Berita Banyuwangi

Susah Payah Kabupaten Banyuwangi Perangi Sampah Plastik, Hasilnya

Di Banyuwangi berbagai upaya dilakukan untuk memerangi sampah plastik. Mulai pelarangan air mineral kemasan plastik hingga sampah dikonversi emas

Penulis: Haorrahman | Editor: Cak Sur
SURYA.co.id/Haorrahman
Pasar Wit-witan di Banyuwangi yang tidak boleh ada wadah plastik, sebagai upaya pengurangan sampah plastik. 

SURYA.co.id | BANYUWANGI -  Sampah plastik telah menjadi masalah serius bagi negeri ini dan kampanye pengurangan sampah plastik pun telah banyak didengungkan.

Di Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, berbagai upaya dilakukan untuk memerangi sampah plastik. Mulai pelarangan air mineral kemasan plastik, pemberian hadiah sepeda motor, hingga mendatangkan organisasi internasional yang khusus menangani plastik dan berbagai upaya lainnya.

Di Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, terdapat pasar bernama Pasar Wit-witan. Diberi nama itu, karena pasar ini berada di bawah pepohonan jati yang rindang. Tersedia berbagai kuliner tradisional, yang dibungkus daun pisang atau jati.

Di pasar ini tidak boleh ada penggunaan wadah dari plastik, para penjual makanan menggunakan daun pisang hingga tempurung kelapa untuk makan dan minum.

"Ini merupakan ketentuan yang sudah disepakati oleh panitia dari ibu-ibu PKK Desa Alasmalang. Mereka sangat ketat dalam menyeleseksi penjual tidak menggunakan tempat atau wadah dari plastik. Untuk minuman menggunakan tempurung kelapa atau potongan bambu sebagai mangkok dan gelas. Juga cobek dari tanah liat dengan alas daun,” kata Mochamad Lutfi, Camat Singojuruh, Banyuwangi.

Demikian juga dengan pembeli, dilarang menggunakan kantong plastik. Mereka wajib membawa kantong dari kain atau anyaman bambu.

"Karena pengunjung tambah banyak dan mereka yang ingin bergabung pun juga tambah banyak. Namun demikian, panitia tetap menyeleksi dengan ketat mulai dari olahan yang ditawarkan, hingga kemasan dan penampilan penjualannya," tambah Lutfi.

Pasar Wit-Witan buka tiap hari Minggu. Kini kian banyak pasar-pasar tradisional yang dikelola masyarakat tumbuh di desa-desa Banyuwangi, dengan konsep tradisional dan melarang penggunaan plastik.

Pengurangan sampah plastik kini menjadi salah satu prioritas di Banyuwangi. Sejak Maret 2019, tidak ada lagi jamuan menggunakan air mineral kemasan botol plastik, bagi tamu yang datang ke kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) maupun pendopo Banyuwangi.

Tamu VIP disuguhi air kemasan botol dan gelas kaca, sementara lainnya menggunakan gelas kertas yang bisa isi ulang di air mineral kemasan galon.

”Sekitar Maret 2019, kami sudah menghentikan pesananan air mineral kemasan botol dan gelas plastik. Jasa catering di Pemkab maupun pendopo, juga telah kami larang membawa air mineral kemasan botol dan gelas plastik,” kata Juang Pribadi, mantan Kabag Protokol yang kini menjabat sebagai Kepala Dinas Penduduk dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Banyuwangi, Senin (25/11/2019).

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE), tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik yang dikeluarkan pada pertengahan Februari.

Dalam surat edaran tersebut seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN), dilarang membawa air mineral kemasan plastik. Sebagai gantinya mereka diminta membawa tumbler (botol minuman) dan disediakan galon air mineral di beberapa titik kantor pemkab untuk isi  ulang.

Demikian juga di berbagai event rangkaian Banyuwangi Festival yang rutin digelar, juga dilarang untuk menggunakan air kemasan plastik.

Halaman
1234
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved