Berita Mojokerto

Berawal dari Memasak, Fatma Temukan Kreasi Lukisan pada Talenan

PEREMOPUAN 25 tahun ini mengakui, kesukaannya melukis pada talenan itu berawal dari keinginan untuk melukis di media berbeda.

Penulis: Sudharma Adi | Editor: Parmin
surya/sudarma adi
Diah Fatma saat menunjukkan kreasi lukisan pada talenan, Minggu (8/1/2017). 

SURYA.co.id | MOJOKERTO - Talenan tak hanya digunakan untuk papan memotong sayur dan daging saja.

Di tangan Diah Fatma, talenan bisa jadi media lukisan menarik untuk cenderamata dan hadiah ulang tahun.

Tak heran, dia lah satu-satunya pelukis di talenan di Mojokerto dan terjual di hampir seluruh Indonesia.

Di rumahnya di Jl Sersan Mustajab Kabupaten Mojokerto itu, beberapa lukisan pada talenan dipajang di meja ruang tamunya.

Lalu di bawah meja, ada beberapa talenan berbagai bentuk yang siap dilukis. Lukisan pada talenan itu rupanya sudah siap dikirim ke pemesan.

"Yang ada di sini adalah barang milik orang lain," ujarnya kepada Surya.co.id, Minggu (8/1/2017).

Perempuan berusia 25 tahun ini mengakui, kesukaannya melukis pada talenan itu berawal dari keinginan untuk melukis di media yang berbeda.

Sekira lima bulan lalu, dia berpikir keras untuk mewujudkan hal ini. Lalu, matanya tertumbuk pada ibunya yang saat itu sedang memotong sayur di atas talenan.

"Saat itu saya berpikir, bagaimana jika talenan itu saya lukis. Lagi pula, saya juga berpikir kado ultah apa yang unik untuk teman saya," ujar gadis yang lahir pada 16 Maret 1992 ini.

Melukis bukan hal baru baginya. Sebabnya, perempuan berjilbab ini adalah lulusan pendidikan seni rupa dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada 2010 lalu.

Setelah lulus, dia sempat menjadi guru seni rupa di sebuah SMP di Surabaya. Tak lama, dia mengikuti program sarjana mendidik di daerah tertinggal terluar, yakni di Kepulauan Talaud Sulut. Dia mengikuti program itu selama setahun, lalu balik ke Mojokerto.

"Saya lalu berencana ikut sekolah profesi guru di Jakarta pada enam bulan kemudian. Selama menganggur ini, saya fokus menggarap usaha unik ini," tutur gadis lajang ini.

Ketika menemukan ide lukisan pada talenan, dia mencoba berkreasi dengan beberapa jenis cat lukis. Dia lalu fokus melukis dengan aliran realisme dan kartun, yakni melukis objek wajah atau sosok manusia.

"Saya memakai cat air untuk melukis. Objeknya manusia. Karena awalnya untuk kado ultah, ya saya lukis wajah teman saya. Tak dinyana, kado itu direspon positif teman saya," paparnya sembari menegaskan bahwa kreasi ini baru dia yang menggarapnya di Mojokerto.

Selain itu, dia pun mencoba respon orang lain dengan mengunggah hasil kerajinannya di media sosial, seperti instagram.

Hasilnya, banyak orang yang memesan lukisan pada talenan itu. Mereka yang memesan itu ingin dilukis wajahnya pada talenan, baik secara realis maupun kartun.

Maka tak heran, selama lima bulan ini, dia sudah menghasilkan 200 an lukisan pada talenan. Semua lukisannya adalah gambar wajah orang, sesuai karakter wajah si pemesan.

"Yang saya lukis bisa satu wajah, bisa juga lebih dari satu, tergantung keinginan pemesan," katanya.

Dia mengaku bisa menyelesaikan lukisan pada satu talenan itu selama 1-2 hari. Sedangkan untuk harga, dia mematoknya dari jumlah wajah yang dilukis di talenan itu. Jika hanya satu wajah yang dilukis, maka dia menghargai sekira Rp 40-60 ribu. Jenis talenan yang dipakai melukis juga memengaruhi harganya.

"Ada 12 jenis talenan yang dipakai untuk melukis. Itu di antaranya talenan sayur dan talenan pizza," katanya.

Yang pasti, dengan lukisan pada talenan ini, banyak orang dari berbagai daerah yang memesannya. Pemesan itu mulai dari Sampit Kalbar, Gorontalo, Medan Sumut, hingga NTT. Tak sedikit pemesan dari Jakarta dan Tangerang yang tertarik dengan kreasi uniknya.

"Bahkan, saya pernah buka stan lukisan talenan ini di Unesa pada Oktober kemarin, dan hasilnya semua barang ludes dibeli. Makanya, kreasi ini terus saya kembangkan agar menghasilkan kerajinan unik," pungkasnya.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved