Pilpres 2019

Hasil Survei: Penyebab Suara Jokowi Turun 4,5 Persen, Prabowo Naik 2,6 Persen

Hasil Survei LSI Denny JA mengungkap penyebab suara Jokowi turun 4,5 persen dan suara Prabowo Subianto naik 2,6 persen.

Editor: Tri Mulyono
Warta Kota/Henry Lopulalan
Pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden Jokowi dan Ma'ruf Amin serta Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno ketika pencabutan nomor urut Capres dan Cawapres Pemilu 2019 di Kantor KPU, Jalan Imam Bonjol, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/9). Hasil survei suara Jokowi turun, suara Prabowo naik, namun Jokowi masih unggul. 

SURYA.CO.ID, JAKARTA - Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei elektabilitas capres/cawapres pasca-dua bulan masa kampanye Pilpres 2019, di kantornya, Jakarta Timur, Kamis (6/12/2018).

Hasilnya, elektabilitas capres/cawapres nomor urut 1, Joko Widodo-Ma'ruf Amin, masih unggul 22 persen di atas capres/cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.

Namun, angka elektabilitas kedua pasang capres/cawapres itu relatif tak bergerak signifikan alias stagnan jika dibandingkan elektabilitas mereka sebelum masa kampanye dua bulan lalu.

Hasil survei terbaru dari LSI Denny JA menunjukan elektabilitas Jokowi-Ma'ruf pada November 2018 sebesar 53,2 persen atau unggul 22 persen dari pasangan Prabowo-Sandiaga di angka 31,2 persen.

Sementara itu, ada 15,6 persen responden tidak menjawab.

Meskipun masih unggul 22 persen, suara Jokowi-Ma’ruf Amin mengalami penurunan dari bulan sebelumnya yaitu 4,5 persen sementara suara Prabowo-Sandiaga mengalami kenaikan 2,6 persen.

Habib Bahar si Penyebut Jokowi Banci Jadi Tersangka, Ini yang Dilakukan Kuasa Hukumnya

Pernah Beri Jennifer Dunn Mobil Mewah, Wawan Terekam CCTV Ngamar dengan Artis Lain

Sementara itu, suara yang tidak menjawab juga mengalami peningkatan 1,9 persen.

Peneliti senior LSI Denny JA, Rully Akbar mengatakan, dengan selisih suara masih 22 persen, bisa dikatakan tidak ada perubahan signifikan dari elektabilitas kedua paslon jika dibandingkan hasil survei dua bulan lalu.

Hal itu terjadi karena kedua kubu terlalu sibuk memainkan perang isu.

Sementara, kampanye tentang program visi dan misi masih diabaikan.

“Pembicaraan di media sosial dan media konvensional ternyata dikuasai oleh perang isu yang sensasional saja, namun terbukti tak merubah secara signifikan elektabilitas kedua kubu,” ujar Rully.

Menurutnya, suara militan di masing-masing kubu yang mencapai 20 sampai 30 persen membuat elektabilitas keduanya tak bisa digoyang dengan isu yang remeh-temeh.

Oleh karena itu, ia menyarankan agar kedua belah paslon untuk menyampaikan visi dan misi melalui program-program konkret untuk merebut suara paslon lawan maupun swing-voters.

“Kalau sudah masuk ranah program, maka masyarakat bisa melihat diferensiasi antara kedua paslon. Jokowi diuntungkan karena sedang menjabat sebagai presiden sehingga bisa menunjukkan prestasinya,” ujar Rully.

“Kemudian Prabowo bisa mencari alternatif lain dari kebijakan-kebijakan yang sudah ditelurkan Jokowi dan yang lebih menarik serta dirasa masyarakat tepat untuk memecahkan suatu persoalan,” imbuhnya.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved