Berita Mojokerto

Harga Cabai Masih Tinggi, Bulog Gelontor Operasi Pasar di Wilayah Mojokerto

Diah Utami (52) warga Desa/Kecamatan Sooko mengaku jengkel dengan harga cabai yang terus melonjak beberapa hari ini.

Penulis: Sudharma Adi | Editor: Titis Jati Permata
surya/sudharma adi
Bulog sub divre II Surabaya Selatan menggelontor cabai dengan menjualnya di depan kantor bulog, Selasa (10/1/2016). 

SURYA.co.id | MOJOKERTO - Melejitnya harga cabai di hampir semua daerah, termasuk Mojokerto, membuat Bulog menggerusnya dengan operasi pasar.

Operasi yang disebut Stabilitasi Harga Pangan (SHP) itu menggelontor sekira 20 kg cabai dengan harga Rp 35 ribu per kg.

Wakil Kepala Bulog Sub Divre II Surabaya Selatan, Anita Andreani menjelaskan, sebenarnya bulog sudah menggelontor operasi pasar sejak beberapa hari lalu.

Namun karena sejak beberapa hari ini harga cabai sudah melebihi Rp 100 ribu per kg, maka operasi pasar harus dilakukan.

"Operasi pasar memang dilakukan hingga harga cabai menurun," ujarnya, Selasa (10/1/2017).

Dalam operasi pasar yang digelar di depan kantor bulog Jl RA Basuni Kabupaten Mojokerto ini, pihaknya mengambil cabai hijau dari petani yang ada di sekitar Kecamatan Jetis.

Operasi pasar ini hanya mengambil 20 kg per hari agar stok segera habis dan cabai tak ada yang busuk.

"Memang sengaja tak menggelontor dengan stok terlalu banyak agar tak mubazir kalau tak habis hari ini," paparnya.

Selain cabai, bulog juga menjual beberapa bahan pokok seperti b yang dijual dengan harga Rp 8000 per 5 kg, lalu gula Rp 12.300 per kg, tepung terigu Rp 7000 per kg dan minyak goreng Rp 26 ribu per kg.

Seorang pembeli di bulog, Diah Utami (52) warga Desa/Kecamatan Sooko mengaku jengkel dengan harga cabai yang terus melonjak beberapa hari ini.

Untuk harga cabai rawit di pasaran, saat ini mencapai Rp 85-100 ribu per kg dan cabai lalapan Rp 50 ribu per kg.

"Ini terlalu mahal, apalagi orang kan banyak makan cabai. Sebelum naik harganya hanya Rp 35-40 ribu per kilogram," paparnya.

Akibat kenaikan itu, dia mengaku harus rela mengurangi konsumsi cabai di keluarganya. Dari rata-rata per hari 1 ons menjadi 0,5 ons.

"Harapan saya harus harga paling rendah, karena ekonomi sulit begini. Dulu sebelum naik Rp 35-40 ribu," ujarnya.

Makanya, ketika bulog menggelontor dengan harga yang separuh harga pasar, dia bisa membeli cabai hingga 1,5 kg.

"Harganya memang selisih Rp 15 ribu dengan harga pasar," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved