opini
Memahami Anton Lucas, Diplomasi Pendopo dan Gamelan Sekar Laras
ibarat kekasih yang sedang menjalin kasih, putus sambung mewarnai hubungan Indonesia-Australia, untuk itu pandangan Anton Lucas layak disimak ...
Karena berasal dari Asia Pasifik, Lucas dibebaskan dari belajar bahasa daerah, hanya harus lulus tes bahasa Inggris. Seperti kebanyakan orang Australia masa itu, ia melihat negaranya lebih sebagai pos terdepan Eropa daripada negara Asia-Pasifik.
Dia meninggalkan jurusan ekonomi pertanian dan banting stir mengambil studi bahasa Indonesia, yang didahului oleh serangkaian peristiwa kebetulan yang mengherankan. Salah satunya saat ia menemukan kamera yang hilang di rumah seorang peneliti, Herb Feith, yang kemudian membimbingnya dan mengarahkan Lucas menekuni sejarah tentang Indonesia.
Pengaruh Tony Reid dari ANU membuat Lucas meneliti revolusi sosial Pekalongan, sebuah perjuangan dan gerakan, yang dicatatnya sebagai tidak pernah digambarkan dengan jelas dan koheren. Umumnya, orang melihat peristiwa tersebut sebagai kebangkitan komunis dan otomatis melabelinya sebagai pemberontakan.
Kisah dari para korban yang selamat dari peristiwa itu membuka mata Lucas ke masa lalu Indonesia yang kompleks sekaligus memperluas empatinya. Pasak persegi (yang dia analogikan sebagai dirinya sendiri) seakan menemukan lubang yang tepat. Atau, Lucas menyebutnya, “Indonesia dan saya cocok seperti sepasang sarung tangan.”
Namun, banyak peristiwa yang tak menyenangkan ia temukan. Salah satunya di sebuah penjara di Yogyakarta dia melihat banyak hidup aktivis politik hancur oleh sistem yang kejam selama era paranoia anti-komunis.
"Dengan seorang pendeta mahasiswa Belanda, saya mencoba membantu seorang anak untuk berdamai dengan ayahnya yang telah lama dipenjara militer," kisah Lucas. “Kami gagal saat itu. Dan hal ini sangat mempengaruhi saya,” imbuhnya, prihatin.
Di Flinders, sebagai seorang associate professor, Lucas juga dikenal sebagai konsultan. Dia membuat serial dokumenter Riding the Tiger, film produksi ABC yang rilis tahun 1992. Film yang disutradarai Curtis Levy ini mengisahkan tentang wajah manusia era pemerintahan otoriter di Indonesia.
Tak hanya itu, Lucas juga melakukan penelitian yang didanai Australia di berbagai bidang, termasuk reformasi agraria, lingkungan dan modal sosial, serta pemerintahan daerah.
Dia mengajar budaya dan masyarakat Indonesia, agama dan perubahan sosial, serta identitas musik. Selain mendanai pribadi Majalah Inside Indonesia, Lucas juga menjabat sebagai bendahara. Di era Presiden Suharto, dia menambahkan biara Katolik di Jawa Tengah ke daftar langganan Inside Indonesia yang sepertinya ide bagus. Namun tidak demikian pada akhirnya para biarawati kemudian dituduh sebagai penyebar paham Marxisme.
Meski banyak menemukan masalah, hubungan Australia dan Indonesia meningkat seiring berjalannya waktu. Tahun 1992, Perdana Menteri Australia, Paul Keating, yang dekat dengan Suharto, menyatakan Australia sebagai bagian dari Asia. Jumlah pendaftaran mahasiswa di Flinders pun naik signifikan sehingga membutuhkan empat posisi akademis dengan bekerja waktu penuh (pekerjaan-pekerjaan yang ada sekarang dibagi dan terbatas pada dua posisi paruh waktu).
Solusi dari Pendopo
Lima tahun setelah gong gamelan Sekar Laras di pendopo pertama kali ditabuh dan gemanya menggerakkan daun-daun kayu putih di sekitarnya, Lucas dan rekan-rekannya mengadakan konferensi satu hari mengenai hubungan Australia-Indonesia.
Buku yang diedit berikutnya adalah Setengah Abad Interaksi Indonesia-Australia diterbitkan tahun 1996. Orang-orang Australia sangat tertarik pada orang-orang Indonesia nyaris di segala bidang. Antara keduanya saling mempunyai rasa. Selama tahun 1980an dan awal 1990an orang-orang dari masing-masing negara bagian di Australia semakin dekat, dan lebih bijak satu sama lain. Lucas mengingat tahun sembilan puluhan ini sebagai era keemasan hubungan Indonesia-Australia.
Lalu kilau itu meredup. Peristiwa-peristiwa dramatis termasuk krisis keuangan (krismon) Asia tahun 1997, kekacauan setelah jatuhnya Suharto tahun 1998, dan ketegangan tinggi selama referendum kemerdekaan Timor Leste tahun 1999.
Disusul bom Bali tahun 2002 yang menewaskan 202 orang, termasuk 88 warga Australia, pemerintah memberikan peringatan keras untuk bepergian. Kunjungan-kunjungan pendidikan pun sontak terhenti. Orang-orang tua tidak ingin anak-anak mereka belajar bahasa Indonesia. Administrasi universitas menemukan bahwa komputer dan komunikasi lebih menguntungkan daripada studi bidang Asia.