Pilbup Blitar 2020
Nahdliyin Pertanyakan Rekom untuk Paslon Mak Rini dan Rahmad Aji Santoso pada Pilbup Blitar 2020
Suhu politik di internal DPC PKB Kabupaten Blitar menghangat menyusul turunnya rekom DPP untuk pasangan Mak Rini dan Rahmad Aji Santoso.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Parmin
SURYA.co.id | BLITAR - Suhu politik di internal DPC PKB Kabupaten Blitar menghangat menyusul turunnya rekom DPP untuk pasangan Mak Rini dan Rahmad Aji Santoso pada Pilbup Blitar 2020.
Selasa (1/9/2020) siang, sekitar 50 orang berasal dari para ketua badan otonomi (banom) NU melakukan aksi.
Di antaranya, Ansor, PMII (persatuan mahasiswa Islam Indonesia), IPNU (ikatan pemuda NU), IPPNU (ikatan putra-putri NU).
Mereka dengan menumpang lima mobil mendatangi rumah KH Ardani Ahmad, Ketua Syuriah NU Kabupaten Blitar, yang ada di Desa Jeblok, Kecamatan Talun.
Mereka juga mendatangi rumah Hj Maslukhi Syaifullah, ketua Muslimat, di Desa Modangan, Kecamatan Nglegok.
Meski tak orasi, namun mereka yang terdiri dari laki-laki dan perempuan itu membawa poster berisi "save hasil tim sembilan (ini protes terhadap rekom)".
Tiba di rumah KH Ardani, mereka mengutarakan kegelisihannya. "Kami ini heran pak kiai, rekom DPP PKB kok turunnya, bukan pada kader sendiri. Ini ada apa?" ujar Ahmad Arda Bili atau Gus Bili.
Menurutnya, kedua pasangan yang direkom DPP itu selama ini tak pernah diusulkan oleh tim sembilan.
Tim terdiri dari ketua PCNU, ketua Syuriah NU, ketua muslimat, ketua Fatayat dan ketua Ansor.
Yang diusulkan saat itu adalah Abdul Munib, ketua DPC PKB setempat dengan berpasangan sama cawabupnya, Niko Bagus Kurniawan, pengusaha pakan ternak.
Satu adalah pasangan adalah Abup Abdul Aziz, ketua LPNU (Lembaga Perekonomian Nahlatul Ulama) setempat dan cawabupnya, Risyad Tabatala, pengusaha muda.
"Kok bisa orang yang tak diusulkan oleh tim sembilan, kok malah yang direkom. Lah, para kiai ini dianggap apa?" ujarnya.
Mendapat keluhan dari anak muda NU, KH Ardani Ahmad, Pemimpin Pesantren Al Falah ini juga mengaku heran.
Katanya, dirinya juga tak habis pikir. "Saya saja sama calonnya (yang sudah direkom) itu belum kenal. Itu karena mereka tak pernah menjalani proses penjaringan, tapi malah yang direkom. Sementara, dua pasangan yang sudah lolos seleksi tim sembilan dan sudah kami ajukan, tak dapat rekom," tegasnya.
Karena itu, ia menyesalkan atas turunnya rekom ke pasangan tersebut.
Menurutnya, terus apa fungsinya penjaringan kemarin itu. Toh, itu juga perintah DPP.
Lantas, kami-kami ini dianggap apa? Kalau kalian tanya seperti itu, kami ya nggak menjawab. Tapi, kami akan menanyakan ke DPP sesuai keluhan kalian, mengapa orang luar kok yang malah direkom," tegas Ardani menjawab keluhan para ketua banom.
Seusai dari rumah kiai Ardani, massa bergeser ke kantor DPC PKB.
Namun, karena tak ada pengurus inti partai, mereka bergerak ke rumahnya Hj Maslukhi, yang berada satu komplek dengan pesantrennya, Nasyirul Ulum.
Di depan mbah nyai--sebutan Maslukhi, massa mengutakan uneg-uneg serupa.
Oleh Maslukhi, dijawab, kalau dirinya juga tak kenal dengan pasangan calon yang direkom DPP PKB.
"Mereka itu kader, bukan, bahkan bukan warga Kabupaten Blitar (cabupnya asal Kota Blitar dan cawabupnya asal Tulunggagung). Kok bisa direkom? Ya kami nggak tahu," ujarnya.
Ia juga menyesalkan karena DPP sepertinya tak menganggap tim sembilan, yang di dalam para kiai sepuh.
"Kita ini para orang tua, tapi sepertinya disepelekan. Masak, kita sudah susah payah mencari calon, tapi begitu mendapatkannya, malah nggak direken," tegas mantan anggota dewan Kabupaten Blitar.
Seperti diketahui PKB mendapatkan sembilan kursi sehingga masih kurang satu kursi untuk mengusung calon sendiri.
Tanpa diketahui prosesnya, DPP PKB merekom Mak Rini yang berpasangan dengan Rahmad Aji Santoso yang diusung PAN, dengan 7 kursi.
Deklarasi pemberian rekom dengan dibalut pembaiatan keduanya berlangsung di sebuah pesantren, di Kediri, Minggu (30/8/2020).
Munculnya rekom kepada mereka memantik reaksi penolakan oleh nahdliyin.