Citizen Reporter
Mendaki ke Puncak Budug Asu, Duh Ternyata …
entah kenapa dinamakan Budug Asu.. rute offroad ini sumpah memang luar biasa indahnya, kendati mendaki ke puncaknya sungguh tak mudah..
Keesokan harinya, saya membuka mata ketika sinar matahari mulai menembus tenda dan suara para pelancong yang hendak ke Budug Asu mulai ramai terdengar. Saya bangun karena lapar. Zen bertugas mencari air, Maula memasak, dan saya lagi-lagi hanya diam. Mereka memasak nasi, ayam, lele goreng, mi goreng, dan air lemon. Sarapan di lereng bukit dengan pemandangan fajar mulai menyingsing, sungguh luar biasa indah.
Kami turun sekitar pukul 13.10 WIB melewati rute yang sama. Ransel saya tetap pada pundak Maula. Zen membuatkan saya tongkat kayu untuk memudahkan langkah saya. Kami berjalan hingga melewati base camp sekelompok anjing yang semalam kami lewati.
Alhamdulillah, kali ini kami tak bertemu mereka. Hingga pada pertengahan ladang tebu yang begitu luas, hujan deras mulai turun. Kami memakai mantel dan terus berjalan di tengah kepungan hujan.
Saat kami sampai di rumah warga tempat kami menitipkan motor, jam dinding di rumah itu menunjukkan pukul 16.10 WIB. Setelah pamit, kami langsung pulang ke Biru. Hal pertama yang saya lakukan setelah sampai rumah adalah mandi dan tidur pulas.
Dari perjalanan ke Budug Asu itu, saya masih belum tahu puncaknya. Saya belum menginjakkan kaki di Budug Asu. Dan saya, menyesal. Namun ada beberapa hal yang menjadi pelajaran penting.
Satu, jangan pernah menyerah untuk meraih sesuatu meski jalan yang dilalui tak mudah. Bahkan jika harus berhenti, berhentilah sejenak tapi teruskan langkahmu.
Dua, saya merasa bersyukur sekali memiliki sahabat seperti Maula dan Zen yang rela memperlambat langkah, kedinginan, dan rela saya srimpeti meski rasa lelah mereka dua kali dari rasa lelah saya.
Ketiga, bukan tentang tempat yang kita tuju tapi bersama siapa kita menujunya. Bukan hanya seberapa jauh kita melangkah, tapi bersama siapa kita berjalan. Tentang ia yang menggenggam tanpa pernah melepaskan.
Hal terakhir yang ingin saya sampaikan kepada teman-teman yang suka jelajah alam adalah, bawa kembali sampah yang kalian bawa. Alam bukanlah tempat sampah. Ia harus kita jaga seperti kita menjaga kebersihan rumah kita.
