Penembakan di Papua

Egianus Kogoya CS Berbaur dengan Warga Nduga, Tiap saat Serang Tim TNI dan Polri dari Puncak Kabo

Tim Gabungan TNI dan Polri terus memburu para pelaku pembunuhan 19 pekerja proyek Trans Papua di Nduga, Papua.

Editor: Iksan Fauzi
Ahmad Faisol
Sejumlah pasukan TNI AD melakukan latihan perang di Hutan Baluran, untuk meningkatkan kemampuan dalam menjaga NKRI. 

SURYA.co.id | JAKARTA - Tim Gabungan TNI dan Polri terus memburu para pelaku pembunuhan 19 pekerja proyek Trans Papua di Nduga, Papua.

Mereka kini sedang memburu Egianus Kogoya dan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) untuk ditangkap hidup atau mati.

Dalam pengejarannya, TNi dan Polri kerap mendapatkan gangguan dari Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) yang bersembunyi di hutan-hutan perawan Papua.

"Memang kesulitannya, mereka menggunakan pola operasi gerilya. Jadi mereka bisa ada di mana-mana, dan mereka menguasai medan. Sementara bagi kita, medan tersebut baru," kata Juru Bicara Kodam Cendrawasih, Kolonel Muhammad Aidi, Senin (10/12/2018).

Pengamat : Medan Pertempuran Hidup-Mati Prabowo di Jawa Tengah, BPN Prabowo-Sandi Akan Pindah Markas

Selama 4 Tahun Pria Surabaya Ini Setubuhi Anak Kandungnya, PPA Polrestabes Surabaya Bertindak

Kebakaran Jenggot, DPP PAN Akan Pecat Ketua DPW PAN Kalimantan Selatan yang Mbelot Dukung Jokowi

Kolonel Aidi menceritakan tim TNI dan Polri masuk ke hutan dan sering ditembaki dari jarak jauh.

Hal inilah yang kemudian membuat pemburuan terhadap pelaku cukup lama.

"Pada saat kita berusaha menduduki Bukit Kabo, untuk mengevakuasi jenazah, kita mendapat serangan ditembaki dari balik bukit sebelahnya dari jarak jauh. Pada saat kita evakuasi jenazah menuju Nduga lewat jalur darat, kita dihadang," ujarnya.

"Hampir setiap saat kita dihadang dan diganggu. Walaupun mereka tak berani berhadap-hadapan. Satu kali dua kali menembak, lalu kabur, kita kejar, masuk lagi ke hutan," katanya.

Air Bah Hancurkan Restoran Ringin Asri di Kota Malang, Tembok Jebol dan Kaca Pecah, Rugi Rp 200 juta

Wiranto Sebut TNI dan Polri Gunakan Granat untuk Kejar Kelompok Egianus Kogoya, Bukan Pakai Bom

Tidak hanya itu, para pelaku lanjut Kolonel Aidi sudah berbaur dengan masyarakat setempat, apalagi pasukan gabungan tidak ada yang mengenali detail wajah para pelaku.

"Kalau di kampung penduduk, mereka meletakkan senjatanya dan berbaur dengan masyarakat, sementara kita tidak kenal mereka. Kita hanya kenal lewat foto dan sinyalemen lain ," kata Aidi.

Dalam perkembangan terbaru, aparat sudah menemukan lagi satu dari jenazah pekerja PT Istaka Karya yang tewas dibunuh kelompok yang menurut aparat adalah kelompok pimpinan Egianus Kogoya.

Lokasi pembangunan jembatan di Jalan Trans Papua, di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.
Lokasi pembangunan jembatan di Jalan Trans Papua, di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. (ist)

Dengan demikian, tim gabungan TNI dan Polri masih mencari setidaknya dua jenazah lagi dan dua orang yang pada saat kejadian berhasil melarikan diri.

Untuk mengatasi kesulitan dalam pemburuan pelaku, kata Kolonel Aidi, aparat gabungan melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar tempat kejadian dan lokasi persembunyian Egianus Kogoya Cs.

Dalam pendekatan itu, aparat akan memberitahukan soal sepak terjang para pelaku yang tidak sepantasnya membunuh para pekerja.

"Makanya melihat pola-pola itu, kita lakukan pendekatan ke masyarakat. Bahwa yang dilakukan oleh para pelaku itu adalah tindakan tidak manusia tindakan yang sangat keji. Sehingga tak perlu dibela. Jadi kita akan selalu melakukan pendekatan."ujar Aidi.

Sejauh ini sudah 16 jenazah PT Istaka Karya yang ditemukan dan dikirim ke keluarga mereka di Toraja Sulawesi Selatan, dan Palu, Sulawesi Barat.

Sementara empat yang selamat karena berhasil melarikan diri, masih dirawat di Rumah Sakit di Timika, Papua.

"Jadi setidaknya masih ada tiga jenazah dan dua orang yang melarikan diri, yang sampai sekarang belum ditemukan. Ini masih kita cari," lanjut Aidi.

Disebutkan, menurut pengakuan Johny Aritonang, salah satu dari empat orang yang mencapai pos keamanan setelah melarikan diri, ada 25 orang pekerja pembangunan jembatan yang tanggal 1 Desember itu diculik oleh sebuah kelompok bersenjata.

Helikopter milik TNI yang digunakan untuk mengevakuasi para korban pekerja di Nduga, Papua.
Helikopter milik TNI yang digunakan untuk mengevakuasi para korban pekerja di Nduga, Papua. (ISTIMEWA)

Mereka digiring ke bukit Kabo. Dan keesokan harinya, mereka ditembaki. Sebagian meninggal di tempat sebagian lagi pura-pura mati terkapar.

Orang-orang bersenjata itu melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo, lalu 11 orang karyawan yang pura-pura mati berusaha melarikan diri, namun dikejar.

Lima orang tertangkap dan dibacok hingga tewas di tempat. Adapun enam orang berhasil melarikan diri.

Empat yang melarikan diri, bisa mencapai pos polisi, tapi dua orang lagi yang mengambil arah berbeda, belum juga muncul sampai sekarang.

"Kita cari terus, selain mencari para pelaku, terutama pimpinannya, Egianus Kogoya," kata Kolonel Aidi.
Keamanan Jelang Pemilu

Pemerintah Republik Indonesia menjadikan insiden penembakan berujung kematian sejumlah pekerja BUMN PT Istaka Karya di Kali Yigi-Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga sebagai sorotan keamanan menjelang Pemilu 2019. Insiden itu akan menjadi perhatian untuk dimasukkan ke dalam Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) 2019.

IKP 2019 merupakan upaya Bawaslu RI melakukan pemetaan dan deteksi dini terhadap berbagai potensi pelanggaran dan kerawanan untuk kesiapan menghadapi pelaksanaan Pemilu Legislatif dan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden secara serentak tahun 2019.

"Walau sekarang ada perkembangan baru dan ini kami masukan ke dalam indeks kerawanan lagi," kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Wiranto.

Menjelang tahapan Pemilu 2019, dia menjelaskan, Bawaslu RI bersama dengan pemerintah dan instansi terkait lainnya sudah melakukan survei untuk menentukan IKP 2019.

Dia menegaskan, semua daerah diadakan survei termasuk Papua yang belakangan sempat terjadi insiden yang diduga dilakukan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).

Proses evakuasi jenazah di Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga lokasi penembakan yang dilakukan kelompok KKB.
Proses evakuasi jenazah di Puncak Kabo, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga lokasi penembakan yang dilakukan kelompok KKB. (John Roy Purba/Istimewa)

"Di semua daerah, termasuk Papua. Dan indeks kerawanan pemilu itu enam bulan sebelumnya sudah kami survei dan kami sudah membuat grafik dan matrik," kata dia.

Mendekati tahapan pemungutan suara yang akan dilakukan pada 17 April 2019, kata dia, masih ada waktu untuk menekan tingkat kerawanan-kerawanan di setiap daerah.

Sehingga, harapannya gangguan keamanan dapat dieliminasi termasuk Papua.

"Nanti, kami tekan lagi. Jadi intinya adalah semua pemangku kepentingan akan terus sinergi bagaimana agar kerawanan Pemilu di 2019 sukses," tambahnya.

Indek Kerawanan Pemilu

Sebelumnya, Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI meluncurkan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) 2019. IKP 2019 diluncurkan di Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (25/9).

Hasil IKP 2019 untuk tingkat provinsi menunjukkan 15 daerah yang tingkat kerawanan di atas rata-rata nasional, yaitu Papua Barat, Papua, Maluku Utara, Aceh, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Maluku, Lampung, Sumatera Barat, Jambi, Yogyakarta, NTB, NTT, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

Setiap provinsi memiliki karakteristik kerawanan yang berbeda.

Papua Barat, Sumatera Barat, dan Maluku misalnya memiliki kerawanan untuk dimensi penyelenggaraan Pemilu yang bebas dan adil serta tidak terkait dimensi kontestasi.

Merujuk pada keseluruhan indeks di tingkat provinsi, rata-rata pengaruh terbesar kerawanan Pemilu tahun 2019 adalah penyelenggaraan Pemilu yang bebas dan adil serta terkait dimensi kontestasi.

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved