Wawancara Eksklusif
Kisah Hendy Siswanto yang Berulang Kali Bangkrut sampai Akhirnya Menjadi Bupati Jember
Kisah Hendy Siswanto yang berulang kali bangkrut sampai akhirnya menjadi Bupati Jember, Jawa Timur (Jatim).
Penulis: Sri Wahyunik | Editor: Tri Mulyono
Selama setahun bagus hasilnya. Kemudian saya menanam sendiri, sewa lahan, ee...malah kayunya dijarah orang, bangkrut lagi.
Saya juga pernah jadi tukang memasang pipa air bersih. Saya ini suka kerja.
Kemudian ketika di Jakarta, saya mencoba melamar ke Kementerian Perhubungan.
Dari 2.000-an orang yang mendaftar, saya lolos. Awalnya ya kerja di lapangan. Namun ya kerja sebagai PNS kan gajinya segitu.
Lalu saya sempat mengajukan pensiun dini, karena ingin pulang ke Jember. Ketika itu, istri sudah di Jember dan membangun usaha di sini, usaha baju dan restoran.
Istri sampai harus ngirim uang juga ke saya, karena gaji tidak cukup. Waktu mengajukan pensiun dini, ternyata tidak boleh, sampai akhirnya saya malah disekolahkan ke Austria untuk belajar tentang teknik lagi.
Setelah pulang, saya bekerja di Ditjen Perkeretaapian, sampai akhirnya saya memilih benar-benar pensiun dini dan pulang ke Jember.
Waktu pertemuan saya dengan anak-anak sangat kurang, jarang ngumpul. Akhirnya pulang kampung.
Pulang kampung, dan sampai akhirnya mencalonkan diri sebagai bupati. Bisa diceritakan proses mencalonkan diri sebagai bupati, dan apa yang ingin Bapak Bupati tinggalkan setelah menjabat 3 tahun 8 bulan nanti?
Saya melihat kampung saya kok tetap begini. Tetangga saya masih banyak yang miskin. Dari situlah saya kemudian berpikir, ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi warga Jember, dan membuat Jember lebih baik.
Tentunya saya bilang terlebih dahulu ke istri. Ya tidak disetujui, Pak. Tidak boleh. Saya terus berusaha meyakinkan istri, sampai akhirnya dibolehkan.
Dan sebagai bupati, tentunya saya ingin meninggalkan yang terbaik untuk masyarakat Jember.
Saya ingin Jember memiliki platform sentra investassi yang mudah. Jember juga harus tetap menjadi kota religius. Jember juga harus memiliki kemudahaan akses informasi.
Ada platform pemerintahan yang transparan, sehingga siapapun nanti yang jadi bupati, tinggal menyesuaikan saja, tinggal menjalani.
Jadi Anda tidak ingin meninggalkan piring kotor, apalagi piring pecah?