Viral Media Sosial

ABG Dilecehkan Instruktur Pengemudinya 4 Jam Non-Stop, Curhatannya Viral di Whatsapp (WA) & Medsos

Curhatan seorang ABG yang mengalami pelecehan seksual oleh instruktur mengemudinya, menjadi viral di media sosial (medsos) dan whatsaapp (WA)

Shutterstock/Mita Stock Images
Ilustrasi: ABG Dilecehkan Instruktur Mengemudinya 4 Jam Non-Stop 

ABG Dilecehkan Instruktur Pengemudinya 4 Jam Non-Stop, Curhatannya Viral di Whatsapp (WA) & Medsos

SURYA.co.id - Curhatan seorang anak baru gede (ABG) yang mengalami pelecehan seksual oleh instruktur pengemudinya, menjadi viral di medsos (media sosial) dan whatsapp (WA)

Dilansir dari mStar, ABG yang bernama Syazwani Aqilah (18) itu menyebut guru mengemudinya telah membuatnya mengalami trauma berkepanjangan akibat pelecehan seksual.

Kasus ini terjadi di Malaysia.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 25 Februari 2019 di mana Rosli melecehkannya selama empat jam penuh.

"Saya merasa aneh. Apakah cara mengemudi saya begitu buruk sehingga guru harus sering menyentuh tangan saya ketika saya memegang kemudi?"

Foto Viral Pegawai KFC Layani 2 Bocah Berpakaian Lusuh, Beri Nasi Ayam Meski Uang Kurang

VIDEO Pengakuan Suami Bunuh Istri Gara-gara Menolak Bercinta Usai Melahirkan, Viral di WA & IG

Detik-detik Pria Berbaju Bonek Bersihkan Stadion Jalak Harupat Bandung Viral di WhatsApp (WA) & IG

Bibi Bongkar Perlakuan Polisi pada Vanessa Angel yang kini Dipenjara, Minta Jokowi Turun Tangan

"Dia menyentuh/meraih tanganku, paha dan pantatku." tambah Syazwani 

Menurut Syazwani, guru mengemudinya itu dikatakan telah meremas paha Syahwani agar mengemudi dengan cepat.

"Dia meminta detail kontak saya, mengajak nonton film dan nongkrong di tempatnya setelah selesai kelas."

Tak hanya itu, instruktur tersebut juga mulai memberikan komentar tentang penampilan fisik gadis itu.

"Dia mengatakan banyak lelucon kotor dan membuat komentar tentang tubuhku"

"Teman-temannya juga menggodaku dan membuatku merasa tidak nyaman."

Syazwani juga mengatakan guru itu mengancam akan menggigit lehernya

Menanggapi pertanyaan mengapa dia tidak menolak, Syazwani berkata, "Saya bukan pengemudi yang baik. Saya takut untuk melawan karena kecelakaan mungkin bisa terjadi."

"Rosli telah mengambil keuntungan dari saya sebagai SISWA."

"Bukankah pusat ini mengajarkan etika kerja staf mereka? Saya memposting ini secara publik karena ini bukan tuduhan belaka."

"Saya trauma atas apa yang terjadi."

"Saya tidak akan rugi. INI ADALAH KEBENARANNYA."

Tersebar Via Whatsapp (WA), Mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo Geram Namanya Tercatut Berita Hoax

Detik-detik Siswi Menjerit Saat Oknum Guru Nonton Film Dewasa di Kelas, Viral di Whatsapp (WA) & IG

Selain itu, ia juga memposting story di Instagram tentang pengalaman traumatisnya.

Dia menulis, "Saya bukan satu-satunya korban. Beberapa DM (direct message) saya dan berbagi cerita bahwa mereka juga dilecehkan oleh instruktur lain dari pusat belahar mengemudi yang SAMA."

"Para guru melihatmu sebagai target yang mudah TERUTAMA jika kamu terlihat 'campuran' dan tidak mengerti bahasa Melayu dengan baik."

"Mereka berbicara tentang tubuhku. Saya ditertawakan dan didiskriminasi."

Tangkap layar story Syazwani Aqilah
Tangkap layar story Syazwani Aqilah (Syazwani Aqilah)

Luna Maya Sampaikan 4 Kalimat Ini Usai Syahrini dan Reino Barack Menikah, Sudah Gak Galau Lagi?

Detik-detik Pria Berbaju Bonek Bersihkan Stadion Jalak Harupat Bandung Viral di WhatsApp (WA) & IG

Postingan telah mengumpulkan lebih dari 4.780 retweet dan 1.297 like.

Yang lebih mengejutkan adalah fakta bahwa banyak wanita juga menghadapi pelecehan seksual oleh instruktur mengemudi dan beberapa bahkan oleh petugas JPJ

Seorang netizen membagikan serangkaian story di Instagram dan berbagi pengalaman di sekolah mengemudi yang sama.

"Saya tidak yakin apakah ini diizinkan, tetapi saya menemukan ini di Facebook."

"Staf, secara umum, tidak memiliki etika kerja. Mereka sangat kasar dan menjengkelkan."

"Instrukturnya kasar dan benar-benar menyeramkan. Mereka banyak menggoda siswa dan membuat mereka merasa tidak nyaman."

"Saya melaporkan serangan ke polisi setahun yang lalu. Petugas JPJ melecehkan saya dan bersikeras meminta nomor saya."

"Saya masih percaya bahwa dia sedang berkeliaran mengincar gadis-gadis muda."

Ditanya tentang tindakanya yang terlambat memberitahukan insiden tersebutkepada polisi, Syazwani Aqilah mengatakan dia ingin menunggu sampai ibunya kembali dari tugas.

"Hari itu, ibuku sedang bekerja di luar daerah dan saya harus menunggunya pulang."

"Setelah ibu pulang, kami segera membuat laporan ke polisi."

Siswi SD Korban Pelecehan Seksual Oknum Guru

Sebelumnya, kasus pelecehan seksual juga terjadi di SDN Kauman 3 Kota Malang

Seorang walimurid yang ditemui SURYA.co.id mengaku ingin agar pelaku mendapatkan hukuman yang berat karena telah merusak masa depan putrinya.

Suatu malam menjelang tidur, ibu walimurid itu bertanya kepada anaknya yang sekolah di SDN Kauman 3.

“Apa yang sebetulnya terjadi dengan guru berinisial IM di sekolah?” kata si ibu menceritakan kembali kepada SURYA.co.id.

Pertanyaan itu muncul bukan serta merta begitu saja, melainkan berdasarkan desas-desus yang si ibu dengar belakangan ini.

“Ya begitu itu. Senang menyentuh-nyentuh,” jawab si anak kepada ibu.

“Adik pernah disentuh?” tanya si ibu.

“Pernah. Dua kali. Di bagian payudara,” jawab anak polos.

Kesaksian itu membuat si ibu sedih, sekaligus memendam amarah.

Bagaimana tidak, sejak menyekolahkan anaknya yang pertama hingga yang paling kecil selama 15 tahun, di SDN Kauman 3, baru kali ini ia mendapati keberadaan pedofilia di sekolah.

Lebih menyedihkan lagi, putrinya menjadi salah satunya korbannya.

Si ibu kemudian bercerita lebih detail. Pada 29 Januari 2019, pihak sekolah mengundang sekitar 20 orangtua walimurid. Undangan itu topiknya agenda pendidikan.

Si ibu yang menjadi narasumber SURYA.co.id ini awalnya tidak mendapatkan undangan. Namun ia mengetahui adanya informasi undangan itu.

“Sebelumnya saya ikut kumpul-kumpul dengan para orangtua walimurid. Saat makan-makan itu, mereka cerita ada kasus seperti ini. Makannya saya juga maksa ikut datang saja meski tidak diundang,” katanya.

Saat di sekolah, para wali murid ditemui Kepala Sekolah SDN Kauman 3 Irina Rosemaria dan Musiah, seorang guru kelas 6. Pertemuan itu berlangsung di sebuah ruangan.

“Saat pertemuan itu, kepala sekolah bilang kalau pihaknya kecolongan akibat perilaku yang dilakukan guru olahraga,” katanya.

Si ibu kemudian mengangkat tangan. Namun ia mengaku sempat diabaikan oleh Irina.

Saat mendapatkan kesempatan, si ibu menanyakan kenapa kasus itu tidak dilaporkan ke pihak kepolisian?

“Jawabannya, kata kepala sekolah, apa tidak dipikirkan lebih jauh. Nanti anak-anak anda akan dibawa-bawa oleh para wartawan dan polisi,” tutur si ibu menceritakan kembali apa yang disampaikan Irina dalam pertemuan akhir Januari itu.

Sekolah juga mempertimbangkan nama baik sekolah ketika kasus itu dilaporkan ke pihak kepolisian.

Si ibu mendengar langsung bahwa IM mengakui perubuatannya ketika ditanya Irina.

Si ibu terus bercerita dengan sesekali mengelus dada dan menghela nafas panjang.

“Ada juga rekaman video yang diambil oleh seorang guru. Video itu menggambarkan pelecehan yang dilakukan pelaku. Tapi ya itu, video itu sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya. Saya tegaskan, kalau pihak sekolah sampai menghilangkan video itu, berarti itu salah karena itu barang bukti,” tegasnya.

Dalam pertemuan itu, terdapat sejumlah orangtua wali murid yang menangis ketika menceritakan kembali pelecehan seksual yang dialami anak-anaknya.

Bahkan ada anak yang dibekap IM demi memenuhi hasrat seksualnya. Namun anak itu berhasil melepaskan diri dari bekapan setelah menggigit tangan pelaku.

“Ada ibu-ibu yang anaknya mengalami kelakuan yang lebih parah dari itu. Mereka menangis menceritakan itu,” tegas si ibu sembari geleng-geleng kepala.

Kata si ibu, pelaku kerap mengincar korban yang berasal dari kelas rendah seperti kelas 1 atau 2.

Pasalnya mereka tidak berani melapor dan tidak mengetahui apa dampak dari perilaku yang dilakukan pelaku.

Dari 20-an orangtua walimurid yang diundang ke sekolah, ia mengasumsikan ada 20 anak juga yang menjadi korban. Bahkan angka itu bisa lebih.

Dengan temuan fakta seperti itu, si ibu heran tidak ada tindakan tegas dari pihak sekolah. Pasalnya, perilaku IM membahayakan masa depan anak-anaknya.

Pelaku merupakan guru baru di SDN Kauman 3. Ia masuk ke SD sejak semester ganjil pada Agustus 2018.

Dari keterangan yang didapat SURYA.co.id di lapangan, sudah sejak Agustus 2018 pelaku melakukan perbuatan bejatnya.

Keterangan itu didapat dari informasi, ada seorang anak yang mengaku mendapat perilaku pelecehan seksual sejak pelaku masuk dan mengajar di SDN Kauman 3.

Dalam pertemuan itu, pihak sekolah mengaku telah melaporkan perilaku salah satu gurunya itu ke Dinas Pendidikan Kota Malang.

Setelah laporan itu masuk, pihak Dinas Pendidikan Kota Malang menonaktifkan pelaku.

“Iya, katanya di non aktifkan,” imbuhnya.

Namun si ibu masih merasa tidak puas. Ia pun berencana untuk melaporkan kejadian itu ke polisi agar pelaku mendapatkan ganjaran yang setimpal, tidak sekadar sanksi non aktif.

Si ibu awalnya mengajak beberapa wali murid untuk melaporkan kasus itu ke polisi. Namun, banyak yang tidak mau.

Alasannya beragam, ada yang dilarang oleh suaminya, ada yang menghadiri acara pernikahan hingga terkendala anaknya yang sakit.

Akhirnya si ibu berangkat sendiri ke Polres Malang Kota untuk melapor. Si ibu bersama seorang orangtua walimurid lagi dimintai keterangan polisi. Bahkan anaknya juga sudah menjalani visum di rumah sakit.

Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri menegaskan akan memproses hukum pelaku pencabulan terhadap anak atau pedofil.

Polisi akan mendalami keterangan dari pelapor yang melapor ke Polres Malang Kota.

“Apabila memang ada seperti yang dilaporkan oleh korban, kami akan melakukan proses hukum yang berlaku,” tegas Asfuri, Sabtu (9/2/2019).

Polisi juga akan memeriksa semua pihak yang terkait. Namun sejauh ini, polisi masih baru melakukan pemeriksaan terhadap korban.

Pantauan SURYA.co.id di Mapolres Malang Kota, korban yang melapor sempat dibawa ke RS Saiful Anwar untuk menjalani visum.

Informasi hasil visum akan memberikan informasi bagaimana pelaku memperlakukan korban.

“Dalam pemeriksaan pelapor seperti apa. Orang-orang yang berkaitan akan kami lakukan pemeriksaan semuanya,” jelasnya.

Sebelumnya, Kasub Bag Humas Polres Malang Kota menjelaskan, ada dua orangtua yang datang ke Polres Malang Kota.

Mereka mendampingi seorang anak yang menjadi korban pelecehan seksual oleh seorang guru olahraga di SDN Kauman 3.

"Polres Makota menerima aduan telah terjadi pencabulan anak. Kedua orangtua masih dalam proses pemeriksaan. Sementara masih satu orang yang lapor," ujarnya.

Sedangkan pelaku saat ini belum diketahui keberadaannya. Polisi akan mengusut dan menjerat pelaku dengan pasal yang sesuai.

"Harus ada hukuman sekeras-kerasnya sesuai undang-undang yang berlaku," jelasnya.

Penelusuran SURYA.co.id di lapangan, ternyata informasi adanya kasus pelecehan seksual di SDN Kauman 3 sudah banyak yang mengetahui. Terutama para orangtua walimurid.

Beberapa sumber yang cerita ke SURYA.co.id, mengatakan kalau mereka mendengar ada belasan siswa yang telah menjadi korban.

Di sisi lain, ada juga informasi yang mengabarkan, pihak sekolah dan komite melarang orangtua wali untuk melapor atau memperbesar masalah. Alasannya, untuk menjaga nama baik sekolah.

Dihubungi di tempat terpisah, M Rosyidi, Ketua Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) Jodipan menceritakan, pelaku pedofil di SDN Kauman 3 diduga merupakan orang yang sama ketika anaknya masih sekolah di SD Jodipan.

Saat itu, Rosyid kerap mendengar adanya perilaku pelecehan seksual terhadap siswa yang dilakukan seorang guru olahraga berinisial I.

“Anak saya yang cerita sendiri ke saya. Tapi I ini tidak berani mendekati anak saya karena mungkin tahu bapaknya siapa,” ujar Rosyid.

Perilaku pelecehan seksual itu sudah ia dengar sejak sebelum tahun 2003.

Berdasarkan keterangan Rosyid, I kerap melakukan sentuhan kepada para muridnya yang perempuan.

“Tapi saat itu anak-anak tidak berani melapor,” imbuhnya.

Kemudian para wali murid kala itu melakukan protes kepada kepala sekolah. Setelah itu, kepala sekolah memberikan teguran kepada pelaku.

Royid pun menyarankan kepada petugas kepolisian untuk bisa meminta keterangan kepada Mujiono, mantan kepala sekolah SD Jodipan yang saat ini sudah pensiun.

“Harapan saya bisa ditelusuri dan bisa minta keterangan ke mantan Kepala Sekolah pak Mujiono. Paling tidak bisa memberikan keterangan karena saat itu memberikan teguran kepada I,” terangnya.

Teguran itu dilakukan Mujiono atas dorongan wali murid yang resah mendegar adanya tindakan perilaku pelecehan seksual.

“Ada teguran keras dari sekolah saat itu sehingga pelaku pindah sekolah. Bahkan pelaku sempat lari ke Madura,” ungkapnya.

Dari SD Jodipan, I kemudian pindah ke SD Purwodadi. Setelah itu pindah ke SDN Kauman 3.

Selama berada di SD Purwodadi ini, Rosyid tidak mendengar adanya tindakan pelecehan oleh I.

Baru di SDN Kauman 3 ini kemudian ia mendengar lagi.

“Pelaku harus dihukum keras. Kalau bisa dipecat. Jangan sekadar dimutasi, itu hanya akan memberi lahan baru bagi dia,” paparnya.

Sebelumnya, Polres Malang Kota menerima aduan dari seorang murid SDN Kauman 3 perihal dugaan kasus pencabulan, Sabtu (9/2/2019).

Diduga pelaku pencabulan adalah seorang guru.

Kasub Bag Humas Polres Malang Kota Ipda Ni Made Seruni Marhaeni menjelaskan, ada dua orangtua yang datang ke Polres Malang Kota.

Mereka mendampingi seorang anak yang menjadi korban.

"Polres Makota menerima aduan telah terjadi pencabulan anak. Kedua orangtua masih dalam proses pemeriksaan. Sementara masih satu orang yang lapor," ujarnya.

Polisi masih mendalami informasi berdasarkan aduan yang dilayangkan.

Tidak menutup kemungkinan nantinya akan ada aduan-aduan berikutnya.

Polisi juga akan mengembangkan informasi yang didapat.

Dikatakan Marhaeni, beberapa pihak juga akam dimintai keterangan.

"Pastinya nanti akan dimintai keterangan dari korban, pihak sekolah dan komite," imbuh Marhaeni.

Sedangkan pelaku saat ini belum diketahui keberadaannya.

Polisi akan mengusut dan menjerat pelaku dengan pasal yang sesuai.

"Harus ada hukuman sekeras-kerasnya sesuai undang-undang yang berlaku," jelasnya.

Polisi juga akan melakukan visum terhadap korban.

Informasi di lapangan, pelaku telah berulang kali melakukan tindakan pelecehan seksual kepada murid-muridnya.

Kata-Kata Bijak Luna Maya di Tengah Maraknya Video Pernikahan Syahrini dan Reino Barack, Sebut 4 Hal

Miris Isi Surat Ahmad Dhani untuk El, Bandingkan dengan Kasus Ahok BTP

Syahrini Akan Gelar Resepsi Pernikahannya di Indonesia, Inilah Orang Penting yang Akan Diundang

Heboh Suami di Cilegon Ngamuk saat Ditolak Berhubungan Badan, Bunuh Istri & Anak yang Baru 40 Hari

Sumber: Grid.ID
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved