Virus Corona di Surabaya

Benarkah Risma Mainkan Playing Victim saat Sujud di Kaki Dokter? Ini Kata Ketua DPRD Surabaya

Benarkah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma bermain korban (playing victim) saat sujud di kaki dokter?

surya/nuraini faiq
Risma sujud di kaki dokter saat pertemuan di Balai Kota Surabaya, Senin (29/6/2020). 

SURYA.CO.ID, SURABAYA - Benarkah Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini atau Risma bermain korban (playing victim) saat sujud di kaki dokter?

Mantan anggota DPRD Surabaya, Vinsensius Awey, mengatakan jika Risma sengaja playing victim saat sujud di kaki dokter maka itu adalah tindakan yang bisa menyesatkan.

Sedangkan Ketua DPRD Surabaya Adi Sutarwijono membela aksi Risma yang bersujud di kaki dokter anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Surabaya, sebagai bentuk permintaan maaf kepada para tenaga medis dalam penanganan Covid-19.

Risma : 90 % Penambahan Kasus COVID-19 di Surabaya dari Perumahan Elit, Tren di Perkampungan Turun

Update Zona Merah di Surabaya, Selasa 30 Juni 2020: Tambaksari jadi Kecamatan Dengan Kasus Tertinggi

Keluarga Via Vallen Tak Percaya Pelaku Pembakar Mobil Via Vallen Adalah Fans

Aksi Risma Setelah Keluarga TNI AD Minta Jangan Hanya Teriak-teriak, Pangdam Ikut Turun Tangan

Adi menyebut bahwa apa yang dilakukan Risma tersebut sebagai aksi spontan permintaan maaf sebagai pemimpin ketika ada sebagian masyarakat yang belum taat protokol kesehatan.

Banyaknya warga melanggar protokol kesehatan membuat pasien Covid-19 di Kota Surabaya melonjak dan menyebabkan daya tampung RSUD Dr Soetomo milik Pemprov Jatim overload (melebihi kapasitas).

Hal itulah yang disampaikan IDI dalam pertemuan dengan Risma yang berujung aksi Risma sujud meminta maaf.

 ”Kan itu konteks pertemuannya, para dokter meminta masyarakat disiplin. Kalau di hilir atau di masyarakatnya disiplin, di hulu alias penanganan kuratifnya di rumah sakit bisa dikelola dengan baik, tidak overload.

Nah saya rasa karena itu Bu Risma itu minta maaf karena belum bisa membuat semua warga disiplin taat protokol kesehatan,” papar Adi, Selasa (30/6/2020).

Menurut Adi, sebagai pemimpin, sikap Risma itu merupakan sikap yang baik.

 ”Semua kesalahan yang mungkin warga lakukan terkait ini, dia yang tanggung. Jadi tidak menyalahkan masyarakat, tapi meminta maaf karena belum semua warga taat protokol kesehatan.

Bu Risma tidak ingin warganya yang disalahkan. Maka beban itu dia tanggung di pundaknya. Pemimpin kan memang harus begitu,” imbuh Adi.

Selain itu, lanjut Adi, permintaan maaf Risma lewat aksi sujud itu juga sebagai bentuk tanggung jawab moral bahwa dia sebagai pemimpin belum bisa membantu optimal ke RSUD dr Soetomo karena permasalahan wewenang.

 ”Saya melihatnya itu sebagai bentuk permintaan maaf Bu Risma, bahwa dia sudah mencoba membantu, tapi kan tidak bisa masuk ke RSUD Dr Soetomo karena bukan wewenangnya,” ujar Adi.

 Seperti diketahui, Risma melakukan aksi sujud di depan para dokter dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) saat audiensi pada Senin (29/6/2020).

Saat itu, Ketua Pinere RSUD Dr Soetomo, dr Sudarsono menyampaikan, rumah sakitnya overload karena masih banyak warga yang tidak menerapkan protokol kesehatan.

