LIputan Khusus Racun Dalam Makanan
Mahasiswa UB Ciptakan Alat Pendeteksi Racun Dalam Makanan
Kecepatan deteksi menjadi keunggulan alat ini, karena test kit yang dijual bebas membutuhkan waktu lebih lebih lama.

SURYA Online, MALANG - Penggunaan bahan-bahan berbahaya pada produk olahan membuat empat mahasiswa Universitas Brawijaya terpicu untuk membuat alat pendeteksi kandungan zat racun dalam makanan.
Tiga mahasiswa Fakultas Teknik Pertanian ini Halimatus Sya’diyah, Famdian Regusta, Alfian Juantoro, dan Agung Heru membuat alat bernama Digital Formaldehyde Meter (DFM).
Mahasiswa Universitas Brawijaya (UB) dari Fakultas Teknik Pertanian ini menjelaskan alat DFM mampu mendeteksi formalin dalam satu sample makanan hanya dalam waktu satu menit.
Kecepatan deteksi menjadi keunggulan alat ini, karena test kit yang dijual bebas membutuhkan waktu lebih lebih lama.
Keunggulan lainnya, alat ini bisa menunjukkan kadar atau jumlah formalin yang ada dalam makanan.
“Cukup beberapa potong makanan dimasukan ke dalam pemanas yang berisi air. Nanti dari uap yang dihasilkan akan tertangkap sensor yang secara otomatis mengukur ada berapa kandungan formalinnya,” imbuh Diah.
Mahasiswi asli Jember ini menjelaskan ada tiga indikator pada alatnya yang dibuat seharga Rp 1,5 juta ini, yaitu hijau, kuning, dan merah.
Lampu-lampu itu akan menyala tergantung dari kandungan formalin yang ada pada makanan.
“Kalau yang hijau 0-8 pack permillion (PPPM), kuning 9-14 PPM, dan merah lebih dari 14 PPM,” papar Diah.
Diah mengungkapkan standar angka dan satuan pada lampu-lampu itu sudah mengacu pada International Program on Chemical Safety (IPCS), artinya alat ini memiliki tingkat akurasi tinggi dan bisa digunakan untuk skala penelitian.
“Jika menyala lampu hijau, berarti makanan itu aman dikonsumsi. Yang kuning masih layak dimakan, tapi jangan terlalu banyak. Kalau sudah merah, makanan itu berbahaya untuk dimakan,” urainya.
Diah mengaku alat yang dibuat beberapa waktu lalu ini sudah disosialisasikan di satu wilayah di Kecamatan Lowokwaru Kota Malang.
Diah membeberkan warga sangat antusias dan ingin agar alat ini tersedia setidaknya satu di tiap RT di Kota Malang.
“Kami juga sedang mencoba sounding ke Dinas Kesehatan Kota Malang agar alat ini bisa dimanfaatkan khalayak banyak,” ucap Diah yang berharap bisa membuat lebih banyak DFM untuk disebar ke masyarakat.
Sementara itu, Kepala Lab Komputasi Teknik Kimia Institut Teknologi Nasional Malang Faidliah Nilna ST MT memaparkan, sebagai besar jajanan anak-anak (seperti cilok, tempura, dan saus) di wilayah Kota Malang menggunakan bahan-bahan yang membahayakan.