Berita Blitar
Kisah M Iskandar, Warga Blitar yang Budidayakan Alpukat Raksasa Beratnya Capai 2 Kg Per Buah
Namanya cukup marketable dan agak kebarat-baratan, yakni alpukat Markus Aligator.
Penulis: Imam Taufiq | Editor: Parmin
Karena bentuknya besar, maka harganya pasti beda dengan alpukat lokal. Itu separo lebih mahal atau Rp 30.000 per 1 kg. Bayangkan, dengan harga segitu, maka setiap pohonnya bakal menghasilkan uang Rp 6 juta. Sebab, setiap pohon atau sekali panen rata-rata berbuah sebanyak 100 biji. Itu dengan estimasi rata-rata per biji seberat 2 kg.
"Tak ada biaya perawatan khusus. Kalau sudah besar, ya hanya disiram saja. Dan, sesekali dikasih pupuk kandang," paparnya.
Soal harga bibitnya, Iskandar mengaku tak mahal karena rata-rata cuma Rp 50.000, dengan tinggi 80 cm. Tak hanya menjual buahnya, namun permintaan bibit juga tinggi. Di antaranya, ia rutin mengirim pesanan bibit ke Palembang, Penajam (Kaltim), dll.
"Rata-rata sebulan, permintan ke Kaltim saja sekitar 5.000 bibit. Belum lagi, permintaan ke daerah lainnya, sehingga kami sering kehabisan stok," ujarnya.
Berapa penghasilannya, ia agak malu-malu menceritakannya.
Namun, katanya, bertani alpukat Aligator ini merupakan salah satu usaha yang punya prospek ke depan.
"Setelah dipotong ongkos karyawan (punya 15 karyawan), masih untung lah. Yang penting, kami bisa memberikan pekerjaan buat para tetangga," paparnya.
Apa tak ada kompetornya, Iskandar mengaku, ada. Katanya, setahun ini ada alpukat asal Vietnam. Namanya, alpukat Has.
Itu menguasai supermarket-supermaket di Indonesia. Celakanya, besarnya sama, rasanya sama dengan miliknya, namun harganya lebih murah. Yakni, cuma Rp 21.000 per kg.
"Kami akhirnya menurunkan harganya dan kami samakan dengan alpukat Has yang asal Vietnam itu. Tujuannya, agar kami bisa bersaing. Kami minta agar pemerintah bisa membatasi impor alpukat supaya petani kita bisa berjaya,"pungkasnya.