Menanggapi hal itu, Risma mengatakan bahwa pihaknya tidak bisa masuk ke rumah sakit milik Pemprov Jatim seperti RSUD Dr Soetomo karena persoalan wewenang.

Bahkan, Risma menyebut bantuan APD untuk RSUD Dr Soetomo ditolak.

Risma juga sempat menawarkan ruang isolasi yang masih kosong di RS Husada Utama yang difasilitasi Pemkot Surabaya.

 Menurut Adi, penanganan Covid-19 di Surabaya sudah berjalan baik, meski dalam sejumlah sisi perlu ditingkatkan.

Upaya rapid test, tracing, dan treatment dilakukan dengan terintegrasi.

 ”Semakin banyak tes, semakin kita bongkar fenomena gunung es Covid-19, lalu diperkuat tracing-nya dan treatment-nya.

Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Surabaya termasuk yang tertinggi. Hanya saja, itu tidak cukup. Semua harus kompak taat protokol, karena disiplin adalah vaksin terefektif dari Covid-19,” urai Adi.

Sebelumnya Wakil Ketua DPW Nasdem Jawa Timur Bidang Media dan Komunikasi Publik, Vinsensius Awey ikut bersuara menanggapi aksi sujud Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini kepada seorang dokter dari RSUD dr Soetomo Surabaya.

Menurut Awey, sapaan akrabnya, bersujudnya Tri Rismaharini menunjukan ketidakmampuannya dalam menertibkan warganya agar patuh untuk menjalankan protokol kesehatan.

Namun bisa juga, Risma, sapaan akrab Tri Rismaharini ingin menunjukan kepada publik bahwa seakan akan pengelola RSUD dr Soetomo sangat kejam dan bertindak tidak adil terhadap warga Kota Surabaya karena berkali kali menolak untuk bertemu dan berkoordinasi dengan Risma.

"Kalau tujuannya adalah yang ke 2 maka ini sangat berbahaya karena dapat menyesatkan penggiringan opini dari hal yang benar bisa menjadi tidak benar dan sebaliknya," kata Awey, Selasa (30/6/2020).

Padahal jika merujuk data yang ia dapatkan RSUD dr Soetomo perhari ini telah dihuni oleh 79% pasien ber KTP Surabaya.

Untuk itu lah Awey mempertanyakan tujuan Risma menangis dan bersujud di hadapan dr Sudarsono.

"Kalau RS Soetomo bertindak diskriminatif terhadap warga kota Surabaya, boleh lah Wali Kota bersujud berkali kali dan meminta belas kasihan," lanjutnya.

Awey juga menjelaskan jika RSUD dr Soetomo merupakan milik Pemprov Jawa Timur yang melayani 38 kota / kabupaten se Jawa Timur.

Sehingga jika RSUD dr Soetomo melayani bukan hanya warga Kota Surabaya adalah hal yang wajar.

"Tapi yang paling membahayakan adalah kalau sampai 'bermain korban' (playing victim) seolah-olah memposisikan diri sebagai seorang korban untuk berbagai alasan dan ujung-ujungnya mengalir simpati kepada korban. Sisi lain hujatan kepada pihak RSUD dr Soetomo dan Pemprov yang diposisikan sebagai subyek yang menindas korban," kata Awey.

Menurut Awey seharusnya Risma dengan seluruh jajaran ASN yang ada dibawah satu komando wali kota fokus untuk memutus rantai Covid-19 dan atau mengurangi penyebaran pandemi Covid-19 ini.

"Bukannya meledak-ledak, menangis dan bersujud. Ketiga hal itu tidak mampu untuk menurunkan jumlah pasien covid dari hari ke hari dan bukanlah protokol mitigasi kesehatan. Sehingga tidaklah perlu bertindak terlalu jauh sampai bersujud," ujar Awey. (Sofyan Arif Candra/Nuraini Faiq)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved