Patung di Kelenteng Tuban Runtuh
UPDATE Fakta Patung Dewa Kong Co di Tuban Rontok, Berikut Kronologi & Videonya yang Viral di FB-WA
Berikut update rangkuman fakta tentang patung Dewa Kong Co di Kabupaten Tuban tiba-tiba rontok menyisakan kerangka.
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id, TUBAN - Simak update rangkuman fakta tentang patung Dewa Kong Co di Kabupaten Tuban tiba-tiba rontok menyisakan kerangka.
Diketahui, patung yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara tersebut rontok pada Kamis (16/4/2020) sekitar pukul 10.00 WIB.
Detik-detik patung Dewa Kong Co rontok juga terekam video amatir dan viral di FB ( Facebook) dan WhatsApp (WA).
Lantas, seperti apa kronologi patung Dewa Kong Co rontok? dan apa penyebabnya?
Berikut rangkuman fakta lengkap tentang patung Dewa Kong Co di Kabupaten Tuban tiba-tiba rontok.
1. Kronologi menurut saksi mata
Kronologi lengkap dan penyebab patung dewa berukuran raksasa di Kelenteng Kwan Sing Bio, Kabupaten Tuban, Jawa Timur (Jatim) runtuh diungkap saksi mata dan polisi.
Patung Kong Co Kwan Sing Tee Koen di Kelenteng Kwan Sing Bio Tuban yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara itu, runtuh, Kamis (16/4/2020) sekitar pukul 10.00 WIB.
"Ada seperti suara angin, tiba-tiba langsung brughhh, seperti pesawat jatuh," kata Endang (59), warga Kelurahan Latsari, Tuban, kepada Surya.co.id saat menceritakan bangunan patung Kong Co roboh.
Dijelaskan saksi lain, Jaman (55), saat itu memang tidak ada tanda apa-apa, patung dewa tiba-tiba saja runtuh.
Meski demikian, material patung yang roboh tidak sampai menimpa permukiman warga sekitar.
"Patung runtuh di dalam kelenteng saja, tidak sampai menimpa rumah warga," ujar Jaman yang tinggal di belakang kelenteng.
2. Apa penyebabnya?
Apakah sebab patung setinggi 30 meter Dewa Kong Co Kwang Sing Tee Koen di Tuban roboh karena cuaca?
Menurut keterangan saksi, patung tersebut runtuh karena ada angin kencang.
Kapolres Tuban AKBP Ruruh Wicaksono mengatakan, saat ini polisi sedang melakukan penyelidikan atas robohnya patung tersebut.
Petugas juga telah memasang garis polisi di sekitar patung.
"Kita masih lidik, kita pasang garis polisi di lokasi," ujar Ruruh didampingi Kasat Reskrim, AKP Yoan Septi Hendri.
Perwira menengah itu menjelaskan, berdasarkan keterangan dari pengurus kelenteng, robohnya patung bisa jadi disebabkan angin dan cuaca panas hujan, sehingga material patung rontok.
"Kalau keterangan pengurus kelenteng bisa jadi disebabkan angin dan cuaca panas hujan. Tetapi masih kita lidik, tidak ada korban jiwa," ujar dia.
3. Murni kejadian alam
Ketua Umum TITD Kwan Sing Bio Tuban, Gunawan Putra Wirawan mengatakan, patung dewa yang runtuh itu murni peristiwa atau kejadian alam.
Tidak ada intrik atau sabotase yang dilakukan oleh pihak manapun atas runtuhnya patung tersebut.
"Ini murni kejadian alam, tidak ada sabotase apapun.
Tolong jangan diperkeruh ya, agar suasana tetap kondusif," ujarnya melalui panggilan seluler.
4. Videonya Viral di FB dan WhatsApp (WA)

Video patung Dewa Kong Co di Kabupaten Tuban rontok menyisakan kerangka langsung viral di FB maupun WhatsApp.
Padahal, umur patung baru 3 tahun, dibangun sejak 2017 dan mengahbiskan dana sekitar Rp 2,5 miliar.
Kini, patung setinggi 30 meter itu tak segagagh sebelumnya. Rontok dan meninggalkan kerangka beton yang masih berdiri tegak.
Patung Dewa Kong Co Kwan Sing Tee Koen berdiri di Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Kwan Sing Bio Tuban.
Patung yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara tersebut rontok pada Kamis (16/4/2020).
Tampak dari video amatir yang beredar patung hanya tinggal kerangka.
Saat ini lokasi masuk kelenteng ditutup, menurut keterangan dari pihak keamanan yang berjaga, penutupan ini atas perintah atasan.
Bahkan, petugas polisi pun belum diperkenankan masuk untuk melakukan penyelidikan.
"Pintu masuk kelenteng ditutup, ini perintah atasan," ucap petugas keamanan kelenteng yang tak menyebut namanya.
Berikut videonya:
5. Awal Mula Diresmikan
Patung Dewa Kwan Kong mulai diresmikan pada bulan 17 Juli 2017 oleh ketua MPR kala itu, Zulkifli Hasan.
Patung ini didirikan dengan biaya yang diperkirakan mencapai 2,5 Milyar Rupiah.
Ketua pemilik klenteng, Alim Sugiarto adalah inisiator pembangunan Patung Dewa Kwan Kong di Tuban.
Pembangunan monumen patung dewa Kwan Kong ini ditujukan untuk memperingati Hari Ulang Tahun Yang Mulia Kongco Kwan Sing Tee Koen Ke-1857.

6. Terletak di Klenteng terbesar di Asia Tenggara
Patung Dewa Kwan Kong terletak di halaman belakang klenteng Kwan Sing Bio yang memiliki luas 4-5 hektar.
Klenteng Kwan Sing Bio didirikan pada tahun 1773. Berbeda dengan klenteng pada umumnya yang menggunakan simbol naga, di dalam klenteng Kwan Sing Bio terdapat simbol seekor kepiting yang berukuran besar.
Klenteng Kwan Sing Bio, artinya adalah rumah pemujaan Dewa Kwan Kong. Seperti namanya klenteng ini memang dipersembahkan bagi Dewa Kwan Kong, dewa pelindung utama yang sosoknya digambarkan sebagai panglima perang jaman Dinasti Han.
Setiap tahun, tepatnya di tanggal 24 bulan keenam pada penanggalan Tionghoa, banyak peziarah yang datang ke Tuban untuk memperingati ulang tahun Dewa Kwan Kong. Dahulu kala, dewa ini merupakan jenderal perang yang cukup terkenal
Klenteng terbagi menjadi tiga ruangan di bangunan utamanya. Ruang pertama, di bagian depan, digunakan sebagai tempat membakar hio. Ruang kedua, berada di bagian tengah, kerap digunakan sebagai tempat sembahyang dan tempat meletakkan buah-buah persembahan. Ruang ketiga, berada di bagian belakang merupakan tempat arca atau patung Dewa Kwan Kong dan arca lainnya yang dikeramatkan.
7. Patung Dewa Kongco Kwan Sing Tee Koen Tertinggi se Asia Tenggara
Patung Dewa Kongco Kwan Sing Tee Koen atau Kwan Kong yang ada di Tuban didirikan dengan tinggi 30,4 Meter. Ini membuat patung yang ada di Kabupaten Tuban tersebut mendapat predikat patung Dewa Kongco Kwan Sing Tee Koen tertinggi di Indonesia dan Asia Tenggara
Patung Dewa Kwan Kong tercatat di Museum Rekor Indonesia (MURI) dengan nomor rekor 7996.
Tinggi Patung Dewa Kwan Kong yang ada di Tuban masih kalah dibandingkan dengan yang ada di Tiongkok.
Patung Dewa Kwan Kong yang ada di Tiongkok berdiri tegak setinggi 80 Meter
8. Identitas Dewa Kong Co Kwan Sing Tee Koen
Nama Kwan Kong memiliki arti Paduka Guan. Kwan Kong sendiri merupakan pelafalan Hokkian dari Guan Gong.
Nama asli dari Dewa Kwan Kong adalah Guan Yu (关羽) atau Guan Yun Chang (关云长). Oleh Kaisar Han, Ia diberi gelar Han Shou Ting Hou (漢夀亭侯) yang berarti ‘Marquis dari Han Shou’.
Guan Yu merupakan seorang panglima perang yang terkenal dan hidup pada jaman 3 jaman Kerajaan (Sam Kok), pada rentang tahun 160 – 220M.
Guan Yu dipuja karena kesetiaan dan kejujuran. Dia adalah lambang teladan sifat ksatria sejati yang selalu menempati janji dan setia pada sumpahnya. Oleh sebab itu Guan Yu banyak dipuja di berbagai kalangan masyarakat, disamping kelenteng-kelenteng.
Di samping dipuja sebagai lambang kesetiaan dan kejujuran, Guan Yu juga dipuja sebagai Dewa Pelindung Perdagangan, Dewa Pelindung Kesusastraan dan Dewa Pelindung rakyat dari malapetaka peperangan yang mengerikan.
9. Sempat diprotes Masyarakat
Usai diresmikan pada bulan Juli 2017, terjadi protes yang viral di media massa mengenai pembangunan patung dewa Kwan Kong.
Protes ini dilayangkan oleh sebagian masyarakat yang menyangkut pautkan dengan politik , suku , agama dan ras dalam patung tersebut
Selain itu, permasalahan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) juga dipermasalahkan oleh pemerintah daerah setempat.
Akibat adanya konflik yang terjadi di masyarakat, akhirnya patung ini ditutupi kain putih oleh pemerintah setempat.
10. Jadi Tempat Wisata
Klenten Kwan Sing Bio dan Patung Dewa Kwan Kong menjadi tempat wisata lokal bagi masyarakat Tuban. Klenteng yang terletak di Jl. RE. Martadinata No.1, Desa Karangsari, Kecamatan Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Indonesia.
Kelenteng ini diklaim sebagai satu-satunya kelenteng di Indonesia yang menghadap laut bebas.
Meski menjadi tempat peribadatan kaum Konghucu, Klenteng Kwan Sing Bio dan Patung Dewa Kwan Kong yang menjadi daya tarik wisata juga menyediakan tempat ibadah berupa mushalla.
Mushalla ini disediakan untuk memberikan wisatawan muslim tempat untuk beribadah sesuai dengan kepercayaannya meskipun sedang berkunjung di kelenteng.
Hal ini menjadi simbol toleransi agama sendiri di Tuban meski keberadaan Patung dewa Kwan Kong sempat di protes.(*)