Pilkada Sumenep 2020

Siapakah Pengganti Kepemimpinan Bupati Sumenep, Busyro: Tak Cukup Hanya Tokoh, Harus Mau Gerilya

KH Imam Hasyim menyampaikan, jika kandidat calon bupati dan wakil bupati pada Pilkada 2020 nanti yang akan diusung dari PKB tidak harus dari kiai.

Penulis: Ali Hafidz Syahbana | Editor: Cak Sur
SURYA.co.id/Ali Hafidz Syahbana
Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim saat ditemui di rumah dinasnya Jalan Jendral Sudirman, Pajagalan, Kota Sumenep. 

SURYA.co.id | SUMENEP - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 Kabupaten Sumenep sudah semakin dekat, mulai banyak tokoh yang digadang-gadang untuk maju menjadi Bakal Calon Bupati (Bacabup) nanti.

Menanggapi semua ini, Surya.co.id berkesempatan bincang-bincang khusus dengan Bupati Sumenep, Abuya Busyro Karim di rumah dinasnya Jalan Jendral Sudirman, Pajagalan, Kota Sumenep.

Sosok kiai karismatik yang memimpin Kabupaten Sumenep dua periode ini mulai membuka pembicaraan tentang perjalanan politiknya sejak tahun 1998 waktu lalu.

"Politik sekarang ini berbeda eranya, ketika dulu tahun 1998 saya memimpin Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)," kata Abuya Busyro Karim.

Mantan Ketua DPRD dua periode (1999 - 2004 dan 2004 - 2009) ini mengaku jika baru berhenti sebagai Ketua Tanfidz DPC PKB dua tahun lalu.

Abuya Busyro Karim mengakui, jika di zamannya dulu itu eranya memang politik ketokohan dan biasanya yang nyalon pemimpin itu para tokoh-tokoh yang didukung oleh masyarakat banyak.

"Jadi akhirnya saya menjadi Ketua DPRD dan semacamnya. Itu karena memang eranya pada saat itu adalah politik ideologi ketokohan, itu dulu kita menyatu," tuturnya.

Mantan Ketua DPC PKB ini mengatakan, ketika sistem politik saat ini sudah berbeda, misalnya suara terbanyak sekarang.

"Kalau dulu kan untuk menjadi legislatif itu langsung kami yang menunjuk Ketua PKB, Ketua Dewan Syuro dan lainnya. Siapa yang nomer satu, dua, tiga, itu hasil dari rapat intern. Kalau sekarang meski pun nomer satu itu akan sulit ketika masih modelnya memakai ketokohan. Karena memang masyarakat sudah berbeda, bergeser, politik masyarakat sudah pragmatis," paparnya.

Maka jika politik saat ini tetap memakai model ketokohan, lanjut Abuya Busyro Karim, itu tidak lagi cukup hanya dengan menonjolkan ketokohan untuk menjadi pemimpin menggantikannya sebagai pemimpin Sumenep.

"Tapi harus beralih menjadi politik gerilya. Siapa pun yang bisa bergerilya kepada masyarakat, itu nampaknya bisa diterima oleh masyarakat. Ini yang harus diantisipasi oleh PKB seperti sekarang, misalnya ketika mau mencari calon yang dari PKB itu tidak boleh hanya mengandalkan ketokohan, tapi harus mau turun bersusah payah dan harus bergerilya dari satu tempat ke tempat lain," jelasnya.

"Saya kira itu baru menjawab tantangan yang akan datang," tambahnya.

Ditanya seperti apa ciri-ciri calon pengganti beliau nanti di  Pilkada 2020, Abuya Busyro Karim mengatakan jika pihaknya  tidak ingin mendahului keputusan dari PKB.

"Biarkan saja PKB nanti yang menetapkan dan era ini harus ditanggapi oleh PKB, bahwasanya PKB tidak lagi hanya mencalonkan karena ketokohan. Sekarang ini teorinya saya lihat ada dana dan ditambah dengan jaringan itu sama dengan kekuasaan. Dan orang yang memiliki jaringan yang kuat dan ditambah dengan dana yang kuat, insyaa Allah itu mempunyai kekuasaan," kata Abuya Busyro Karim.

Halaman
12
BERITATERKAIT
  • Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved