Berita Pamekasan Madura

Kronologi Semburan Api Setinggi 50 cm Keluar dari Sumur Bor Pamekasan, Kasus Sebelumnya Lebih Heboh

Warga Dusun Bunut, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Madura, dihebohkan semburan api dari sumur yang dibor, Jumat (24/1/2020).

Penulis: Kuswanto Ferdian | Editor: Musahadah
tribun madura/kuswanto ferdian
Warga Dusun Bunut, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Madura, dihebohkan semburan api dari sumur yang dibor, Jumat (24/1/2020). 

SURYA.CO.ID I PAMEKASAN - Warga Dusun Bunut, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Madura, dihebohkan semburan api dari sumur yang dibor, Jumat (24/1/2020). 

Api itu menyembur dari dalam tanah hingga setinggi 50 cm.

Sumur bor yang mengeluarkan api tersebut milik Misbahul, warga setempat.

Warga setempat yang penasaran ingin melihat sumbur bor yang mengeluarkan api tersebut, tampak berduyun-duyun bergumul di lokasi.

Namun, mereka hanya berani menyaksikan dari kejauhan dan enggan mendekat, khawatir terjadi hal yang tak diinginkan. 

Misbahul, pemilik sumur bor menjelaskan kronologinya. 

Mulanya dia mengebor tanah untuk mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, masak, mencuci dan keperluan lainnya.

Proses pengeboran yang pihaknya lakukan sudah berlangsung selama dua hari, sejak tanggal 22 hingga 23 Januari 2020. 

Saat kedalaman sumur sudah mencapai 100 meter pengeboran dihentikan, sebab akan dipasang pompa air.

Lalu dia memasukkan pompa air tersebut.

"Saat pompa air dicoba pada kedalaman 20 meter, pompa air itu ternyata langsung mati," kata Misbahul kepada TribunMadura.com.

"Tapi saat dicoba lagi memakai pompa air dengan kedalaman 15 meter malah keluar air. Terus tak coba ulang sampai kedalaman 20 meter, pompa air itu mati lagi," sambung dia.

Karena iseng dan penasaran, Misbahul lalu mencoba menyalakan api pada sebatang ranting.

Kemudian, dia melemparkan ranting yang sudah menyala itu ke lubang sumur bor tersebut.

Tanpa disangka, sumur bor itu tiba-tiba mengelurkan api yang langsung menyembur ke atas.

"Ya saya langsung terkejut waktu keluar api. Warga sekitar juga banyak yang penasaran ingin melihat," ujarnya.

Untuk saat ini, Misbahus mengaku masih ingin melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan para tokoh masyarakat setempat dan pihak kepolisian apakah sumur bor tersebut akan ditutup atau tidak.

Warga Dusun Bunut, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Madura, dihebohkan semburan api dari sumur yang dibor, Jumat (24/1/2020).
Warga Dusun Bunut, Desa Plakpak, Kecamatan Pegantenan, Kabupaten Pamekasan, Madura, dihebohkan semburan api dari sumur yang dibor, Jumat (24/1/2020). (tribun madura/kuswanto ferdian)

Kobaran Api di Retakan Longsor

Fenomena kobaran api di dalam tanah juga pernah terjadi di jalan menuju perkebunan salak Desa Majatengah, Banjarmangu Banjarnegara pada 7 Desember 2018 silam. 

Kobaran itu kali pertama diketahui, Hadi, warga setempat yang mengaku kepanasan saat melintas di jalan itu. 

Padahal kakinya sudah terbungkus sepatu.

Alangkah terkejutnya, Hadi melihat badan jalan yang ia lewati telah terbelah atau merekah.

Anehnya, muncul kobaran api yang menyembur dari lubang retakan.

Tentu saja Hadi kaget menyaksikan fenomena yang baru kali ini dia jumpai.

Semburan api terlihat menyeramkan karena keluar dari lubang retakan.

Jika kemunculan retakan saja sudah membuat orang was-was karena ancaman bencana longsor yang menyertainya, apalagi disertai semburan api.

"Saya awalnya berjalan biasa gak tahunya kok kaki terasa panas sekali. Terus saya lihat jalan ternyata ada apinya," katanya kepada Tribunjateng.com, Rabu (12/12/2018).

Hadi tak bergegas meninggalkan tempat itu meski api terus berkobar.

Ia masih sempat mengabadikan fenomena itu sembari bercengkerama dengan warga lain.

Mereka terlihat kebingungan perihal peristiwa aneh tersebut.

Mereka hanya mereka-reka mengenai musabab peristiwa itu.

"Medeni watek, darani kiamat daen."

Celetuk satu di antara mereka dalam rekaman video itu dalam bahasa lokal.

Kurang lebih artinya, "menakutkan memang, mau kiamat mungkin."

Mereka pun sempat berusaha mematikan api tersebut agar tak menjalar dan membahayakan warga.

Warga berupaya menutup lubang retakan yang menjadi sumber kobaran api dengan cara menginjak-injak tanah di sekitarnya.

Aneh, bukannya padam, nyala api justru semakin besar.

Hadi akhirnya memutuskan meninggalkan tempat itu dan membiarkan api tetap berkobar.

"Saya tinggalkan karena masih ada pekerjaan," jelasnya. 

Kepala Desa Majatengah Sarno mengatakan, usai mendapati laporan dari warga, pemerintah desa lantas mendatangi tempat kemunculan api tersebut.

Sayang, saat didatangi, api yang muncul dari rekahan tanah itu telah padam.

Menurut Sarno, api tersebut menyala sekitar 30 menit sebelum akhirnya padam dan tak muncul lagi.

Sarno mengungkapkan, fenomena itu baru pertama kali terjadi di desanya.

Ia pun belum mengetahui pasti musabab api berkobar dari dalam retakan longsor.

Yang jelas, kondisi tanah di wilayah itu memang labil sehingga sering dilanda longsor.

"Di situ memang rawan longsor. Tapi kalau longsor terus muncul api baru pertama ini," jelas Sarno.

Sementara itu, Kepala Pos Pengamatan Gunung Api Dieng, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Surip, api yang muncul dari retakan longsor itu dimungkinkan karena ada kandungan gas di dalamnya.

PVMBG pun ikut meneliti fenomena api yang muncul dari retakan tanah ini.

Petugas belum dapat memastikan jenis gas apa yang memantik semburan api itu.

Diduga api itu menyala karena terpantik aktivitas manusia.

Dari hasil observasi di lapangan dan wawancara dengan warga, pemantik api di retakan tanah ini belum diketahui pasti.

Sebab warga mengaku menemukan api itu sudah dalam kondisi menyala.

"Warga menemukan sudah dalam keadaan menyala," katanya

Saat tim melakukan observasi lapangan terkait peristiwa ini, api dalam retakan sudah padam.

PVMBG masih akan meneliti lebih lanjut untuk mengetahui jenis gas yang terkandung di lahan tersebut.

Tim PVMB akan membawa sampel dari pemeriksaan di lapangan ke laboratorium untuk mengetahui kandungan gasnya.

Dari hasil penelitian sementara, PVMBG tak mendeteksi potensi gas beracun dari retakan di jalan perkebunan tersebut.

Diduga, gas yang keluar itu dari lahan itu merupakan gas alam.

Perihal musabab terbentuknya gas itu, apakah berasal dari bahan bakar fosil dari sisa-sisa tanaman, hewan dan mikroorganisme yang tersimpan di dalam tanah selama jutaan tahun, atau gas metana, pun belum diketahui pasti.

"Kita gali sedalam 30 sentimeter, tidak ditemukan gas berbahaya. Mungkin gas alam" jelasnya.(tribunjateng/khoirul muzakki)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved