Eksklusif Permukiman di Bibir Bencana

Hapus Trauma, Zaini Pilih Pandangi Bekas Longsoran

Bapak enam anak itu mengaku sudah biasa menyaksikan lokasi di mana dia dan istrinya nyaris tewas.

surya/david yohannes
Zaini, satu dari lima warga Dusun Kopen yang selamat dalam peristiwa longsor Januari 2014, menunjukkan bekas longsoran yang nyaris menewaskannya, Senin (15/12/2014). 

SURYA Online, JOMBANG - Rumah itu terlihat lebih megah ketimbang rumah lain di kanan kirinya.

Dari beberapa bagian yang belum rampung, terlihat rumah itu memang baru saja dibangun.

Dari teras rumah, pemandangan alam perbukitan  yang elok, memanjakan si empunya.

Tapi bukan pemandangan indah itu yang membuat pemilik rumah selalu menatapnya. Sebaliknya justru pengalaman duka mendalam yang menyebabkannya.

Zaini pemilik rumah itu. Dia adalah satu dari lima warga Kopen yang selamat dari longsor pada 28 Januari 2014.

Dia, istri dan keluarga kakaknya selamat dari musibah yang merenggut 14 nyawa manusia yang masih kerabatnya itu.

Nyawa Zaini nyaris melayang dari tubuhnya kalau saja terlambat beberapa menit.

“Terlambat sedikit saja, nyawa saya dan istri ya sudah Wallahualam,” ungkap Zaini.

Setengah jam Zaini terjebak di dalam rumahnya yang tertimbun longsor.

Rumahnya hilang terkubur runtuhan tanah dinding tebing. Tinggal ruang tamu dan teras yang tersisa.

Zaini terjebak dalam runtuhan. Dia nyaris putus asa karena teriakannya tak juga didengar.

Dia melihat istrinya juga mulai lemah. Tapi semangatnya kemudian bangkit.

Hati berkata, dia harus terus bertahan hidup. Semangatnya bertahan hidup muncul setelah teringat enam anaknya.

Zaini kembali berteriak minta tolong. Dini hari itu, kondisi gelap gulita dan Dusun Kopen diguyur hujan lebat.

”Setengah jam saya teriak minta tolong. Barulah ada tiga tetangga yang menolong. Tak lama setelah saya keluar, longsoran menghancurkan rumah saya,” ujarnya lirih.

Kehilangan paman, bibi dan ponakan, membuat Zaini tak henti-hentinya bersedih. Tapi dia juga bersyukur karena selamat dari musibah maut itu.
Pascamusibah, Zaini bukannya menjauh dari lokasi. Ia justru membangun rumah barunya, tepat di depan lokasi longsor.

Saban hari, mulai pagi sampai menjelang tidur, tatapan matanya tak pernah lepas dari lokasi longsor.

Bapak enam anak itu mengaku sudah biasa menyaksikan lokasi di mana dia dan istrinya nyaris tewas.

”Saya sudah biasa. Saya bahkan sering ke sana untuk mencari kayu bakar dan sekedar sambang bekas rumah,” katanya.

Zaini membeli tanah dan bisa membangun rumah berkat bantuan masyarakat yang terenyuh dengan nasib buruh tani ini.

Tanah seluas 700 meter persegi itu dia manfaatkan untuk membangun rumahnya dan anaknya.

Dia sengaja memilih tanah yang lokasinya dekat dengan masjid meski berhadapan langsung dengan lokasi longsor. (idl/day)

Baca selengkapnya di Harian Surya edisi besok
LIKE Facebook Surya - http://facebook.com/SURYAonline
FOLLOW Twitter Surya - http://twitter.com/portalSURYA


Sumber: Surya Cetak
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved