Kilas Balik
Sebelum Kopassus Datang, Begini Derita Penumpang Pesawat Woyla yang Dibajak, Hanya Diberi Roti Tawar
Sebelum Kopassus datang, para penumpang korban pembajakan pesawat Woyla mengalami sejumlah penderitaan. Simak ceritanya!
Penulis: Putra Dewangga Candra Seta | Editor: Adrianus Adhi
SURYA.co.id - Sebelum Kopassus datang, para penumpang korban pembajakan pesawat Woyla mengalami sejumlah penderitaan
Seperti diketahui, pesawat DC 9 mlik Garuda Indonesia itu dibajak oleh lima teroris dari kelompok yang mengaku bernama Komando Jihad.
Awal mula peristiwa pembajakan itu pada Sabtu, 28 Maret 1981.
Baca: Cara Menyimpan Foto & Video Status WhatsApp (WA) Teman, Save juga Status Gebetanmu Sebelum Hilang
Baca: Pengakuan Putri Delina Anak Sule, Berikan Kejutan Ulang Tahun Untuk Lina Sampai Pura-Pura Pingsan
Baca: Jawaban Bijak Denny Sumargo Soal Kabar Dita Soedarjo Operasi Plastik, Sempat Sebut Dita Pakai Filler
Baca: Rafathar Mengaku Tak Mau Minum Susu Lagi Usai Syuting Iklan Produk Susu, Alasannya Cuma 3 Kata
Pesawat yang membawa 48 penumpang tersebut berangkat dari Jakarta dengan tujuan Medan.
Sekitar pukul 09.00, pesawat transit di Palembang.
Mengutip dari Harian Kompas yang terbit 1 April 1981, pesawat lepas landas setelah menunggu lima menit.
Awalnya tak ada yang ganjil, semua penumpang duduk pada tempatnya masing-masing.
Ketika pramugari tengah membagikan makanan, beberapa penumpang bangun, berlari ke bagian depan kabin.
"Jangan bergerak! Jangan bergerak! Siapa yang bergerak akan saya tembak!"

Pembajak meminta pesawat Woyla diterbangkan ke Sri Lanka.
Pilot Herman Rante menolak dengan alasan bahan bakar tak akan cukup bila harus melintasi bagian utara Samudera Hindia.
Maka pesawat Woyla dibelokkan rutenya menuju Penang, Malaysia, dan kemudian diarahkan ke Bangkok, Thailand.
Imran bin Muhammad Zein, pemimpin kelompok pembajak pesawat itu, meminta pemerintah Indonesia membebaskan 80 rekan mereka yang kala itu mendekam di penjara.
Rekan mereka dipenjara karena terlibat peristiwa penyerangan Kosekta 8606 Pasir Kaliki, Cicendo, Bandung
Disebut juga, pembajak meminta uang tunai sebesar 1,5 juta dolar AS.