Eksklusif Permukiman di Bibir Bencana
Retakan Tanah di Atas Bukit Bikin Warga Desa Kemiri Was-was
Pasca-musibah, Alfiyah dan keluarganya tak mau balik. Lahan bekas rumah itu dibiarkan kosong.
SURYA Online, JEMBER - Alfiyah mengamini penjelasan Rahmi. Tetangga Rahmi di Desa Kemiri, Kecamatan Panti, Kabupaten Jember ini mengaku masih kerap waswas kala ada hujan deras mengguyur kampungnya.
Saat 1 Januari kelabu terjadi, Alfiyah mengaku masih sedikit beruntung dibanding Rahmi.
Seluruh keluarganya selamat, meski rumah seisinya lenyap disapu derasnya air.
Rumah itu berdiri berjajar dengan rumah mertua, dan saudara iparnya. Lokasinya di pinggir sungai Kaliputih, yang melintasi kampungnya.
Nah, dari kali inilah banjir bandang itu kemudian menyapu bersih ketiga rumah itu.
“Hanya bangunan mushala itu yang utuh,” tutur Alfiyah sembari menunjuk musala tak jauh dari rumahnya sekarang.
Di belakang mushala itu dulu rumah keluarga Alfiyah berdiri berjajar.
Pasca-musibah, Alfiyah dan keluarganya tak mau balik. Lahan bekas rumah itu dibiarkan kosong.
Mereka memilih tinggal di rumah bantuan pemerintah korban bencana. Sebuah rumah yang hanya memiliki dua kamar tidur.
“Kami masih takut. kalau mau balik (di bekas rumah lama). Kabarnya di atas (perbukitan) masih ada retakan-retakan tanah,’ ujarnya.
Meski sudah pindah rumah yang lokasinya lebih aman, Alfiyah mengaku masih kerap waswas saat hujan datang. Ia khawatir banjir bandang tiba-tiba datang lagi.
“Makanya setiap ada hujan, kami sekarang selalu cari informasi (potensi bencana),” katanya.
Banjir bandang dan lumpur kiriman, paling besar potensinya berasal dari areal perkebunan dan hutan yang berada di bagian atas perbukitan.
“Untungnya sekarang ini perangkat desa dan warga rajin melihat dan menginformasukan kondisi di perkebunan dan hutan itu,” tegas Alfiyah. (uni)
Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok
LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline
FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA