Pengaruh Ali Kalora Tak Sekuat Santoso, Kenapa 5 Tahun Operasi Tinombala Tak Kunjung Menangkapnya?
Ternyata Ali Kalora tak sekuat Santoso, pimpinan Mujahidin Indonesia Timur sebelumnya.
Hal tersebut disampaikan Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo pada Kamis (14/2/2019).
"Satgas berhasil mengidentifikasi satu orang DPO lagi yang ikut bergabung ke kelompok Ali Kalora, yaitu anak kandung Santoso," kata Dedi
Terkait perekrutan anak kandung Santoso, Dedi mengatakan hal itu masih dalam proses penelurusan.
"Antara direkrut dan inisiatif sendiri karena datang ke hutan. Ali Kalora ini lagi diidentifikasi dan nanti akan segera diterbitkan DPO," kata dia.
2. Ali Kalora kerap menyamar

Meski kurang mampu merekrut orang, Ridlwan Habib menilai Ali Kalora memiliki kemampuan bertahan hidup dalam pelarian.
"Dengan logistik yang terbatas, Ali Kalora bisa menjadi apa saja, menyamar menjadi warga lokal, bahkan petani dan jalan sejauh itu," tambahnya.
Sosok Ali Kalora ini, menurutnya, berbeda jauh dengan bekas pemimpin MIT, Santoso, yang tewas dalam baku tembak dengan TNI-polisi dua tahun lalu.
Yang disebut terakhir ini memiliki keahlian propaganda.
Sedangkan Ali Kalora mampu menghindar dari kejaran aparat TNI-polisi dengan "menyamar menjadi warga lokal".
3. Ali Kalora dekat dengan kelompok militan Islam dan setiap pada ISIS

Satu-satunya "kelebihan" Ali Kalora andalkan adalah kedekatannya dengan kelompok militan Islam di Mindanau (Filipina) dan Bima (Nusa Tenggara Barat).
"Dengan afiliasinya bersama kelompok Mindanau dan Bima, dia bisa merekrut anggotanya dari luar Poso, termasuk memperoleh senjata api," kata Al Chaidar.
Selain itu, Ali Kalora juga kerap menunjukkan kesetiaaannya pada ISIS.
Dilansir dari BBC Indonesia, pengamat teroris, Ridlwan Habib, mengatakan, tindakan Ali Kalora merampok bahan pangan dan membunuh warga setempat sudah dua kali dilakukan sepanjang tahun ini.