Hari Kartini 21 April 2018 - Kisah Pilu yang Jarang Diketahui Saat RA Kartini Perjuangkan Hak Wanita
Pada surat-surat RA Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama perempuan pribumi.
I shall never, never fall in love. To love, there must first be respect, according to my thinking; and I can have no respect for the Javanese young man.
How can I respect one who is married and a father, and who, when he has had enough of the mother of his children, brings another woman into his house?
Saya tak akan pernah, tak akan pernah jatuh cinta.
Mencintai, pertama-tama membutuhkan rasa hormat, menurut hemat saya; dan saya tidak dapat menghormati pemuda Jawa muda.
Bagaimana saya bisa menghormati seseorang yang telah menikah dan menjadi seorang ayah, dan yang telah memiliki istri yang melahirkan anak-anaknya, membawa perempuan lain ke dalam rumahnya?
(Jepara - 6 November 1899)
I think there is nothing finer than to be able to call a happy smile to a loved mouth—to see the sunshine break over another's face
Tiada hal yang lebih indah selain dapat menerbitkan senyum di wajah mereka yang kita cinta.
(November 1899)
Too often we are made to feel that we Javanese are not really human beings at all. How do the Netherlanders expect to be loved by us when they treat us so? Love begets love, but scorn never yet aroused affection.
Terlalu sering kami merasakan bahwa kami, orang Jawa, bukanlah manusia sama sekali.
Bagaimana mungkin orang-orang Belanda berharap untuk dicintai orang-orang Jawa, ketika mereka memperlakukan kami seperti ini?
CInta melahirkan cinta, tetapi hinaan tak akan pernah menimbulkan kasih sayang.
(23 Agustust 1900)
We wished to be loved - not feared.
Kita berharap untuk dicintai - bukan ditakuti.
(17 Agustus 1902)
Love is the bond which binds us together.
Cinta adalah ikatan yang menyatukan kita.
(17 Agustus 1902)
(BANJARMASINPOST.CO.ID/restudia)