Berita Madura
Nasib Guru yang Mengajar di Pulau Kambing. Berangkat Subuh Bawa Pelampung dan Baju Ganti
Tidak mudah menjadi guru seperti Zamroni yang bertugas di Pulau Kambing. Berangkat subuh, dia harus bawa pelampung agar selamat di perjalanan
Penulis: Ahmad Faisol | Editor: Parmin
"Semua guru tidak pernah pakai seragam dinas karena pasti basah ketika cuaca buruk. Tas hanya berisi pelampung, ransel, dan nasi bungkus," jelasnya.
Kendati demikian, Roni mengaku tidak merasa terbebani selama mengajar jauh dari rumah. Bahkan meski dirinya harus mengeluarkan biaya transportasi sebesar Rp 550 ribu per bulan.
Uag tersebut ia keluarkan untuk keperluan carter perahu senilai Rp 350 ribu per bulan, bea penitipan sepeda motor Rp 100 ribu per bulan di Junok (Burneh-Bangkalan), dan ongkos angkutan plus nasi bungkus sebesar Rp 50 ribu per hari dari Bangkalan ke Sampang.
"Carter perahu Rp 1,3 juta per bulan. Namun dibayar patungan bersama para guru lainnya. Kalau sistem ngecer, Rp 20 ribu pulang-pergi," paparnya.
Ketika disinggung kenapa mampu bertahan hingga delapan tahun? Suami dari seorang penjahit rumah tangga, Ny Holiseh (27) itu mengaku karena faktor ikhlas dalam mengemban tugas.
Ia mengaku tidak tahu tentang mekanisme sertifikasi. Apalagi saat ini harus melalui Uji Kompetensi Guru untuk mendapatkan sertifikasi.
Sehingga, Roni yang juga mengajar bidang studi Bahasa Daerah untuk kelas I dan III masih belum terkatrol sertifikasi.
PNS Golongan IIIB sepertinya, mendapatkan gaji sebesar Rp 3,2 juta. Ia baru tiba di rumah paling cepat pukul 5 sore. Karena itu, ia tengah berupaya mencari jalan untuk bertugas di Bangkalan.
"Saya berkeyakinan, pengabdian dengan memberikan kinerja terbaik dalam membimbing siswa akan dicatat Allah. Meski harus berkorban waktu untuk anak dan istri," pungkasnya.
Sementara itu, berdasarkan Rekap Kekuatan Pegawai di Lingkup SMP yang dihimpun dari Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Aparatur (BKPSDA) Kabupaten Bangkalan menyebutkan, jumlah guru berstatus PNS sebanyak 827 orang, THL 128 orang, dan guru sukwan 350 orang yang tersebar di 18 kecamatan.
"Pendistribusian ke 594 rombel (rombongan belajar) di SMPN tidak ada masalah," ungkapnya.
Menurutnya, saat ini para guru harus bisa memenuhi syarat mengajar selama 24 jam selama seminggu. Sehingga tidak pernah terjadi penumpukan guru di kota.
"Para guru harus mencari sendiri 'jam terbangnya'. Kalau jam mengajarnya kurang, tidak bisa mendapatkan sertifikasi," pungkasnya.