Hari Kartini 21 April 2018 - Kisah Pilu yang Jarang Diketahui Saat RA Kartini Perjuangkan Hak Wanita
Pada surat-surat RA Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama perempuan pribumi.
Sebelas tahun kemudian atau pada tahun 1922, terjemahannya dalam bahasa Melayu, yang berjudul "Habis Gelap Terbitlah Terang" diterbitkan Balai Pustaka.
Perasaan Kartini tentang cinta juga terungkap dalam surat-suratnya kepada sahabatnya tersebut.
Dilansir Tribunjogja (grup Surya.co.id) , buku "Door Duisternis tot Licht" yang kemudian diterjemahkan Agnes Louise Symmers menjadi "Letters of a Javanese Princess", mengungkap beberapa pandangan Kartini tentang cinta, termasuk perasaannya terhadap pria yang ada di sekelilingnya.
Apakah pandangannya tetang cinta tersebut menyangkut kenyataan bahwa dia dipaksa menjadi istri keempat Bupati Rembang, KRM Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat?
Hanya Kartini dan Tuhan yang tahu.

Berikut ini kutipan pandangan Kartini tentang cinta yang termuat dalam "Letters of a Javanese Princess" yang telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris.
Berikut ungkapan cinta dari Kartini:
Love! what do we know here of love? How can we love a man whom we have never known? And how could he love us? That in itself would not be possible.
Young girls and men must be kept rigidly apart, and are never allowed to meet.
Cinta! Apa yang kita ketahui tentang cinta? Bagaimana kita dapat mencintai seorang pria yang tak pernah kita kenal sebelumnya?
Bagaimana pria itu dapat mencintai kita? Tentu saja mustahil. Perempuan dan laki-laki muda dipisahkan, dan tak pernah diijinkan untuk berjumpa.
(Jepara - 25 Mei 1899)
How can a man and woman love each other when they see each other for the first time in their lives after they are already fast bound in the chains of wedlock?
Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu dengan yang lain ketika mereka baru berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini setelah mereka terikat dalam pernikahan?
(Jepara - 6 November 1899)