklan.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Deddy Humana
SURYA.CO.ID, BLITAR - Demi keselamatan bangsa dari penularan Covid-19 yang lebih luas, pengetatan perbatasan dari arus mudik di momen Idul Fitri 2021 memang diperlukan. Sebaliknya, bagi warga Indonesia mungkin ironis karena seperti dikejar-kejar saat mudik di negara sendiri sehingga muncul istilah 'jalur tikus' untuk menyebut jalan perkampungan atau pelosok agar terhindar dari penyekatan.
Dalam perbincangan dengan SURYA, Minggu (2/5/2021), anggota DPRD Kabupaten Blitar, Wasis Kunto Admojo mengakui bahwa banyak jalur alternatif (jalur tikus) yang bakal semakin ramai kendaraan pemudik ketika ada pengetatan di perbatasan antardaerah.
Wasis membenarkan pemberitaan sebelumnya bahwa jalur tikus yang sampai ke pelosok itu, malah makin diminati. Apalagi di wilayah Blitar, di sepanjang jalur tikus itu malah banyak pemandangan bagus dan tempat wisata baru. Karena itu ia menduga para pemudik bisa mengaku berwisata agar bisa lolos dari razia di perbatasan.
"Kami bukannya tidak setuju dengan pengetatan untuk melarang mudik itu. Kami mendukungnya. Namun kalau tempat wisata diperbolehkan dibuka, nantinya pemudik akan mudah lolos dengan berpura-pura pelesir atau memang pelesir sungguhan baru mudik," tegas anggota DPRD dari Partai Gerindra ini.
Wasis juga tidak mempersoalkan kalau jalan desa mendadak jadi ramai kendaraan yang melintas. Meski akhirnya akan ketahuan petugas, para pemudik yang nekat itu akan membuat kawasan pedesaan makin dikenal, sekaligus branding gratis destinasi wisata tanpa beriklan.
Pro kontra pemberlakukan razia di perbatasan untuk menghalau balik pemudik, memang belum usai. Hanya, bisa saja pemudik tidak berniat berwisata namun kalau nekat melewati jalan-jalan tikus antara Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar memang ada sensasi tersendiri.
Sebab mereka tidak sekadar mudik namun sekalian pelesir sebelum sampai ke kampung halamannya. Karena semua jalur itu melewati tempat wisata. Misalnya dari arah Kediri, pemudik tidak harus lewat jalur utama yang tembus di Pasar Srengat. Namun mereka bisa mengambil jalur lain ke arah Kecamatan Nglegok, dan di sana bisa mampir ke Candi Penataran.
Begitu juga kalau pemudik lewat jalur tikus dari arah Malang. Di sepanjang pesisir Pantai Hindia itu atau di perbatasan Malang-Blitar itu, banyak menyajikan wisata ala, yang menggoda. Bahkan saat ini banyak pilihan, apalagi jalan intas selatan (JLS) yang sudah terhubung antara Malang-Bitar, kian menggoda andrenalin wisatawan.
Sebab selain jalannya menerobos hutan belantara, juga banyak melewati sungai dengan di atasnya ada jembatan yang menarik. SURYA yang sempat menjajal JLS, Sabtu (1/5/2021) lalu, menyaksikan adanya beberapa titik tebing yang mengapit jalan itu. Dan barisan kendaraan sudah mengular di jalanan berbukit.
"JLS bukan sekadar jalan, namun menjadi destinasi wisata karena jalannya menerobos hutan dan ada tebing yang indah, seperti di Imogiri ke arah Gunung Kidul," ujar seorang pejabat Pemprov yang mengecek pembangunan JLS waktu itu.
Kalau pemudik mau melewati Malang dan agak santai, mereka bisa lewat jalur Selatan. Dari arah Kecamatan Kepanjen Malang, pemudik bisa menuju ke Kecamatan Donomulyo - ini kecamatan paling ujung Selatan dan Barat (Baratdaya) dari wilayah Kabupaten Malang - yang berbatasan dengan Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar.
Di sepanjang jalur itu,ada banyak wisata alam. Meski jalannya menembus hutan, kini sudah ramai pengendara karena banyak wisata pantai di dekatnya. Di antaranya Pantai Modangan, dan Pantai Ngliyep, keduanya di Kabupaten Malang.
Dua pantai ini diminati wisatawan dari luar kota karena panoramanya indah juga ada atraksi paralayang di atas pantai tersebut. Begitu ke luar dari Donomulyo, pemudik langsung disambut dua pantai lagi, yakni Pantai Jembring dan Pantai Jolosutro di Kecamatan Wates.
Jalan menuju ke pantai itu sudah mulus. Ditambah, pemudik akan dimanjakan dengan medan jalannya yang menantang karena berada di dararan pegunungan dengan diapit jurang sehingga menggoda adrenalin si pengemudi.
"Untuk orang yang sudah lama tinggal di kota, mereka akan sangat menikmatinya. Sebab kanan kiri jalan banyak tanaman pertanian yang hijau dan udaranya cukup sejuk meski cuaca panas," papar Jumanto, tokoh masyarakat Desa Ringinrejo, Kecamatan Wates, yang desanya berjarak 3 KM dari kedua pantai itu.