Liputan Khusus
Material Bom Menempel di Pipi Ari, Ia Menyimpannya, Meski Awalnya Sempat Emosi dengan Pelaku
Material bom menempel di tubuh Ari. Ia memilih menyimpannya, meski awalnya sempat emosi dengan pelaku bom bunuh diri di gereja Surabaya.
SURYA.co.id | SURABAYA - Sekuat Ari Setiawan mencoba melupakan, serpihan kenangan tentang teror bom gereja, Minggu (13/5/2018) tersebut masih saja membekas.
Satpam Gereja Santa Maria Tak Bercela, Ngagel Madya ini lalu bercerita.
“Setelah bom meledak, saya masih kuat. Setelah menolong beberapa jemaat, saya ingin menolong seorang lagi. Tapi satpam lain menarik saya. Dia bilang, saya harus ke rumah sakit karena sudah luka-luka penuh darah,” tutur Ari saat ditemui di ruang perawatan Dr Ramelan Surabaya, Rabu (23/5/2018).
Saat bom meledak, ia sedang berada di seberang jalan.
Ari mengatur lalu lintas dan jemaat yang ingin mencari lokasi parkir kendaraannya.
Awalnya, Ari sempat diduga mengalami peretakan rahang bawah. Syukur, dugaan itu salah.
Menjadi korban bom tak membuat Ari memendam dendam.
Di hari-hari pertama ia dirawat, sempat terbesit amarah.
“Karena saya juga orang muslim. Maksud mereka (teroris) itu apa. Yang dia perangi itu juga bangsa sendiri. Toh, semua agama sama : saling mencintai dan menyayangi,” ungkap pria yang sudah tiga tahun menjadi petugas keamanan di gereja tersebut.
Emosi itu tak lama berkecamuk.
Semangat dari para jemaat dan kerabatnya yang mengunjunginya membuat ia sadar, kemarahan tak bisa dibalas dengan kemarahan.
Ia pun memilih untuk memaafkan para peneror.
“Semua yang datang ke sini menguatkan saya. Sekarang saya sudah tak mau mengingat-ingat lagi,” tutur Ari.

Meski begitu, Ari tetap terpikir untuk mengabadikan kenangan atas teror itu.
Beberapa hari sebelumnya, ia merasa ada yang mengganjal di pipi kirinya. Awalnya ia mengira itu bisul.