Kilas Balik
Kisah 8 Warga Susah Payah & Tanpa Makan Gali Sumur Lubang Buaya Tempat Jasad 6 Jenderal Ditimbun PKI
Kisah 8 warga susah payah dan tanpa makan minum menggali sumur Lubang Buaya yang menjadi tempat penemuan jasad 6 Jenderal TNI AD dan perwira pertama.
“Terus ada serombongan datang bilang persisnya di sumur ini. Saya gatau siapa, berpakaian tentara, ada juga pakaian coklat, enggak tau siapa,” imbuhnya.
Usaha Yusuf dan bersama terus menggali sumur tersebut sampai akhirnya waktu gelap.
Di antara mereka pun sudah ada yang hampir pingsan lantaran kelelahan dan tak makan ataupun minum.

“Mawi dari bawah (sumur) udah lemes setengah pingsan, kita dari siang kan. Namanya minum makan enggak, tentara juga enggak sama,” jelasnya.
Setelah hampir jam 11 malam galian sumur terus menemukan sampah berupa daun kering, abu, potongan bujur, kayu kecil hingga sampah basah lagi.
“Dan dari kejauhan kita melihat panser masuk (ke lokasi). Pasukan item-item, pasukan katak terus melakukan penggalian.
Kemudian kita mendengar melihat beberapa petugas tadi yang jalan-jalan cari air cuci tangan basah karena lumpur, kabarnya ngangkat mayat,” tandasnya.
Para tentara akhirnya pergi dari Lubang Buaya usai menemukan mayat tujuh jenderal yang sebelumnya dibuang ke sumur tua di Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Saat itu, Yusuf dan teman-temannya tak tahu bahwa sumur yang mereka gali itu adalah tempat pembuangan jasad enam jenderal dan satu pamen korban keganasan PKI.
Yusuf hanya ingat ada kejadian menarik, ketika salah satu dari temen Yusuf harus menyumpal hidung dengan bubuk kopi bahkan ada juga temannya yang kesurupan.
Kawan Yusuf yang bernama Pane terus menangis setelah menemukan potongan tubuh mayat.
Dalam buku biografi Sintong Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando (2009) dikisahkan, saat RPKAD bersama warga melakukan penggalian, ditemukan timbunan dedaunan segar, batang pohon pisang dan pohon lainnya.

Mereka semakin yakin lubang itu adalah lubang jenazah para jenderal ditimbun karena menemukan potongan kain yang biasa digunakan sebagai tanda oleh pasukan Batalion Infanteri 454/Banteng Raider dari Jawa Tengah dan Batalion Infanteri 530/Raiders dari Jawa Timur.
Ketika kedalaman sudah 8 meter, tercium bau busuk.
Malam tanggal 3 Oktober 1965 semakin larut, ketika seorang personel RPKAD berteriak menemukan kaki yang tersembul ke atas dari dalam timbunan.