PSBB Surabaya Raya
Khofifah Ungkap Surabaya Kini Lebih Berbahaya dari Jakarta, Ini Alasan PSBB Surabaya Berakhir
Khofifah mengungkapkan angka penuluran Virus Corona atau COVID-19 di Surabaya Raya sebenarnya masih tinggi, bahkan lebih berbahaya dari Jakarta.
Penulis: Yusron Naufal Putra | Editor: Tri Mulyono
SURYA.CO.ID, SURABAYA - Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan angka penuluran Virus Corona atau COVID-19 di Surabaya Raya (Kota Surabaya, Sidoarjo dan Gresik) sebenarnya masih tinggi, bahkan lebih berbahaya dari DKI Jakarta.
Namun, Khofifah mengakhiri Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) Surabaya karena permintaan ketiga kepala daerah.
Ketiga kepala daerah di Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik juga telah berjanji akan menerapkan protokal kesehatan lebih ketat meskipun PSBB sudah berakhir.
• Hari Pertama PSBB Surabaya Raya Berakhir, Mal di Kota Pahlawan Langsung Ramai Pengunjung
• PSBB Surabaya Raya Berakhir, Terminal Purabaya Dibuka Lagi, Banyak Bus Belum Memenuhi Persyaratan
• Update PSBB Surabaya Berakhir Butuh Transisi 14 Hari ke New Normal, Risma Siapkan Contoh Peraturan
• Update Virus Corona di Surabaya dan Jatim Selasa 9 Juni Total 6297, Peraturan Baru Setelah PSBB
Khofifah menjelaskan bahwa sejak awal penerapan PSBB sudah disepakati Pemerintah Daerah Gresik, Sidoarjo, dan Surabaya.
"Pada dasarnya, semua bersifat bottom up," jelas Khofifah dalam tayangan Kompas TV, Senin (8/6/2020).
Dalam setiap perpanjangan PSBB, Khofifah menyebutkan hal tersebut adalah keputusan pemda setempat.
"Pada perpanjangan pertama, PSBB tahap kedua, yang mengumumkan itu sendiri sudah perwakilan kabupaten kota," paparnya.
"Ketika PSBB tahap ketiga perpanjangan tahap kedua dimulai 26 Mei-8 Juni, yang mengumumkan juga adalah mereka bertiga," lanjut Khofifah.
Pada akhir PSBB tahap ketiga, Khofifah menyebutkan telah melakukan evaluasi dan rapat untuk memutuskan apakah PSBB harus dilanjutkan ke tahap berikutnya atau tidak.
Dalam rapat tersebut, dr Windhu Purnomo sebagai pakar epidemiologi Unair menjelaskan kondisi saat ini belum aman untuk mencabut PSBB.
"Kita mengundang perwakilan kabupaten dan kota. Kemudian dr Windhu yang mengomandani Tim Epidemiologi FKM Unair menjelaskan bahwa sesungguhnya Surabaya belum aman, Gresik belum aman, Sidoarjo belum aman," jelasnya.
Ia menyinggung kondisi di ketiga wilayah tersebut bahkan lebih parah daripada DKI Jakarta yang kurvanya sudah mulai melandai.
"Sebaiknya bersabar dulu, dengan data misalnya attack rate-nya masih 94,1.
Bahkan lebih tinggi dari Jakarta hari ini," ungkap Khofifah.
Meskipun begitu, Khofifah menyinggung angka transmisi di Surabaya sudah cukup membaik dan menjadi optimisme bersama.