Bangunan Ponpes di Sidoarjo Ambruk

Rekam Jejak Letjen Suharyanto yang Larang Keras Keluarga Korban Ponpes Al Khozini Cawe-cawe Evakuasi

Inilah rekam jejak Letjen TNI Suharyanto, Kepala BNPB yang tegas melarang keluarga korban runtuhnya musala ponpes Al Khoziny ikut evakuasi.

Editor: Musahadah
kolase kompas.com/surya.co.id/m taufik
CAWE-CAWE - Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto melarang keras keluarga korban runtuhnya musala POonpes Al Khozini, ikut cawe-cawe proses evakuasi. 

SURYA.CO.ID I SIDOARJO - Inilah rekam jejak Letjen TNI Suharyanto, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang tegas melarang keluarga melakukan pencarian sendiri korban runtuhan musala Ponpes Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

Larangan keras Letjen TNI Suharyanto itu diserukan setelah melilhat banyak keluarga korban yang memaksa mau membantu proses pencarian di lokasi kejadian. 

Mereka bahkan berkoar-koar kalay kerja tim SAR lamban dan menuntut agar segera dipercepat evakuasi. 

"Kami mohon dukungannya, jangan disibukkan hal-hal di luar pencarian dan pertolongan dengan tindakan kurang percaya aparat, ingin mengambil sendiri, itu mengganggu proses pencarian," tegas Suharyanto, Sabtu (4/10/2025). 

Diduga masih ada 49 orang yang masih dalam proses pencarian.

Baca juga: Keajaiban 2 Korban Selamat dari Runtuhan Ponpes Al Khoziny: Seperti Tidur 3 Hari, Selamat Minta Es

Pada Jumat (3/10/2025) ada sembilan korban meninggal dunia yang ditemukan petugas di bawah runtuhan, sehingga jumlah korban meninggal seluruhnya ada 14 orang. 

Hari ini, petugas masif melakukan pembersihan.

Alat berat mulai masuk ke titik runtuh yang berada di tengah bangunan dengan harapan banyak korban ditemukan.

"Karena dari tim pencarian gabungan sudah mengidentifikasi titik mana yang mungkin ada korban. Setelah secara masif ini dibersihkan, bisa segera diambil," sambungnya.

Suharyanto menegaskan petugas SAR gabungan telah bekerja semaksimal mungkin dalam proses evakuasi ini.

Ia meminta agar pihak keluarga korban mendukung segala upaya yang dilakukan.

Tim kepolisian juga sudah menjelaskan kepada keluarga korban bahwa proses identifikasi korban tidaklah instan.

Butuh waktu sekitar minimal tiga hari dan maksimal dua minggu untuk mengetahui hasilnya.

"Alat berat masuk masif untuk mempercepat. Semua sudah dilakukan. Begitu jenazah ditemukan tidak dibawa ke keluarga atau masyarakat, tetapi harus ke Rumah Sakit Bhayangkara Surabaya," terangnya. Suharyanto menawarkan agar pihak keluarga dapat menunggu di RS Bhayangkara untuk mengetahui update hasil perkembangan identifikasi.

"Mending menunggu di RS Bhayangkara, tempat representatif dan logistik memadai sehingga lebih tenang,” tuturnya. 

Sumber: Kompas.com
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved