Berita Sidoarjo

Tan Mei Hwa : Saya Tidak Akan Muluk-muluk Menebar Janji

Dia satu dari 15 calon perempuan pada 269 pemilihan kepala daerah serentak 9 Desember mendatang.

Penulis: Miftah Faridl | Editor: Titis Jati Permata
surya/miftah faridl
Tan Mei Hwa 

SURYA.co.id | SIDOARJO – Nama Tan Mei Hwa muncul di hari-hari akhir menjelang pendaftaran calon Bupati dan Wakil Bupati Sidoarjo.

Sebelumnya, tak ada yang pernah menyinggung namanya bakal masuk bursa suksesi di Kota Delta.

Rekomendasi partai turun tak lama setelah namanya muncul ke permukaan.

Sosok kelahiran Tulungagung itu menerobos dominasi kandidat laki-laki. Tan menjadi satu-satunya calon perempuan.

Dia satu dari 15 calon perempuan pada 269 pemilihan kepala daerah serentak 9 Desember mendatang.

Berbekal sebagai pendakwah perempuan, Tan berusaha menembus kejamnya dunia politik.

Dia dipasangkan dengan Utsman Ikhsan, yang diusung Partai Gerindra dan PKS.

Tan bukan kader dua partai itu. Namun sepak terjangnya, dianggap kedua partai tersebut bisa mendulang suara.
Surya berkesempatan mewawancarai Tan di sela-sela kesibukannya berdakwah.

Beberapa hari lalu, Tan menyanggupi sesi wawancara saat hendak mengisi ceramah agama di sebuah pabrik pakan ternak di Sidoarjo. Berikut wawancaranya:

Bisa diceritakan bagaimana awal pencalonan Anda?
Saya awalnya tidak ada niat maju karena selama ini hidup saya untuk berdakwah. Kalau pun organisasi, saya hanya ngurusi Fatayat dan Muslimat NU saja. Pada Bulan Ramadan lalu, beberapa teman dari Fatayat dan Muslimat serta tokoh masyarakat datang meminang saya agar bersedia maju sebagai wakil bupati. Saya kaget. Mereka meyakinkan saya.

Apa yang membuat Anda menerima pinangan itu?
Saya teringat lima tahun lalu ditawari maju sebagai calon Wali Kota Surabaya. Tegas saya tolak. Saya ingin berakwah saja emoh politik-politikan. Tetapi, diskusi saat itu membuka mata saya bahwa poliik adalah bagian dari dakwah. Tujuannya kan ke umat. Saya tergerak. Tapi tidak langsung saya iyakan. Saya katakan, saya butuh waktu seminggu untuk sholat istighoro dulu.

Setelah itu?
Setelah sholat beberapa malam saya mendapatkan petunjuk. Memang tidak eksplisit. Tapi ada kedencerungan hati yang meyakinkan saya untuk menerima pinangan itu. Pesan juga muncul dari dukungan keluarga. Suami dan dua anak saya mendukung. Itu yang meyakinkan dan menguatkan saya untuk maju.

Lalu, apakah Anda tahu dipasangkan dengan Utsman Ikhsan? Anda mengenalnya?
Saat pembicaraan awal, teman-teman sudah ngomong tentang Pak Utsman. Tapi jujur saya awalnya tidak kenal beliau. Bagi saya itu bukan masalah. Karena setelahnya kami memiliki banyak waktu untuk berdiskusi. Dari sana saya tahu visi misi beliau. Kita pun bagi tugas.

Tugas apa itu?
Saya tegaskan ke beliau, saya ingin mendapatkan peran. Bukan hanya boneka. Bilan diberi kesempatan memimpin, saya diserahi tugas untuk mengurus perempuan, anak-anak, yatim piatu, dhuafa, kesehatan dan pendidikan. Saya merasa itulah bagian hidup saya selama ini.

Anda tahu latar belakang Utsman yang mantan narapidana kasus korupsi? Ada ganjalan karena kondisi itu?
Saya tahu. Bagi saya itu bukan ganjalan. Sisi positifnya adalah, beliau bisa mengambil hikmah dari pengalaman tersebut. Beliau ingin menebus kesalahan dengan mengabdikan diri kepada masyarakat. Toh yang di luar sana, juga belum tentu bersih. Semua orang pasti berbuat salah. Yang penting tanggung jawab.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved