Eksklusif Permukiman di Bibir Bencana

Warga Tak Pernah Dapat Pelatihan dan Simulasi Bencana

Retakan itu memanjang sejauh 10 meter dari bibir bukit yang pernah longsor di awal tahun lalu.

surya/eben haezer panca
Pemukiman warga yang terletak di kaki bukit seperti ini paling rawan longsor saat berlangsungnya musim hujan. 

SURYA Online, JOMBANG - Ancaman longsor terlihat sangat kasat mata. Menurut Kepala Dusun (Kasun) Kopen, Sucipto, ada retakan selebar satu meter di atas bukit Anjasmoro.

Retakan itu memanjang sejauh 10 meter dari bibir bukit yang pernah longsor di awal tahun lalu.

Sucipto sudah memeriksa retakan di punggung bukit itu  seminggu lalu.  Ia melihat retakan selebar satu meter itu kedalamannya sekitar dua meter.

“Warga lapor saya kalau ada retakan di atas. Saya lantas naik, untuk membuktikan sendiri dan ternyata memang benar. Kami di sini khawatir retakan itu memanjang sampai ke kawasan yang masih ada penduduknya. Termasuk rumah Pak Sunoto itu,” kata bapak dua anak itu.

Sucipto sudah melaporkan kondisi bahaya itu kepada pihak berwenang.

Dia juga sudah mewanti-wanti agar 22 kepala keluarga yang bertahan di rumah mereka agar segera pindah.

Dia tidak ingin, ada korban jiwa bila sewaktu-waktu bencana datang.

Rumah Sucipto sendiri juga membelakangi bukit. Namun, dia yakin buki itu aman.

Pasalnya, tingkat kemiringan bukit di belakang rumahnya tidak lebih dari 45 derajat.

Sebagian besar, warga  membangun rumah di lokasi  yang sama dengan Sucipto.

Sisanya, tersebar di beberapa titik. Satu titik sudah tidak dihuni, karena longsor yang menewaskan 14 orang itu.

Kondisi rawan longsor di kawasan ini ternyata tidak diimbangi dengan pengetahuan mitigasi bencana.

Warga Dusun Kopen mengaku tidak pernah mendapatkan pelatihan atau simulasi bencana.

Selama ini, warga hanya berpedoman pada tulisan di pelakat yang dipasang pemerintah pascalongsor Januari lalu.

Menurut Ptl Kepala Desa Ngrimbi, Slamet Mardi’in, pihak BPBD Jombang hanya memberikan imbauan.

Soal skenario evakuasi bila sewaktu-waktu bencana melanda, tidak pernah mereka dapatkan.

”Pokoknya kalau hujan, warga sudah harus waspada. Yang rumahnya masuk relokasi, juga harus segera mengungsi,” ujarnya.

Slamet mengatakan, sesuai dengan isi papan peringatan itu, warga diharap waspada bila guyuran hujan terjadi lebih dari tiga jam, air dari dalam got berubah keruh dan berlumpur, terdengar suara gemuruh dari atas lereng serta terlihat tanah atau batu yang menggelinding dari atas lereng.

Papan itu juga berisi tulisan ’Hati-hati Anda Berada Dalam Kawasan Rawan Longsor!!!’.

Beberapa warga mengiyakan ucapan sang kades. Mereka sama sekali tidak mengerti bagaimana skenario penyelamatan diri di saat genting.

Mereka hanya berpedoman pada tulisan di papan imbauan itu. Mereka hanya mau mengungsi bila hujan turun deras.

”Kalau hujan turun dan kami harus keluar rumah, ya kami akan menumpang di rumah di bawah. Ya bawa badan saja. Kami tidak membawa apa pun dari rumah. Saat hujan reda, baru kami kembali lagi ke rumah,” kata Supami, warga yang rumahnya juga terancam longsor.

Supami mengaku trauma dengan longsor Januari lalu. (idl/day/ben)

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok
LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline
FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA

Sumber: Surya Cetak
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved