Pilpres 2019
Muncul Spanduk #JKWBersamaPKI, Pria Ini Laporkan BPP Prabowo-Sandi ke Bawaslu
Munculnya spanduk bertuliskan #JKWBersamaPKI di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu membuat seorang warga lapor Bawaslu.
SURYA.co.id | JAKARTA - Munculnya spanduk bertuliskan #JKWBersamaPKI di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, beberapa waktu lalu membuat seorang warga lapor Bawaslu.
Warga yang melaporkan bernama Arthur Yudi Wardana. Dia melaporkan Badan Pemenangan Nasional atau BPN Prabowo-Sandi ke Bawaslu, Kamis (6/12/2018).
"Pasangan calon itu kan ada larangan untuk menyampaikan hal-hal yang tidak benar," kata Ketua Umum Advokat Indonesia Maju yang mendampingi Arthur, Sandi Situngkir saat dikonfirmasi, Kamis (6/12/2018).
• Muncul Spanduk #JKWBersamaPKI, Jokowi: Ada 9 Juta Orang Percaya Fitnah Saya Anggota PKI
• Habib Bahar Jadi Tersangka Ujaran Kebencian usai Diperiksa 11 Jam oleh Bareskrim Mabes Polri
• Habib Bahar si Penyebut Jokowi Banci Jadi Tersangka, Ini yang Dilakukan Kuasa Hukumnya
"Kemudian pasal yang lain ada ketentuan dilarang melakukan provokasi. Tentu saja provokasi itu sumbernya itu kan ada niatan. Sudah mengetahui tidak benar, tapi tetap saja disampaikan," sambungnya.
Pelapor menduga spanduk tersebut ada kaitannya dengan tim Prabowo-Sandi, lantaran memuat foto wajah Prabowo dan Sandiaga.
Pasal yang dituduhkan pelapor dalam aduannya yaitu Pasal 280 Undang-Undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu yang memuat larangan-larangan dalam kampanye.
• Hasil Survei LSI Denny JA Terbaru, Jokowi 53,2 Persen atau Unggul 22 Persen dari Prabowo
• 4 Fakta Playboy Kampus Surabaya Kencani 6 Mahasiswi lalu Pose Bugilnya Disebar di Medsos
Alat bukti yang dibawa berupa foto dan video spanduk bertuliskan #JKWBersamaPKI dan beberapa pemberitaan di media sosial.
Pelapor berharap, Bawaslu dapat melakukan penyelidikan terhadap dugaan pelanggaran kampanye ini.
Sebelumnya, berdasar foto di media sosial, spanduk dengan memuat lima tagar, yakni #PKIBerkedokPancasila, #JKWBersamaPKI, #JKWHoakNasional, #JKWSontoloyoNasional, dan #JKWGenderuwoNasional.
Tertulis juga kalimat "2019 Tenggelamkan PKI".
Spanduk itu juga memuat foto calon presiden dan calon wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno.

Komisioner Bawaslu DKI Jakarta Puadi menyebut, spanduk yang sebelumnya terlihat terpasang di kawasan Tanah Abang itu bermuatan menghasut dan mengadu domba.
Hal itu merujuk pada Pasal 1 huruf d Undang-Undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu.
Sebagai langkah awal, Bawaslu bersama sejumlah pihak terkait telah melalukan penurunan terhadap spanduk tersebut.
Saat ini, Bawaslu DKI tengah melakukan penyelidikan mengenai siapa pemasang spanduk itu.
Jubir BPN Prabowo-Sandi membantah
Sementara itu, Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Suhud Aliyudin membantah pihaknya membuat spanduk bertuliskan #JKWBersamaPKI.
"Kami pastikan spanduk provokatif seperti itu tidak dibuat oleh BPN Prabowo-Sandi. BPN memiliki standar dalam pembuatan spanduk kampanye. Di antara isinya tidak boleh menyinggung pihak lain," kata Suhud melalui pesan singkat, Rabu (5/12/2018).
Ia mengharapkan KPU, Bawaslu dan kepolisian, mengambil tindakan jika ditemukan spanduk bernada provokatif yang berpotensi memicu kegaduhan di masyarakat.
Ia berharap, semua pihak bisa menahan diri danmencari kejelasan jika menemukan spanduk bernada provokatif seperti itu.

Saat ditanya apakah ada kekhawatiran kemunculan spanduk tersebut memunculkan persepsi negatif dari publik terhadap kubu Prabowo-Sandiaga, ia mengaku tak khawatir.
"Tidak (khawatir). Karena masyarakat kita sudah cerdas. Mereka sudah bisa menilai mana informasi yang benar dan yang palsu," lanjut dia.
Sebelumnya, Komisioner Bawaslu DKI Jakarta Puadi menyebut belum menerima laporan masyarakat terkait pemasangan spanduk itu.
Meski demikian, ia mengatakan, masyarakat telah mencopot spanduk itu karena isinya dinilai bisa menimbulkan keributan.
"Belum (ada laporan). Tapi sudah diturunkan dari jam 09.40 WIB," kata Puadi, Selasa (4/12/2018).
Polisi tangkap penyebar Hoaks Jokowi PKI
Jundi (27) selaku pria terduga penyebar hoaks Jokowi PKI ditangkap Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Bareskrim.
Tak lama ini, Jundi ditangkap lantaran mengunggah konten berupa editan foto Jokowi dengan pose hormat.
Lalu ada lambang palu arit dengan tulisan "Jokowi adalah seorang komunis."
Jundi adalah admin dan pemilik akun Instagram @sr23_official.
Ternyata, Jundi memiliki delapan akun Instagram yang digunakan untuk menyebar hoaks.
SURYA.co.id (surabaya.tribunnews.com) melansir dari Tribunnews, Sabtu (22/11/2018) terdapat 9 fakta terkait Jundi selaku penyebar foto hoaks.
1. Admin dan pemilik akun Instagram @sr23_official
Jundi merupakan admin penyebar akun hoaks dengan ujaran kebencian di Instagram.
Ia beroperasi dengan nama akun samaran SR23 dan mengendalikan beberapa akun Instagram "Suara Rakyat 23.''
Pengikut pada akunnya mencapai 100 ribu orang, namun menurun menjadi 6.900.
Pengikutnya menurun karena ada akunnya yang sudah ditangguhkan oleh Instagram karena menyalahi standar penggunaan media sosial tersebut.
2. Berasal dari Aceh dan bekerja sebagai pedagang online
Jundi berasal dari Aceh dan dia berprofesi sebagai pedagang online.
Pada akun Instagramnya, dia membagikan konten yang mengandung pornografi, berita bohong, ujaran kebencian berbasis SARA.
3. Menyinggung Presiden Jokowi
Jundi mengunggah salah satu foto menyinggung soal keterkaitan Presiden Jokowi dengan Partai Komunis Indonesia ( PKI).
Editan foto berupa Jokowi dengan pose hormat, serta ada tulisan "'JOKOWI ADALAH SEORANG KOMUNIS'', dengan lambang palu arit.
4. Berkomunikasi dengan akun penyebar kebencian
Jundi mengakui sering berkomunikasi dengan akun penyebar ujaran kebencian dan hoaks.
Namun hanya sebatas direct message (DM) melalai Instagram.
"Komunikasi (dengan akun penyebar hoaks dan ujaran kebencian lainnya) sebatas via DM saja. Tapi saya enggak pernah kenal, DM saja. Paling membicarakan tentang postingan saya saja, paling di-comment 'ini bagus'," paparnya.
5. Pertama hanya menyerang Ahok
Jundi diketahui telah menyebarkan ujaran- ujaran kebencian sejak 2016.
Tujuan awalnya hanya untuk menyerang mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok.
"Awalnya dari kasus Ahok karena menista agama, jadi timbul niat untuk melawan Ahok," kata JD kepada wartawan, di Kantor di Bareskrim Polri, Cideng, Jakarta Pusat.
6. Menyerang Jokowi karena tidak suka dengan kebijakannya
Jundi mengaku tidak menyukai kebijakan Presiden Jokowi yanng diam-diam melakukan kenaikan harga.
"Kenapa Pak Jokowi? Karena saya kurang suka dengan kebijakannya menaikkan harga tanpa pemberitahuan, seperti BBM dan tarif listrik," ucap JD.
7. Belajar mengedit foto secara otodidak
Jundi telah mengunggah sebanyak 1.186 kali, di mana 843 unggahan berupa gambar ia edit sendiri.
Kemampuannya itu diperoleh dari hasil belajar secara otodidak.
8. Motif Ekonomi
Jundi mengakui bahwa ada motif ekonomi di balik perbuatannya, dan dia juga melakukan pekerjaan itu seorang diri.
9. Jundi telah menyesal
Jundi mengatakan bahwa dia menyesal atas aksi yang dilakukannya.
Selama ini dia merasa aman, karena jarang membaca berita soal penangkapan pelaku penyebar hoaks.
Oleh sebab itu, ia pun menyampaikan permintaan maafnya kepada keluarganya, rakyat Indonesia, Polri, dan teman-temannya.
"Saya imbau kepada seluruh teman-teman di media sosial, yang masih memilki akun IG, Facebook, Twitter atau yang lainya, yang digunakan untuk sebar provokasi, kebencian, hoaks, dan gibah, agar berhenti lakukan hal tersebut," ujar Jundi.
Tersangka yang sudah ditahan sejak 15 Oktober 2018 itu tak mengira akan ditangkap polisi.
Tersangka dijerat pasal 45A ayat (2) jo pasal 28 ayat (2) dan/atau pasal 45 ayat (1) jo pasal 27 ayat (1) UU No 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU No 11 Tahun 2008 tentang ITE, dan/atau pasal 16 jo Pasal 4 huruf b angka 1 UU No 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, dan/atau Pasal 4 ayat (1) jo Pasal 29 UU No 44 Tahun 2008 tentang Pornografi dan/atau Pasal 157 ayat (1) KUHP.
Tersangka terancam pidana 6 tahun penjara dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar.
Jokowi Mau Tabok Pemfitnahnya, Ini Penjelasan Sejarawan Soal Pria Mirip Jokowi di Kampanye PKI

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan kemarahannya gara-gara ia masih difitnah sebagai anggota Partai Komunis Indonesia (PKI).
Dalam artikel yang dilansir Surya.co.id (surabaya.tribunnews.com) dari Kompas.com berjudul : Jokowi Ingin Tabok Pihak yang Menudingnya PKI, tergambar kejengkelan Jokowi atas kabar hoaks tersebut, sehingga Jokowi ingin tabok pemfitnah itu.
Dalam artikel Kompas.com lainnya yang dilansir Surya.co.id berjudul: Penjelasan soal Foto Kampanye PKI DN Aidit yang Terdapat Pria Mirip Jokowi, jelaslah bahwa pria mirip Jokowi di kampanye Ketua PKI DN Aidit bukanlah Presiden Jokowi.
Seperti diketahui, sebuah foto hitam-putih yang menggambarkan sosok pemimpin Partai Komunis Indonesia ( PKI), Dipa Nusantara (DN) Aidit, sedang berpidato saat ini tersebar di masyarakat.
Foto itu tersebar bukan karena bangkitnya gerakan PKI di Tanah Air, tetapi karena seseorang yang berdiri di depan mimbar Aidit.
Orang itu disebut sebagai Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Sontak foto itu mengembuskan kembali isu lama yang menyebutkan Jokowi sebagai bagian dari PKI.
Berdasarkan penelusuran Kompas.com dari Google Arts & Culture, foto tersebut diambil oleh seorang fotografer jurnalistik asal Amerika, Howard Sochurek, pada September 1955.
Saat itu DN Aidit berpidato di hadapan sejumlah kader PKI.
Howard Sochurek ketika itu bertugas untuk majalah Life dan mengabadikan pelaksanaan Pemilu 1955 yang berlangsung di Indonesia.
Sejarawan Asvi Warman Adam memastikan, pria yang berdiri di depan mimbar Aidit dipastikan bukan Joko Widodo (Jokowi).
"Jokowi lahir 1961, Aidit ditembak 1965 atau sebelumnya. Jadi tidak mungkin Jokowi,” ujar Asvi saat dihubungi Jumat (23/11/2018) siang, seperti dilansir Surya.co.id (surabaya.tribunnews.com) dari Kompas.com.
Dari literatur sejarah, diketahui Aidit ditembak mati pada 22 November 1965 di Boyolali, Jawa Tengah, saat tertangkap oleh sebuah operasi militer.
Dalam sebuah kesempatan di Masjid Baitussalam, Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (21/11/2018), Jokowi membantah foto tersebut di hadapan para ulama.
"PKI dibubarkan tahun 1965/1966, saya lahirnya tahun 1961. Umur saya berarti saat itu masih 4 tahun. Apa ada aktivis balita?" ujar Jokowi.
Sebelumnya, Jokowi juga mengeluarkan bantahan terhadap foto yang diisukan sebagai dirinya itu.
"Siapa yang membuat gambar nakal seperti ini? Tapi kok saya lihat-lihat mirip saya, ternyata benar saya. Tapi tahun segitu saya belum lahir. Ya kok bisa-bisanya masih percaya gitu lho?" kata Jokowi.
Presiden Jokowi kemudian mengungkapkan kegeramannya tentang masih ada pihak yang menyebarkan isu bahwa dirinya adalah anggota Partai Komunis Indonesia ( PKI).
Hal itu diungkapkan Presiden Jokowi saat pidato dalam acara pembagian sertifikat lahan kepada 1.300 warga di Kabupaten Lampung Tengah, Lampung, yang dihelat di Tenis Indoor Pemerintah Kabupaten Lampung Tengah, Jumat (23/11/2018).
"Presiden Jokowi itu dibilang, anggota PKI. Kalau enggak percaya lihat media sosial," ujar Jokowi.

Menurut Jokowi, isu itu tidak masuk logika.
Sebab PKI dinyatakan sebagai organisasi terlarang pada tahun 1965/1966.
Sementara, Jokowi lahir tahun 1961. Artinya, saat PKI dibubarkan, Jokowi baru berusia 4 tahun.
"Mana ada anggota PKI balita," kata Jokowi yang disambut tawa peserta acara.
Tak hanya sebatas isu, tersebar pula foto Ketua Umum PKI DN Aidit yang sedang berpidato dan di depan podium dan ada sosok yang disebut sebagai Jokowi.
Jokowi mengatakan, foto itu adalah dokumen dari sejarah yang diambil tahun 1955 di mana ia belum lahir.
"Saya belum lahir tapi sudah ada di situ. Gimana kita ini enggak... Mau saya tabok tapi orangnya di mana," ujar Jokowi yang kembali disambut riuh peserta acara.
Selama empat tahun, Jokowi mengaku tidak menggubris itu.
Namun, faktanya, masih ada enam persen masyarakat Indonesia yang percaya isu itu.
Oleh sebab itu, Jokowi menganggap kini adalah waktu yang tepat untuk menjawab isu-isu tersebut.
"Banyak yang terkejut juga waktu saya jawab itu. Mereka bilang, iya juga ya Pak. Saya bilang, ya iyalah," ujar Jokowi. (*)
• Ustadz Abdul Somad Tanggapi Kontroversi Bahar bin Smith: Kalau Tidak Senang ya Tangkap
• Pernah Beri Jennifer Dunn Mobil Mewah, Wawan Terekam CCTV Ngamar dengan Artis Lain
• Pria Tuban Tawarkan 15 Perempuan pada Pengunjung Cafe Surabaya, Sekali Kencan Tarifnya Rp 3 Juta
• Hasil Survei: Penyebab Suara Jokowi Turun 4,5 Persen, Prabowo Naik 2,6 Persen