Berita Magetan

Jelang Idul Fitri, Pesanan Kerajinan Anyaman Bambu Magetan Meningkat

"Yang naik hanya keranjang buah dan parcel, lain belum perlu. Itu untuk memberi tambahan gaji karyawan. Masalahnya kerajinan anyaman belum ada alat me

Penulis: Doni Prasetyo | Editor: Yoni
Surya/Doni Prasetyo
Pekerja rumah bambu, sebutan untuk rumah produksi kerajinan bambu milik Suparno, warga Desa Ringinagung, Kecamatan/Kabupaten Magetan mayoritas kaum muda usia SMA dan lulusan SMA. Untuk mengisi liburan sekolah, mereka berkarya di rumah bambu. 

SURYA.co.id |MAGETAN - Menjelang Idul Fitri atau hari besar merupakan masa panen perajin anyaman bambu di Kabupaten Magetan.

Saat seperti sekarang ini pesanan atau permintaan kerajinan anyaman bambu jenis tertentu bisa meningkat dua hingga tiga kali lipat dari hari biasa.

"Kalau hari biasa dalam tiga hari hanya mengirim satu pedagang sebanyak 300 buah, tapi sejak sebulan lalu permintaan bisa sudah mulai ada peningkatan dua hingga tiga kali, sekarang dua kali seminggu bisa mengirim antara 1200 buah - 1600 buah,"kata Suparno (66) perajin anyaman bambu warga Desa Ringinagung, Kecamatan/Kabuupaten Magetan, kepada Surya, Senin (6/7).

Dikatakan Suparno, perajin anyaman bambu di Kabupaten Magetan yang masih bertahan ini, menyebutkan akibat banyaknya pesanan harga per buah anyaman bambu jenis tertentu dinaikan sebesar Rp 1000.

Kenaikan ini akibat meningkatnya permintaan barang sehingga karyawan harus kerja lembur.

"Yang naik hanya keranjang buah dan parcel, lain belum perlu. Itu untuk memberi tambahan gaji karyawan. Masalahnya kerajinan anyaman belum ada alat mekanik (mesin) untuk membuatnya, semua masih hand made (buatan tangan),"kata pria yang pernah mendapat penghargaan Tokoh Penanggulangan Kemiskinan (Pro Poor Award) 2011 dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur Soekarwo ini.

Rumah bambu (sebutan untuk rumah produksi Suparno) sejak pemerintahan Orde Baru dibawa kepemimpinan Presiden Suharto sering dikunjungi dan diberikan bantuan modal kerja, meski tidak seberapa besar.

Namun itu dianggap motivasi untuk terus mengembangkan kerajinan khas Magetan ini.

"Sampai sekarang putra Pak SBY kalau reses DPR RI sering menengok kesini bersama teman temannya. Pak Jokowi saat masih kampanye juga pernah kesini, tapi setelah jadi presiden, belum,"kata Suparno polos.

Pesanan keranjang buah dan parcel datang dari Jakarta Kota, Begasi, Yogyakarta, Klaten, Surabaya dan Bali.

Kalau pesanan rutin maksimal 300 buah setiap tiga hari sekali, datang dari sekitar eks Karesidenan Madiun seperti Madiun, Ponorogo, Ngawi, Trenggalek, Tulungagung masih tetap, belum ada permintaan kenaikan.

"Pesanan wilayah Madiun itu rutin, yang musiman itu kota kota besar. Kadang kota besar juga tidak tentu, maksudnya tidak mesti hari besar pesanan naik. Kadang hari hari biasa, kota besar juga minta tambahan kiriman. Mungkin ada pesanan parcel yang jumlahnya tidak biasa,"kata Suparno, yang mengawali berdagang kerajinan anyaman bambu ini tahun 1985 dengan keliling dan di tempat wisata Sarangan.

"Awal berdagang yang kami bawa kerajinan anyaman tempat koran, kap lampu, capil (topi anyaman bambu) dan tutup saji. Saya kalau hari libur mangkal di Sarangan. Dari Sarangan itu saya dapat pesanan berbagai kerajinan anyaman sesuai keinginan pasar,"kata bapak empat anak, tiga diantaranya sudah PNS, dan satu ikutan berusaha kerajinan anyaman.

"Sebenarnya semua anak saya menggeluti usaha kerajinan anyaman ini. Tapi pekerjaan utamanya ada yang PNS. Alhamdulillah, semua hidup relatif kecukupan,"ujar Suparno.

Kerajinan anyaman bambu yang ditekuni Suparno ini pernah go international, ekspor ke sejumlah negara timur tengah seperti Oman dan Dubai.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved