Eksklusif Permukiman di Bibir Bencana
Material Bukit Setinggi 80 Meter Ancam Warga Dusun Kopen
Tepat di belakang rumahnya, di perbukitan Anjasmoro, terlihat tanah yang mulai retak.
SURYA Online, JOMBANG - Pantauan dimulai dari Dusun Kopen, Desa Ngrimbi, Jombang. Di sini, tragedi longsor pernah terjadi pada musim hujan, Januari 2014.
Sebanyak 14 warga di kawasan ini tewas tertimbun tanah longsor.
Kini, saat musim hujan tiba, warga dilanda ketakutan. Mereka mengingat peristiwa awal tahun lalu. Material bukit setinggi 80 meter mengancam hidup mereka.
“Kami waswas dengan kondisi di sini. Kalau hujan, apalagi pas malam hari, kami semua tidak berani tidur,” ujar Sunoto warga Kopen, Senin (15/12/2014).
Sunoto (55) termasuk di antara 150 warga yang terancam bahaya tanah longsor.
Tepat di belakang rumahnya, di perbukitan Anjasmoro, terlihat tanah yang mulai retak.
Jika tanah itu runtuh, kecil kemungkinan bisa menyelamatkan diri dari dalam rumah.
Tidak akan cukup waktu bagi mereka untuk keluar. Jarak antara rumah dan garis bukit itu terlalu dekat. Hanya sekitar satu meter.
Bila tebing runtuh, rumah mereka akan langsung terkubur, hanya dalam hitungan detik.
“Kami memang diharuskan mengosongkan rumah, karena setiap saat bukit di belakang bisa runtuh,” imbuhnya.
Dusun Kopen terletak paling ujung di Desa Ngrimbi. Posisi dusun ini, berada di tengah-tengah perbukitan Anjasmoro, yang masih bagian dari kaki Gunung Arjuno.
Tempat Sunoto tinggal adalah akses terakhir dusun ini. Setelah permukiman itu, hanya ada hutan. Di balik hutan dan bukit adalah kawasan Wonosalam.
Kopen dihuni sekitar 500 jiwa. Hampir semua rumah di kawasan ini berada membelakangi bukit.
Namun, ada dua titik yang masuk kawasan berpotensi longsor. Kawasan pertama adalah lokasi yang pada Januari 2014 longsor. Di kawasan itu dihuni lima kepala keluarga.
Kawasan kedua, berada di lokasi lebih tinggi. Rumah Sunoto termasuk di kawasan ini.
Di dua titik ini, tingkat kemiringan bukti nyaris tegak 90 derajat. Jalan jalan di dusun ini masih belum beraspal. Lebar jalan juga tidak lebih dari 4 meter.
Bila ada kendaraan roda empat berpapasan, salah satunya harus mengalah memberi jalan.
Ada dua jembatan kecil di dusun ini. Lebarnya juga tidak kalah kecil dengan ukuran jembatan.
Jembatan ini hanya bisa dilewati satu kendaraan roda empat. Kondisi infrastruktur yang minim, membuat mobilitas warga hanya bergantung dengan kaki. Sedikit sekali warga yang mengunakan kendaraan.
Sucipto, Kepala Dusun (Kasun) Kopen, mengaku tidak bisa membayangkan kalau jalan satu-satunya di dusun itu tertimbun material lumpur.
Begitu juga dengan mata air di dusun itu yang hanya ada satu. Dia berharap pemerintah mau membenahi infrastruktur di dusunnya. (idl/ben/day)
Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok
LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline
FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA